Rabu, 09 November 2011

Kamis, 15 September 2011

73 mamfaat dzikir

73 Manfaat Dzikir Dzikir atau mengucapkan kata-kata
pujian yang mengingat kebesaran
Allah SWT, adalah amalan istimewa Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Dzikir merupakan media yang
membuat kehidupan Nabi dan para sahabat benar-benar hidup. Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah
mengatakan bahwa dzikir memiliki
tujuh puluh tiga manfaat yaitu: 1. Mengusir setan dan menjadikannya
kecewa.
2. Membuat Allah ridho.
3. Menghilangkan rasa sedih, dan
gelisah dari hati manusia.
4. Membahagiakan dan melapangkan hati.
5. Menguatkan hati dan badan.
6. Menyinari wajah dan hati.
7. Membuka lahan rezeki.
8. Menghiasi orang yang berdzikir
dengan pakaian kewibawaan, disenangi dan dicintai manusia.
9. Melahirkan kecintaan.
10. Mengangkat manusia ke maqam
ihsan.
11. Melahirkan inabah, ingin kembali
kepada Allah. 12. Orang yang berdzikir dekat dengan
Allah.
13. Pembuka semua pintu ilmu.
14. Membantu seseorang merasakan
kebesaran Allah.
15. Menjadikan seorang hamba disebut disisi Allah.
16. Menghidupkan hati.
17. Menjadi makanan hati dan ruh.
18. Membersihkan hati dari kotoran.
19. Membersihkan dosa.
20. Membuat jiwa dekat dengan Allah. 21. Menolong hamba saat kesepian.
22. Suara orang yang berdzikir dikenal
di langit tertinggi.
23. Penyelamat dari azab Allah.
24. Menghadirkan ketenangan.
25. Menjaga lidah dari perkataan yang dilarang.
26. Majlis dzikir adalah majlis malaikat.
27. Mendapatkan berkah Allah dimana
saja.
28. Tidak akan merugi dan menyesal di
hari kiamat. 29. Berada dibawah naungan Allah
dihari kiamat.
30. Mendapat pemberian yang paling
berharga.
31. Dzikir adalah ibadah yang paling
afdhal. 32. Dzikir adalah bunga dan pohon
surga.
33. Mendapat kebaikan dan anugerah
yang tak
terhingga.
34. Tidak akan lalai terhadap diri dan Allah pun tidak melalaikannya.
35. Dalam dzikir tersimpan kenikmatan
surga dunia.
36. Mendahului seorang hamba dalam
segala situasi dan kondisi.
37. Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat.
38. Dzikir sebagai pintu menuju Allah.
39. Dzikir merupakan sumber
kekuatan qalbu dan kemuliaan jiwa.
40. Dzikir merupakan penyatu hati
orang beriman dan pemecah hati musuh Allah.
41. Mendekatkan kepada ahirat dan
menjauhkan dari dunia.
42. Menjadikan hati selalu terjaga.
43. Dzikir adalah pohon ma’rifat dan
pola hidup orang shalih. 44. Pahala berdzikir sama dengan
berinfak dan berjihad dijalan Allah.
45. Dzikir adalah pangkal kesyukuran.
46. Mendekatkan jiwa seorang hamba
kepada Allah.
47. Melembutkan hati. 48. Menjadi obat hati.
49. Dzikir sebagai modal dasar untuk
mencintai Allah.
50. Mendatangkan nikmat dan
menolak bala.
51. Allah dan MalaikatNYA mengucapkan shalawat kepada
pedzikir.
52. Majlis dzikir adalah taman surga.
53. Allah membanggakan para pedzikir
kepada para malaikat.
54. Orang yang berdzikir masuk surga dalam keadaan tersenyum.
55. Dzikir adalah tujuan prioritas dari
kewajiban beribadah.
56. Semua kebaikan ada dalam dzikir.
57. Melanggengkan dzikir dapat
mengganti ibadah tathawwu’. 58. Dzikir menolong untuk berbuat
amal ketaatan.
59. Menghilangkan rasa berat dan
mempermudah yang susah.
60. Menghilangkan rasa takut dan
menimbulkan ketenangan jiwa. 61. Memberikan kekuatan jasad.
62. Menolak kefakiran.
63. Pedzikir merupakan orang yang
pertama bertemu dengan Allah.
64. Pedzikir tidak akan dibangkitkan
bersama para pendusta. 65. Dengan dzikir rumah-rumah surga
dibangun, dan kebun-kebun surga
ditanami tumbuhan dzikir.
66. Penghalang antara hamba dan
jahannam.
67. Malaikat memintakan ampun bagi orang yang berdzikir.
68. Pegunungan dan hamparan bumi
bergembira dengan adanya orang
yang berdzikir.
69. Membersihkan sifat munafik.
70. Memberikan kenikmatan tak tertandingi.
71. Wajah pedzikir paling cerah didunia
dan bersinar di ahirat.
72. Dzikir menambah saksi bagi
seorang hamba di ahirat.
73. Memalingkan seseorang dari membincangkan kebathilan. Sungguh luar biasa manfaatnya….
tetapi orang tidak akan yakin dengan
manfaat- manfaat diatas kecuali yang
telah merasakan dan menikmatinya…..
Mari kita coba memulainya dari
sekarang...

Minggu, 04 September 2011

makna bismillah..

"Setiap urusan yang baik yang
tidak diawali dengan
Bismillahirrahmanirrahim maka
tidak akan mendapat
berkah" (H.R. Abu Daud)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah
berkata: Setan yang bertemu
dengan orang mukmin telah
bertemu dengan setan yang
menggoda orang kafir.

Ternyata setan yang menggoda
orang kafir itu rambutnya
berminyak, gemuk dan kekar,
sedangkan setan yang
menggoda orang mukmin kurus,
kusut, kotor dan telanjang. Ko
bisa gitu?

Maka berkatalah setan yang
menggoda orang kafir,
"Mengapa kamu jadi kurus dan
bisa begitu?". Setan penggoda
orang mukmin berkata, "Saya
tinggal dengan orang yang
setiap kali makan, ia menyebut
nama Allah (membaca
Basmallah), sehingga aku tetap
lapar, dan apabila ia minum, ia
menyebut nama Allah, sehingga
aku tetap haus.

Apabila
berpakaian, ia menyebut nama
Allah, sehingga aku tetap
telanjang. Apabila meminyaki
kepalanya, dia menyebut nama
Allah, aku tetap kusut
rambutnya." Maka berkata setan
yang menggoda orang kafir,
"Akan tetapi aku hidup bersama
orang yang tidak pernah
melakukan itu semua. Oleh
karena itu aku ikut makan,
minum dan berpakaian serta
memakai minyak rambut
bersamanya.

* Makna Bismillah *

Bismillah memiliki 2 makna yakni:

1. Sebagai kalimat "Izin"

Bismillah bukan sebagai penukar
kenikmatan, contohnya makan
nasi dengan membaca Bismillah
akan sama nikmatnya dengan
makan nasi dengan tanpa
membaca Bismillah, tapi bismillah
disinimerupakan kalimat izin
bagi hamba Allah yang merasa
hidupnya merasa numpang,
karena sesungguhnya semua
yang ada di atas dunia ini milik
Allah dan manusia diberi
kenikmatan untuk memakai
fasilitas Allah tersebut.

2. Sebagai kalimat "Pengakuan
Otoritaas"

Yaitu pengakuan otoritas bagi
hamba Allah yang menyadari
bahwa sesungguhnya yang
memiliki wewenang/otoritas
hanya Allah. Manusia hanya
sebagai wakil Allah di muka bumi
ini, bukan sebagai penguasa. Bila
seseorang mengucapkan
bismillah ia telah menandai
kehambaannya dengan nama
Allah, ia mengokohkan jiwanya
yang dinisbahkan kepada
hakikat kehambaan dengan
salah satu tanda-tanda Allah.

Fenomena sekarang, manusia
umumnya menikmati sarana
hidup tapi lupa dan
mencampakkan petunjuk hidup
yang berharga. Manusia lupa
siapa yang memberi sarana
hidup tersebut, manusia
menganggap semata-mata
segala sesuatu atas usaha
mereka, padahal segala sarana
hidup tersebut Allah berikan
gratis dan bersifat menyeluruh.

Bila pengucapan basmallah
dilakukan dengan sadar dan
sungguh-sungguh akan
menghasilkan 3 kebaikan, yaitu:

1. Akan terjaga dari setan, karena
dengan menyebut nama Allah
akan mendorong seorang
mukmin mempertimbangkan
apakah ia dibenarkan mengingat
nama Allah dengan niat dan
perbuatan yang buruk.

2. Dengan menyebut nama Allah,
akan timbul pada dirinya sikap
yang benar dan membawa
dirinya ke arah kebenaran.

3. Orang tersebut akan
menerima pertolongan dan ridho
Allah dan akan dilindungi dari
godaan setan, karena Allah
menerima perbuatan seorang
mukmin bila ia beribadah
kepada-Nya

Sabtu, 03 September 2011

rahasia khusuk dalam sholat

Seorang ahli ibadah bernama
Isam bin Yusuf, dia sangat warak
dan sangat khusyuk sholatnya.
Namun dia selalu khawatir kalau-
kalau ibadahnya kurang khusyuk
dan selalu bertanya kepada
orang yang dianggapnya lebih
ibadahnya, demi untuk
memperbaiki dirinya yang selalu
dirasakan kurang khusyuk.
Pada suatu hari, Isam
menghadiri majlis seorang abid
bernama Hatim Al-Isam dan
bertanya : "Wahai Aba
Abdurrahman, bagaimanakah
caranya tuan sholat?"
Hatim berkata : "Apabila masuk
waktu solat aku berwudhu’ zahir
dan batin."
Isam bertanya, "Bagaimana
wudhu’ zahir dan batin itu?"
Hatim berkata, "Wudhu’ zahir
sebagaimana biasa, yaitu
membasuh semua anggota
wudhu’ dengan air.
Sementara wudhu’ batin ialah
membasuh anggota dengan
tujuh perkara :-
1. Bertaubat
2. Menyesali dosa yang dilakukan
3. Tidak tergila-gilakan dunia
4. Tidak mencari / mengharap
pujian orang (riya’)
5. Tinggalkan sifat berbangga
6. Tinggalkan sifat khianat dan
menipu
7. Meninggalkan sifat dengki
Seterusnya Hatim berkata,
"Kemudian aku pergi ke masjid,
aku bersiap shalat dan
menghadap kiblat. Aku berdiri
dengan penuh kewaspadaan
dan aku bayangkan Allah ada di
hadapanku, syurga di sebelah
kananku, neraka di sebelah
kiriku, malaikat maut berada di
belakangku, dan aku bayangkan
pula bahwa aku seolah-olah
berdiri di atas titian ‘Sirratul
Mustaqim’ dan aku menganggap
bahwa shalatku kali ini adalah
shalat terakhirku, kemudian aku
berniat dan bertakbir dengan
baik.
Setiap bacaan dan doa dalam
shalat ku fahami maknanya,
kemudian aku ruku’ dan sujud
dengan tawadhu’, aku
bertasyahud dengan penuh
pengharapan dan aku memberi
salam dengan ikhlas.
Beginilah aku bershalat selama
30 tahun."
Tatkala Isam mendengar,
menangislah dia karena
membayangkan ibadahnya yang
kurang baik bila dibandingkan
dengan Hatim.
Insya Allah, Bermanfaat dan
dapat dipetik Hikmahnya.
Wassalam,

Rabu, 31 Agustus 2011

alasan terjadinya perbedaan 1 syawal

Menjelang Ramadhan yang lalu,
para ulama (baca: cendekia) dan
umara (baca: penguasa),
khususnya di Indonesia,
dihadapkan pada wacana
perbedaan dalam penetapan
awal Ramadhan. Dan menjelang
Idul Fitri, kita kembali
menghadapi situasi yang sama
untuk menetapkan tanggal 1
Syawal. Seringkali masyarakat
awam dibingungkan dengan
perbedaan dalam penetapan
tanggal Hijriah. Seberapa krusial
hal ini perlu untuk dibahas?
Berikut ini paparannya.
Idul Fitri merupakan hari
kemenangan bagi Umat Islam
yang telah berpuasa selama
sebulan dalam mengendalikan
dirinya dari berbagai godaan
duniawi. Sebagai penghormatan
atas hari kemenangan itu, Islam
mengharamkan berpuasa pada
hari raya Idul Fitri 1 Syawal.
Masalah kemudian muncul ketika
terjadi perbedaan dalam
penetapannya. Di satu pihak
menetapkannya sebagai Idul
Fitri, dan di pihak lain pada hari
yang sama masih melaksanakan
puasa Ramadhan. Masing-masing
pihak dengan keyakinan dan
berlindung di balik dalil-dalil
saling mengklaim keabsahan Idul
Fitri yang mereka rayakan.
Ironinya, orang-orang yang
merayakan Idul Fitri
menganggap berdosa orang-
orang yang tetap berpuasa pada
hari itu. Sebaliknya, pihak yang
menjalankan puasa pada hari itu
menganggap berdosa orang-
orang yang berbuka dan
merayakan hari kemenangannya
itu.
Perbedaan itu terjadi karena
acuan dalam menafsirkan
metode penentuan awal bulan
telah melahirkan dua aliran
besar, yaitu ru’yah dan hisab.
Pertama, aliran ru’yah. Secara
terminologi, ru’yah adalah
kegiatan untuk melihat hilal
(penampakan bulan sabit) di
ufuk langit sebelah barat sesaat
setelah matahari terbenam untuk
menentukan permulaan bulan
baru. Dalam konteks ini, hilal
menempati posisi sentral sebagai
penentu bulan baru dalam
kalender Hijriah. Hal ini
sebagaimana firman Allah:
Mereka bertanya kepadamu
tentang bulan sabit. Katakanlah:
“Bulan sabit itu adalah tanda-
tanda waktu bagi manusia… (QS.
Al Baqarah: 189)
Hilal itu sendiri hanya dapat
terlihat setelah proses ijtima’,
yaitu proses ketika bulan berada
satu kedudukan dalam satu garis
dengan matahari dan bumi.
Ketika ijtima’ terjadi, bulan
berada di antara bumi dan
matahari. Pada saat bulan
bergeser dan sebagian
permukaannya menerima cahaya
matahari yang terlihat berbentuk
seperti lengkuk cahaya yang
sangat halus, itulah yang
dinamakan hilal.
Di dalam aliran ru’yah sendiri
terdapat perbedaan dalam
penentuan irtifa’ (ketinggian)
bulan. Satu kelompok
berpendapat bahwa hilal dapat
dilihat bila irtifa’ nya minimal 2
derajat. Kelompok lainnya
menyatakan irtifa’ itu tidak boleh
kurang dari 6 derajat.
Berdasarkan metode ini, masing-
masing kelompok berijtihad
dalam penentuan tanggal 1
Syawal. Adapun yang menjadi
landasan aliran ru’yah adalah
hadits Rasulullah:
Berpuasalah kamu sekalian
karena melihat bulan (awal
Ramadhan). Dan berbukalah
kamu sekalian karena melihat
bulan (Idul Fitri). Bila hilal
tertutup awan di atasmu, maka
genapkanlah ia menjadi tiga
puluh hari. (HR. Muslim)
Kedua, aliran Hisab. Hisab
merupakan proses penetapan
awal bulan dengan
menggunakan metode ilmu
hitung menghitung. Dasar
pijakan aliran Hisab adalah
Firman Allah:
Dia-lah yang menjadikan
matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-
tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). {QS. Yunus: 5}
Aliran ini mulai berkembang
sejak masa Dinasti Abbasiyah
(abad ke-8 M). Menurut aliran
hisab, ru’yah dapat dipahami
melalui prediksi/perkiraan posisi
bulan dalam ilmu hisab. Awal dan
akhir bulan tidak ditentukan oleh
irtifa’ (ketinggian) hilal. Jika
menurut ilmu hisab hilal telah
tampak, berapa pun
ketinggiannya maka hitungan
bulan baru sudah masuk.
Demikianlah penjelasan mengapa
terjadi perbedaan-perbedaan
dalam penetapan bulan baru
Hijriah di kalangan umat Islam.
Namun kedua hal tersebut
memiliki pijakan yang kuat
berdasarkan Al Quran dan Hadits.
Pilihlah menurut keyakinan
berdasarkan nalar dan
pengetahuan. Janganlah rusak
keagungan Idul Fitri karena tidak
menghormati perbedaan.
sumber : http://
faktabukanopini.blogspot.com/2011/08/
alasan-terjadinya-perbedaan-
penetapan-1.html

Sabtu, 27 Agustus 2011

Larangan dalam sholat

1. Bercelana saja
Dari Jabir ra.: “Nabi saw
melarang shalat dengan
memakai celana saja.” (HR. Khatib
Al-Baghdadi)
Laki-laki yang shalat hanya
dengan menggunakan celana,
tanpa menutup badan bagian
atas atau sedikitnya kedua
bahunya berarti telah melanggar
larangan shalat.
2. Memakai kain yang cupet
Dari Buraidah ra : “Nabi saw
melarang seseorang shalat
dengan satu kain yang cupet dan
melarang seseorang shalat
dengan bercelana tetapi kedua
pundaknya tidak ditutup
kain.” (HR. Abu Dawud dan
Hakim)
Laki-laki yang shalat hanya
mengenakan satu kain yang
cupet-kain pendek yang bila
ditarik ke atas bagian bawah
(kemaluannya)terlihat dan bila
ditarik ke bawah, pundaknya
terbuka
3. Pundak Terbuka
Dari Buraidah ra.: “Nabi saw
melarang seorang shalat dengan
satu kain yang cupet dan
melarang seseorang shalat
dengan bercelana tetapi kedua
pundaknya tidak ditutup
kain.” (HR. Abu Dawud dan
Hakim)
4. Menjulurkan kain ke tanah
Dari Abu Hurairah ra.: “Nabi saw
melarang seseorang
menjulurkan kain ke tanah dan
menutup mulutnya dalam
shalat.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu
Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim)
Laki-laki yang shalat dengan
memakai celana atau sarung
atau lainnya sampai kainnya
menyentuh tanah berarti telah
melanggar larangan hadits di
atas.
5. Mengikat/menggelung
rambut
Dari Ummu Salamah ra.: “Nabi
saw melarang seseorang laki-laki
shalat dengan rambut kepalanya
diikat/digelung.” (HR Thabarani)
6. Dekat orang berbicara
Dari Ibnu ‘Abbas ra.: “Nabi saw
melarang seseorang shalat di
belakang orang yang sedang
berbicara atau sedang tidur.” (HR
Ibnu Majah)
Orang yang hendak shalat tidak
boleh memilih tempat dekat
orang yang sedang berbicara
atau sedang tidur. Ia hendaknya
memilih tempat lain.
Nabi saw pernah shalat malam
berdekatan dengan tempat
‘Aisyah tidur, bahkan ‘Aisyah
tidur pada arah kiblat nabi. Bila
Nabi sujud dan kaki ‘Aisyah
menyentuh kepalanya, beliau
memijit kaki ‘Aisyah. Hal ini
menunjukkan shalat dibelakang
orang tidur bukan haram tapi
makruh dan makruh dan makruh
sesuatu yang lebih baik dihindari
bila tidak terpaksa. Adapaun
shalat di belakang atau di dekat
orang yang berbicara tetap
dilarang karena tidak ada
keterangan dari nabi saw.
Namun tidaklah berdosa apabila
ketika shalat datang beberapa
orang yang berbicara di
dekatnya.
7. Tergesa-gesa
Dari Samurah ra.: “Nabi saw
melarang seseoarng tergesa-
gesa dalam melakukan
shalat.” (HR. Hakim)
8. Menahan Kentut, kencing
atau berak
Dari Abu Umamah ra.: “Nabi saw
melarang seseoarang shalat
sambil menahan kentut, kencing,
atau berak (HR. Ibnu Majah)
9. Memejamkan mata
Dari Ibnu ‘Abbas ra.: “Nabi saw
bersabda:’Bila seseoarang di
antara kamu melakukan shalat,
janganlah ia memejamkan kedua
matanya.” (HR. Thabarani dan
Hakim)
Memejamkan mata ketika shalat
dengan alasan agar khusyu’
tetap dosa karena melanggar
larangan nabi saw dalam hadits
di atas.
10. Mencondong -condongkan
badan
“Apabila seorang di antara kamu
shalat, hendaklah ia
menenangkan semua anggota
badannya (tangan dan kaki) dan
janganlah mencondong-
condongkan badan seperti
dilakukan oleh orang
Yahudi.” (HR. Hakim dan Tirmidzi)
11. Mendongak
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya
Nabi saw bersabda: ‘Hendaklah
orang-orang berhenti
mendongak ke langit ketika
shalat atau penglihatan mereka
disampar (dibutakan).” (HR.
Ahmad, Muslim, dan Nasa’I)
Dari Ibnu ‘Umar ra.: “Nabi saw
bersabda: ‘Janganlah kamu
layangkan pandangan kamu ke
atas ketika shalat karena akan
celaka.” (HR Ibnu Majah dan
Thabarani)
12. Menoleh ke kanan atau ke
kiri
Dari Abu Hurairah ra.:
“(Rasullullah) saw pernah
menoleh ke kanan dan kekiri
dalam shalat, lalu Allah
menurunkan firman-Nya:
‘Sungguh beruntung orang-
orang mukmin, yaitu orang-
orang khusyu’ dalam shalat
mereka,’lalu Nabi saw tenang,
tidak lagi menoleh ke kanan dan
kekiri.” (HR.Thabarani)
Dari Abu Hurairah ra.: “Nabi
bersabda: ‘Apabila seseoarng
diantara kamu berdiri untuk
shalat, hendaklah ia
mengucapkan shalawat untukku
sampai selesai dan janganlah ia
menoleh dalam shalatnya karena
sesungguhnya ia sedang
bermunajat kepada Tuhannya
selama melakukan
shalat.” (HR.Thabarani)
13. Membunyikan telapak
tangan
Dari Mu’adz bin Anas ra.:”Nabi
saw bersabda: ‘Tertawa ketika
shalat, menoleh dan
membunyikan telapak tangan
ketika shalat (terlarang).”(HR.
Ahmad, Thabarani, dan Baihaqi)
Orang yang sedang shalat
dilarang membunyikan telapak
tangannya dengan cara menjalin
jari-jari tangan, lalu menepuk-
nepukkan telapak tangannya.
14. Menguping
Dari Abu Sa’id ra.: “Nabi saw
bersabda: ‘Bila seseorang di
antara kamu melakukan shalat,
janganlah ia memandang ke atas
dan jangan pula
menguping..” (HR. Thabarani dan
Hakim)
15.. Bercekikikan
Dari Jabirra.: “Nabi saw
bersabda..: ‘Senyum tidak
membatalkan shalat, tetapi
bercekikikan memutuskan
(pahala) shalat.” (HR. Baihaqi dan
Al-Khatib)
16. Berbicara
Dari Zaid bin Arqam, katanya:
“Kami pernah berbincang-
bincang ketika shalat. Orang lain
di antara kami juga berbincang-
bincang dengan orang yang
disampingnya ketika shalat,
sehingga turunlah ayat
‘waqumuu lillaahi qaanitiin’ (dan
shalatlah kamu karena Allah
dengan taat), lalu kami
diperintahkan untuk diam dan
dilarang berbincang-
bincang.” (HR Jama’ah kecuali
Ibnu Majah)
Dari ‘Abdullah (binMas’ud), ia
berkata: “Kamidahulu biasa
bercakap-cakap ketika shalat.
Saya datang kepada Rasullullah,
lalu memberi salam kepadanya,
tetapi beliau tidak menjawabnya
dan menahanku supaya tidak
maju dan tidak berbicara. (selesai
shalat) Rasullullah
bersabda:’Sesungguhnya Allah
berbicara kepada NabiNya
menurut kehendakNya’” –
Syu’bah berkata: “Saya kira beliau
bersabda: ‘ Dengan apa yang
dikehendaki-Nya- dan diantara
yang Allah katakan kepada Nabi-
Nya saw (ialah): janganlah kamu
berbicara ketika shalat.’” (HR
Ahmad)
17. Menguap dengan bersuara
Dari Abu Hurairah, ia berkata:
“Nabi saw bersabda: ‘Bila
seseorang diantara kamu
menguap ketika shalat
hendaklah ia tutup mulutnya
sedapat-dapatnya dan janganlah
ia menyuarakan ‘aah’ karena
suara tersebut menyebabkan
setan akan
mentertawainya.’” (HR. Bukhari)
18. Menutup mulut
Dari Abu Hurairah ra: “Nabi
melarang seseorang
menjulurkan kain ke tanah dan
menutup mulutnya dalam
shalat.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu
Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim)
Orang yang menutup mulutnya
ketika shalat, baik dengan
tangan maupun dengan kain dan
sebagainya, bukan karena
menguap berarti telah
melakukan perbuatan dosa.
19. Meludah ke kanan atau ke
kiri
Dari Anas, ia berkata: “Telah
bersabda Rasullulah
saw:’Seseorang yang sedang
shalat sesungguhnya sedang
bermunajat kepada Tuhannya.
Oleh karena itu, janganlah sekali-
kali ia membuang ludah di
hadapannya dan jangan pula
dikanannya, tetapi (ia boleh
meludah) ke bawah kaki
kirinya.’” (HR Bukhari dan
Muslim) pada riwayat lain
(disebutkan): “Atau (boleh
meludah) ke bawah telapak
kakinya.”
20. Mengangkat tangan untuk
takbir melebihi daun telinga
Dari Hakam bin ‘Umair ra.;
‘Rasullullah saw pernah
mengajarkan kepada kami:’Jika
kamu berdiri untuk shalat,
angkatlah kedua tanganmu dan
janganlah melebihi telinga,
kemudian ucapkanlah allahu
akbar, subhaanakallaahumma wa
bihamdika wa ta’aalaa jadduka
wa laa ilaaha ghairuk (maha
besar Allah, Maha suci Engkau ya
Allah, dan dengan segenap rasa
syukur kepada-Mu, Mahatinggi
kemuliaan-Mu, tiada Tuhan selain
Engkau); dan jika kamu tidak
menambah bacaan ini, hal itu
sudah cukup bagi kamu.” (HR.
Thabarani)
21. Berkacak pinggang
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya
Nabi saw melarang berkacak
pinggang ketika shalat (HR.
Jama’ah kecuali Ibnu Majah)
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya
Rasullullah saw
bersabda:”Berkacak pinggang
pada waktu shalat adalah
perbuatan penghuni neraka
(Yahudi dan Nasrani)” (HR Ibnu
Hibban)
22. Menjalin (menganyam) jari-
jari tangan
Dari Sa’ad bin Ishaq bin Ka’ab bin
‘ujrah, dari bapaknya, dari
neneknya: ” Nabi saw bersabda: ‘
seseorang yang telah bersuci di
rumahnya, kemudian keluar
semata-mata untuk melakukkan
shalat berada dalam keadaan
shalat sampai selesai shalatnya.
Oleh karena itu, janganlah
seseorang diantara kamu
menjalin (menganyam) jari-jari
tangannya ketika shalat.’” (HR.
Thabarani)
23. Tergesa-gesa dalam ruku’
dan sujud
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
“Rasulullah saw bersabda: ‘Orang
yang paling jahat dalam
melakukan pencurian adalah
orang yang mencuri
shalatnya.’ (Abu Hurairah)
bertanya: ‘Bagaimana orang
yang mencuri shalatnya itu ?
Sabdanya: ‘Yaitu orang yang
tidak menyempurnakan ruku’
dan sujudnya.” (HR Ibnu Hibban)
Dari ‘Ubadah bin Shamit ra., Nabi
saw bersabda: “Jika seseorang
menyempurnakan shalatnya, lalu
ia sempurnakan ruku’ dan
sujudnya, (pada hari kiamat)
shalatnya akan berkata: ‘Mudah-
mudahan Allah memelihara kamu
seperti kamu memelihara aku,
sehingga (martabatmu)
dinaikkan. ‘Akan tetapi, jika ia
melakukan shalat dengan jelek,
yaitu tidak menyempurnakan
ruku’ dan sujudnya, shalatnya
akan berkata: ‘ Mudah-mudahan
Allah menelantarkan kamu
seperti kamu mehnelantarkan
aku.Selanjutnya shalat itu dilipat
seperti kain lapuk yang dilipat,
lalu dipukulkan ke
wajahnya.” (HR. Thayalisi)
24. Tidak membaca ayat Al-
Qur’an pada waktu ruku’ dan
sujud
Nabi melarang membaca Al-
Qur’an dalam ruku’ dan sujud
(HR. Muslim dan Abu ‘Awanah)
Dari Ibrahim bin ‘Abdullah bin
Hunain, sesungguhnya bapaknya
bercerita kepadanya bahwa ia
pernah mendengar ‘Ali bin Abi
Thalib berkata: “Rasullullah saw
melarang aku membaca (al-
Qur’an) pada waktu ruku’ dan
sujud.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban)
25. Tidak meluruskan punggung
waktu ruku’ dan sujud
Dari Abu Mas’ud ra : “Nabi saw
bersabda: ‘Tidak sempurna
shalat seseorang yang tidak
meluruskan tulang punggungnya
ketika ruku’ atau sujud.” (HR.
Ahmad, Nasa’I, Ibnu Majah dan
Tirmidzi)
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin
Syaiban Al-Hanafi, dari bapaknya-
dia adalah salah seorang dari
enam utusan (yang datang
kepada nabi)-ia berkata: ” Kami
datang kepada Rasulullah saw,
lalu kami shalat bersama beliau,
kemudian ada seorang laki-laki
yang terlihat oleh beliau,
kemudian ada seorang laki-laki
yang terlihat oleh beliau tidak
meluruskan tulang punggungnya
ketika ruku’ dan sujud.(beliau)
bersabda: ‘Sesungguhnya tidak
sempurna shalat seseorang yang
tidak meluruskan tulang
punggungnya.” (HR. Ibnu
Hibban)
26. Membungkuk ketika sujud
Dari Ibunu ‘Amr ra.: “Nabi saw
bersabda: ‘ Hendaklah kamu
melakukan sujud dengan lapang
dan janganlah kamu
membungkukkan punggung
kamu seperti membungkuknya
hewan.” (HR. Dailami)
27. Kening terhalang
Dari Ibnu ‘Abbas: “Sesungguhnya
Nabi saw bersabda: ‘Saya
diperintahkan bersujud dengan
tujuh (anggota badan) dan aku
tidak boleh merintanginya
dengan rambut atau kain.’ ” (HR.
Ibnu Hibban)
28. Menempelkan lengan ke
tanah waktu sujud
Dari Anas sesungguhnya Nabi
saw bersabda: “Luruskanlah
kamu dalam sujud dan janganlah
salah seorang di antara kamu
menempelkan kedua lengannya
(di tanah) seperti anjing.” (HR.
Jama’ah)
29. Meniup
Dari Zaid bin Tsabit ra: “Nabi saw
melarang meniup ketika hendak
sujud dan meniup ketika
minum.” (HR. Thabarani)
Ketika sujud dilarang meniup
meskipun untuk membersihkan
tempat sujudnyadari sesuatu
yang mengganggu.
30. Mengusap pasir yang
menempel pada kening
Dari Watsilah ra : “Nabi saw
bersabda: ‘Seseorang tidak boleh
mengusap pasir di keningnya
sampai ia selesai shalatnya. Akan
tetapi, ia boleh mengusap
keringat dari kedua pelipisnya
karena malaikat akan
memintakan rahmat untuknya
selama belas sujud masih ada di
antara kedua matanya.’” (HR
Thabarani dan Al-Khatib)
31. Menjepit kedua telapak
tangan dengan paha / lutut
waktu ruku’ atau duduk
diantara sujud.
Dari Abu Ya’fur, ia berkata: “Saya
mendengar Mush’ab bin Sa’ad
bin Abi Waqqash berkata: ‘Aku
pernah shalat di samping
bapakku, lalu kedua telapak
tanganku aku jepit dengan
kedua pahaku dan aku dilarang
berbuat demikian. Ia berkata:
Dahulu kami berbuat seperti itu,
lalu kami dilarang melakukannya
dan kami diperintah meletakkan
telapak tangan pada lutut.” (HR..
Ibnu Hibban)
Dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi
Waqqash , ia berkata: “Aku
dahulu kalau shalat kedua
telapak tanganku kujepitkan
pada kedua lutut, kemudian
bapakku (Sa’ad) melihatku
(berbuat demikian), lalu ia
berkata:’Dahulu kami pernah
berbuat demikian, tetapi kami
dilarang melakukannya seperti
itu dan kami diperintahkan
(meletakkannya) pada lutut.” (HR
Ibnu Hibban)
32. Bertopang dengan Tangan
kiri
Dari Ibnu ‘Umar ra.: “Nabi saw
melarang seseorang bertopang
pada tangan kirinya ketika
duduk dalam shalat. Beliau
bersabda: ‘Cara seperti itu adalah
cara shalat orang Yahudi.” (HR
Hakim dan Baihaqi)
33. Duduk di atas tumit
Dari ‘Ali ra : ” Nabi bersabda:
‘Janganlah kamu duduk di atas
tumit ketika duduk antara dua
sujud.’ ” (HR Ibnu Majah)
Dari Samurah ra: “Nabi saw
melarang duduk di atas tumit
dalam shalat.” (HR. Hakim dan
Baihaqi)
Dari Abu Hurairah, katanya:
“Rasulullah saw melarangku
melakukan tiga perkara, yaitu
mematuk sepertimematuknya
ayam jantan; duduk di atas tumit
seperti duduknya anjing; dan
seperti menolehnya
musang.” (HR Ahmad)
34. Membersihkan pasir
Dari ‘Ali bin ‘Abdurrahman Al-
Mu’awi, sesungguhnya ia
berkata: “Ibnu ‘Umar melihat
saya ketika saya membersihkan
pasir saat melakukan shalat.
Tatkala selesai shalat ia
melarangku dan berkata:
‘Lakukanlah (shalat)
sebagaimana yang Rasulullah
saw lakukan. ‘Ia berkata: ‘Bila
beliau duduk dalam shalat, beliau
letakkan telapak tangan
kanannya pada paha kanannya
dan ia genggam semua jari-
jarinya dan ia acungkan jari
sebelah ibu jarinya (telunjuk) dan
beliau letakkan telapak tangan
kirinya pada paha kirinya. ‘” (HR
Ibnu Hibban)
Dari Mu’aiqib, dari Nabi saw.,
beliau bersabda – tentang
masalah seseorang meratakan
debu ketika ia hendak sujud: ”
Jika engkau memang mau
berbuat demikian, berbuatlah
sekali saja.” (HR Jama’ah)
35. Duduk istirahat dengan
menegakkan jari-jari kaki
Dari Samurah ra : “(Rasulullah)
saw telah menyuruh kami jika
kami melakukan shalat, ketika
kami mengangkat kepala kami
dari sujud supaya kami duduk
dengan tenang di tempatnya
(seperti duduk pada tahiyyat
awal) dan melarang duduk
dengan menegakkan jari-jari
kaki.” (HR Hakim dan Thabarani)
36. Membalikkan tangan
Dari Jabir bin Samurah, ia
berkata: ” Dahulu ketika kami
shalat bersama Rasulullah ada
salah seorang di antara kami
membalikkan telapak tangannya
yang kanan atau yang kiri
(sambil mengucapkan salam), lalu
Rasulullah saw bersabda:
‘Mengapa aku lihat kamu sekalian
membalikkan tangan kamu
seperti ekor kuda larat ?
Tidakkah cukup seseorang di
antara kamu tetap meletakkan
tangannya pada pahanya,
kemudian ia memberi salam
kepada (saudaranya) yang ada di
sebelah kanannya dan yang ada
disebelah kirinya ” (HR Ibnu
Hibban)