Minggu, 27 Maret 2011

CARA MALAIKAT MAU MEMBERI TAHU AJAL KITA

Sebagian Para Nabi berkata kepada Malaikat pencabut Nyawa. “Tidakkah Kau memberikan Aba-aba atau peringatan kepada Manusia bahwa kau datang sebagai malaikat pencabut nyawa sehingga mereka akan lebih hati-hati ?” Malaikat itu menjawab. “Demi Alloh, aku sudah memberikan aba-aba dan tanda-tandamu yang sangat banyak berupa penyakit, uban, kurang pendengaran, penglihatan mulai tidak jelas (terutama ketika sudah tua). Semua itu adalah peringatan bahwa sebentar lagi aku akan menjemputnya. Apabila setelah datang aba-aba tadi ia tidak segera bertobat dan tidak mempersiapkan bekal yang cukup, maka aku akan serukan kepadanya ketika aku cabut nyawanya: “Bukan kah aku telah memberimu banyak aba-aba dan peringatan bahwa aku sebentar lagi akan datang? Ketahuilah, aku adalah peringatan terakhir, setelah ini tidak akan datang peringatan lainnya “ (HR imam qurthubi) Beginilah cara kerja Malaikat Maut Nabi Ibrahim pernah bertanya kepada Malaikat maut yang mempunya dua mata diwajahnya dan dua lagi tengkuknya. “Wahai malaikat pencabut nyawa, apa yang kau lakukan seandainya ada dua orang yang meninggal diwaktu yang sama; yang satu berada di ujung timur yang satu berada diujung barat, serta ditempat lain tersebar penyakit yang mematikan dan dua ekor bintang melata pun akan mati ?” Malaikat pencabut nyawa berkata: ” Aku akan panggil ruh-ruh tersebut, dengan izin Alloh, sehingga semuanya berada diantara dua jariku, Bumi ini aku bentangkan kemudian aku biarkan seperti sebuah bejana besar dan dapat mengambil yang mana saja sekehendak hatiku “( HR abu Nu’aim) Ternyata Orang Mati Mendengar Tapi Tidak Bisa Menjawab Rosullulloh SAW memerintahkan agar mayat-mayat orang kafir yang tewas pada perang badar dilemparkan ke sebuah sumur tua. Kemudian beliau mendatanginya dan berdiri di hadapannya. Setelah itu, beliau memanggil nama mereka satu-satu: “Wahai fulan bin fulan, fulan bin fulan, apakah kalian mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian untuk kaliab betul-betul ada? Ketahuilah sesungguhnya aku mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhanku itu benar-benar ada dan terbukti. ” Umar lalu bertanya kepad a Rosulullah. “Wahai Rasul, mengapa engkau mengajak bicara orang-orang yang sudah menjadi mayat?” Rosullah menjawab. "Demi Tuhan yang mengutusku dengan kebenaran, kalian memang tidak mendengar jawaban mereka atas apa yang tadi aku ucapkan, Tapi ketahuilah, mereka mendengarnya, hanya saja tidak dapat menjawab ” (HR Bukhari Muslim)

Sabtu, 26 Maret 2011

KEBOHONGAN NATAL 25 DESEMBER

KEBOHONGAN KRISTEN (A MILLION BULLSHITS OF CHRISTIANITY) SEJARAH NATAL Kata natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih - yang mereka sebut Tuhan Yesus. Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 - 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal). Kelahiran Yesus Menurut Bibel Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1:8 dan Matius 2:1, 10, 11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus). Lukas 2:1-8: Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing- masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dan kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya didalam palungan, karena tidak ada tempat yang bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala- gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Jadi, menurut Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu sedang melaksanakan sensus penduduk (7 M = 579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam Ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertugas ke sana, dan lahirlah Yesus Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput. Menurut Matius 2:1, 10, 11: Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya. Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintahkan tahun 37 SM - 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang- bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur. Cukup jelas pertentangan kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang- bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal tidak mustahil. Bagi yang memiliki wawasan luas, hati terbuka dan lapang dalam mencari kebenaran, kitab suci Al Qur'an telah memberikan jawaban tentang kelahiran Yesus (Isa alaihissalam). "Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu". (Surat Maryam: 23-25). Jadi menurut Al Qur'an Yesus dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Untuk itu perlu kita cermati pendapat sarjana Kristen Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible - seperti dikutip buku Bible dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal 23) : Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan: Agustus - September. Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity - seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi berpendapat sebagai berikut: There is, moreover, no authority for the belief than December 25 was the actual birthday of Jesus. If we can give any credence to the bith- story of Luke, with the shepherds keeping watch by night in the fields near Bethlehem, the birth of Jesus did not take place in winter, when the night temperature is so law in the hill country of judea that snow is not uncommon. After much argument our christmas day seems to have been accepted about A.D. 3000. (Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Behtlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pengunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira- kira tahun 200 Masehi). Pada Tahun Berapa Yesus Lahir? Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun I, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 (sudah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus, jadi antara tahun 27 Sebelum Masehi - 14 Sesudah Masehi.** Sedangkan Matius 2:1 (juga telah dikutip) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi - 4 sesudah Masehi. Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 sesudah masehi. Antara lain kita kutip buku tulisan rev. Dr. Charles Franciss Petter, MA., B.D., S.T.M. yang berjudul The Lost Years of Jesus Revealed hal 119 sebagai berikut: In the nineteehnt century, when it became evident and was finally admitted that Herod died in the year 4 B.C. and it was recalled that, according to story in Matthew's Gospel (2:16), King Herod, in order to eliminate little Jesus as a possible "King of the Jews", had ordered all infants of two years old and under to be killed, the birth-date of Jesus 0bviously had to be moved back to 4 B at least. Today, scholars prefer 5 to 6 B as the date best accomodating the indonsistent and even cont5radictory traditions, legens, and gospels, although some historians push the date back to 8 and 10 b.C. The problem of the correct dating of Jesus' birth, life, and death has now been raised again (due to several statemensin these Essence Scrolls) along with the related question on the deity. (Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diajui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum masehi dan setelah ditetapkan, bahwa menurut cerita Matius (2:16) raja Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak umur/dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus yang masih bayi yang katanya bakal jadi raja orang- orang Yahudi, maka jelaslah tanggal lahir Yesus harus digeser ke belakang, paling sedikit 4 tahun sebelum masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahirnya Yesus itu 5 sampai 6 tahun ke belakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan- keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan- gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanannya juga harus dibangkitkan kembali). Jadi sampai hari inipun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan. Asal usul Perayaan Natal 25 Desember Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya. Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke 4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium romawi yang paganis politheisme. Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/ budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun = matahari; day = hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember. Maka supaya agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/ penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan = Yesus). Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan: Pertama, hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus, untuk menggantikan patung Dewa Matahari. Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang. Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang. Darimana kepercayaan paganis politheisme mendapat ajaran tentang Dewa Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember? Mari kita telusuri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuni di dalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud). H.W. Armstrong dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worldwide Church of God, California USA, 1994, menjelaskan: Namrud cucu Ham. Anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nirod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kota "Marad" yang artinya: "Dia membangkang atau Murtad" antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama "Semiramis". Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati Semiramis menyebarkan ajaran, bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon "Evergreen" yang tumbuh dari sebatang kayu mati. Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting- ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal-usul pohon Natal. Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai "Ratu Langit" oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai "anak suci dari surga". Putaran jaman menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babilonia ini berubah menjadi "Mesiah palsu", berupa dewa "Ba-al" anak dewa matahari dengan obyek penyembahan "Ibu dan Anak" (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa "Isis dan Osiris", di Asia bernama "Cybele dan Deoius", di Roma disebut "Fortuna dan Yupiter". Bahkan di Yunani, "Kwan Im" di Cina, Jepang, dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa "Madonna" dan lain-lain. Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa). 1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini. 2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet. 3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi. 4. Ba-al yang disembah orang- orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kana?an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan. 5. Dewa Ra, sembahan orang- orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besar dan dijadikan sebagai pesta rakyat. Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus,Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zrates (Bangsa Persia) dan Fo Hi (Bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Solulus, Aristonicus, Tibarius, Grocesus, Yupiter, Minersa, Easter. Jadi, konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba. Konsep/dogma agama bahwa yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada jemaat di Roma. Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma 3:7). Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu. Yesus telah mensinyalir lewat pesannya: Jawab Yesus kepada mereka: Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang?. (Matius 24:4-5). Pandangan Bibel Tentang Upacara Natal Untuk mengetahi pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi dari tradisi paganisme, baiklah kita telaah Yeremia 10:2-4: "Beginilah firman Tuhan: "Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa- bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa- bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang." Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal, yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaan bangsa- bangsa penyembah berhala. Selanjutnya mari kita simak penjelasan dalam Yeremia 10:5: "Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara, orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun dia tidak dapat." Sumber-sumber Kristen yang Menolak Natal 1. Catholic Encyclopedia, edisi 1911 tentang Chrismas: "Natal bukanlah upacara gereja yang pertama ... melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus." Dalam buku yang sama, tentang "Natal Day" dinyatakan sebagai berikut: "Di dalam kitab suci tidak ada seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir'aun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini." 2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan: "Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambi oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.' 3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944, menyatakan: "Menurut para ahli, pada abad- abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut". (Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus) ... Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke-4 M. Pada abad ke-5 M, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari "Kelahiran Dewa Matahari". Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus." Keterangan: ** Jika kita menerima keterangan Injil Lukas, maka Yesus dilahirkan pada tahun 2 Sebelum Masehi. Hal ini didasarkan pada keterangan Injil Lukas yang menempatkan pembaptisan Yesus pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Roma Tiberius, dan saat Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea (Lukas 3:1), dan bahwa Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Agustus pada tahun 14 Masehi,* maka Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis pada tahun 29 Masehi, yakni ketika Yesus berumur kira-kira 30 tahun (Lukas 3:23). Ini berarti, Yesus dilahirkan pada tahun 2 Sebelum Masehi. Rujukan: * A) Josephus F (1998) B) Asimov I (1969) C) Braid W (1971) D) Duncan GB (1971) E) Leon-Dufour X (1983) F) Jerald F. Dirks (2001). Wassalaam.

Jumat, 25 Maret 2011

7 KALIMAT DASYAT..

Ada 7 kalimat super dahsyat yang dapat membuat kita terpandang di sisi Allah dan Malaikat, serta dapat membuat dosa kita terampuni walaupun sebanyak buih di lautan..
Tujuh kalimat super dahsyat tersebut adalah:

1. Mengucap Bismillah pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.

2. Mengucap Alhamdulillah pada tiap- tiap selesai melakukan sesuatu.

3. Mengucap Astaghfirullah jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.

4. Mengucap Insya-Allah jika merencanakan berbuat sesuatu dihari esok.

5. Mengucap Mengucap La haula wala kuwwata illa billah jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.

6. Mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun jika menghadapi dan menerima musibah.

7. Mengucap Mengucap La ila ha illa Allah muhammad rasulullah sepanjang siang dan malam, sehingga tak terpisah dari lidahnya.
Bila Allah cepat mangabulkan doamu maka Dia menyayangimu, bila Dia lambat mengabulkan doamu maka Dia ingin mengujimu, bila Dia tidak mengabulkan doamu maka Dia merancang sesuatu yang lebih baik untukmu. Oleh karena itu, sentiasalah bersangka baik pada Allah dalam keadaan apapun, kerana kasih sayang Allah itu mendahului KemurkaanNya. Ambilah sedikit masa dan anda sudah pasti memberi keceriaan kepada seseorang atau mungkin mengubah hidup mereka kepada yang lebih baik.. Sujudkupun takkan memuaskan inginku untuk hanturkan sembah sedalam kalbu, adapun kusembahkan syukur pada-Mu Yaa Allah untuk nama, harta dan keluarga yang mencinta dan perjalanan yang sejauh ini tertempa. Pilihan dan kesempatan yang membuat hamba mengerti lebih baik tentang makna diri, semua lebih berarti akan mudah dihayati..

SEBAB SEBAB DOA TIDAK DI KABULKAN

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina ” (Al Mu ’min:60) ”Jangan salahkan Allah bila doa tak dikabulkan dan jangan pula menggerutu atau jemu,” kata Abdul Qadir-Jailani dalam Mafatih al-Ghaib. Yang perlu dipertanyakan adalah mengapa doa kita tak terkabul? Ada dua sebab mengapa doa tertolak. Yaitu, pertama, tidak memperhatikan adab berdoa, baik adab lahir maupun adab batin. Rasulullah SAW bersabda, ”Doa seorang hamba Allah tetap dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau memutuskan silaturahim atau tak terburu-buru segera dikabulkan. ” Seorang sahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah maksud terburu- buru?” Rasulullah menjawab, ”Ia mengatakan, ‘aku telah berdoa tapi aku tidak melihat doaku dikabulkan ’, sehingga ia mengabaikan dan meninggalkan doanya itu. ” (HR Muslim). Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah. ” Nabi Saw lalu bersabda: “Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul. ” (HR. Ath-Thabrani) Ketika suatu doa tak segera menampakkan tanda-tanda terijabah, maka seharusnya seseorang tetap berbaik sangka kepada Allah SWT. Sebab, Allah SWT akan mengganti bentuk pengkabulan doa dengan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi si pemohon atau ditunda pengabulannya hingga hari akhirat dalam bentuk deposito pahala. Rasul pernah bercerita, nanti di akherat ada seseorang yang heran mengapa Allah banyak memberinya rahmat-Nya, ternyata semua itu diperoleh dari do’a-do’anya di dunia yang belum terkabul.. Kedua, perilaku buruk. Syaqiq al- Balkhi bercerita, ketika Ibrahim bin Adham berjalan di pasar-pasar Bashrah, kemudian orang mengerumuni beliau. Mereka bertanya, “Mengapa Allah belum juga mengabulkan doa mereka padahal telah bertahun-tahun berdoa”, bukankah Allah berfirman, ”Berdoalah kalian, maka Aku mengabulkan doa kalian. ”. Ibrahim bin Adham menjawab, ”HATIMU TELAH MATI DARI 10 PERKARA ”, yaitu : 01. Engkau ber-Tuhan-kan Allah, tetapi tidak menunaikan hak-Nya. 02. Engkau membaca kitab Allah, tetapi tidak mau mempraktikkan isinya. 03. Engkau mengaku bermusuhan dgn iblis, ttapi mengikuti tuntunannya. 04. Engkau mengaku cinta Rasul, ttpi meninggalkan suri tauladan dan sunah beliau. 05. Engkau mengaku senang surga, tetapi tidak berbuat menuju kepadanya. 06. Engkau mengaku takut neraka, tetapi tidak mengakhiri perbuatan dosa. 07. Engkau mengakui kematian itu hak, tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. 08. Engkau asyik meneliti aib-aib orang lain, tetapi melupakan aib-aib dirimu sendiri. 09. Engkau makan rezeki Allah, tetapi tidak bersyukur pada-Nya. 10. Engkau ikut menguburkan orang mati, tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa itu. [Al Baqarah 152-153] “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (Al A’Raaf:205) Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi (Thaahaa:7) Baarakallaahu lakumaa wa baaraka ‘alaikum

…Pertanyaan yang mempesona dari duta para wanita…

Dalam sejarah peradaban manusia, tidak ada yang bisa menyamai generasi para shahabat. Mereka adalah orang-orang pilihan Allah untuk menjadi sahabat Nabi-Nya, Muhammad ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ . Sungguh keistimewaan yang tidak akan tertandingi oleh apa pun. Mereka adalah generasi pilihan yang harus dijadikan panutan. Baik dari kalangan shahabat maupun shahabiyah. Membaca kisah mereka ibarat hidup di tengah-tengah mereka dan merasakan getaran kekuatan yang memasuki relung hati kita meski kita tidak pernah bertemu dengan mereka. Di antara kisah mereka yang membuat kita terhipnotis adalah pertanyaan yang mempesona dari duta para wanita, para shahabiyah ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ ﻦﻬﻨﻋ yang diwakili oleh Asma ’. Pertanyaan itu muncul karena kegelisahan dan keinginan mereka untuk mendapat pahala sebagaimana kaum pria, para shahabat. Lebih menghebohkan lagi, pertanyaan itu disampaikan ketika Nabi Muhammad bermajlis bersama para shahabatnya. Bagaimana kisahnya? Mungkin kita sudah pernah mendengarnya, atau bahkan menghafalnya. Ini sebagai pengingat saja dan menguatkan memori kita untuk mengingat kembali kisah fantastic tersebut. Pada suatu hari Rosululloh sedang mengajarkan al-Qur ’an dan as-Sunah kepada para Shahabatnya. Di tengah keasyikan mengajar, beliau dan para shahabat dikejutkan dengan datangnya seorang shohabiyah. Dia bernama Asma ’ binti Yazid bin Sakan ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ yang menjadi duta dari para shahabiyah di belakangnya. Di tengah keterjutan Rasululloh dan para shahabat, Asma ’ bertanya kepada beliau , ” Wahai Rasulullah , sesungguhnya aku adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah yang di belakangku. Seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan, dan semuanyanya berpendapat sebagaimana yang aku utarakan. ” Kemudian ia melanjutkan, “Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada semua kaum laki-laki dan kaum wanita, kemudian kami beriman kepadamu dan kepada Rabb mu. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki, dan kami adalah tempat mereka menyalurkan syahwatnya. Kami pula yang mengandung anak-anak mereka. Akan tetapi kaum laki-laki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat Jum’at, mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad, kami lah yang menjaga harta mereka dan mendidik anak-anak mereka. ” Setelah mengutarakan semua hal yang mengganjal dalam benak semua shahabiyah, ia kemudian bertanya, “Lantas, apakah kami, kaum wanita, juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka ?” Coba kita baca sekali lagi, “Lantas, apakah kami, kaum wanita, juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka ?” Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah terkagum-kagum mendengar pertanyaan yang sangat luar biasa indahnya, sebagaimana kekaguman kita setiap kali membaca dan mengamati pertanyaan tersebut. Indah nian. Sungguh. Pertanyaan luar biasa yang terlontar karena ingin mendapatkan pahala berlimpah dari profesi ibu rumah tangga; wanita yang menjaga dirinya, harta suaminya dan mendidik anak-anaknya. Dengan wajah tersenyum karena mendapatkan pertanyaan yang sedemikian indahnya, Rasululloh menoleh kepada para sahabat dengan menghadapkan seluruh tubuhnya dan bersabda, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan tentang agama dari seorang wanita yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan ?” Para sahabat yang belum hilang keterjutannya dengan pertanyaan Asma ’, sekarang juga terkejut lagi dengan pertanyaan Rasululloh. Pada saat itu para shahabat hanya bisa menjawab, “Belum, belum wahai Rasululloh. Bahkan, belum pernah terdetik dalam benak kami bahwa dia akan bertanya sedemikian bagusnya, wahai Rosululloh !” Rasululloh dan para shahabat sangat terkagum dan terpesona dengan pertanyaan yang demikian indahnya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Kembalilah wahai Asma ’ dan beritahukan kepada para wanita yang berada di belakangmu; bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya, dan ketundukkannya untuk senantiasa mentaati suami; itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki. ” Subhanallah. Jawaban yang sejuk dan indah. Mengobati semua kegundahan para wanita, yang iri dengan berbagai pahala yang diperoleh kaum pria. Mendengar jawaban Rasululloh, Asma ’ berlalu dengan wajah berseri-seri dan mengucapkan tahlil sebagai tanda kemenangan karena mendapatkan apa yang mereka impikan sebagai kaum wanita. Tak lama setelah itu, para shahabiyah yang mendengar kabar Asma ’ selaku duta mereka pun mengumandangkan takbir setelah mendengar jawaban Rasululloh. Allahu Akbar !

NABI IDRIS A.S.

Nabi Idris a.s. ialah salah seorang rasul dan nabi yang diturunkan oleh Allah s.w.t. untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Nabi Idris merupakan rasul kedua daripada 25 rasul yang wajid diketahui oleh umat Islam Kisah Nabi Allah Idris a.s Tidak banyak keterangan yang didapati tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran maupun dalam kitab- kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi.Di dalam Al-Quran hanya terdapat empat ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57: “Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdapat tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 – Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” { Maryam : 56 – 57 } Nabi Idris A.S. menyeru umatnya kembali menyembah Allah SWT. Beliau mengarahkan umatnya untuk meninggalkan penyembahan berhala mereka. Beliau menekankan bahwa mereka tidak boleh dikuasai oleh sifat cintakan harta dan kekayaan. Beliau melarang mereka daripada meminum arak dan minuman lain yang memabukkan. Hanya segelintir saja yang mendengar seruan tetapi majoriti daripada mereka menentang keras terhadap beliau. Namun begitu, Nabi Idris A.S. tetap tidak berputus asa dan terus menyeru tanpa goyah pendiriannya. Beliau dihargai atas keimanan dan kesabaran yang kental. “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami, sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang soleh ” (Al-Anbiyya, 21: 85-86) Nabi Idris lahir di Munaf, sebuah daerah di Mesir, Dia adalah keturunan keenam dari Nabi Adam a.s. putera dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. Dia kakek bapak Nabi Nuh AS. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca Shafiah. Allah SWT menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang durhaka kepada Allah).dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith. Menurut kitab tafsir 1000 tahun selepas Nabi Adam a.s wafat. Nabi Idris dianugerahkan kepandaian di dalam pelbagai disiplin ilmu kemahiran serta mencipta peralatan yang digunakan manusia sekarang ini seperti penulisan, matematik, astronomi, dan lain-lain lagi. Menurut sebuah kisah, terdapat satu masa di mana kebanyakan manusia telah melupakan tuhan, dan bumi telah dihukum dengan kemarau. Walaubagaimanapun, Nabi Idris a.s. telah berdoa ke hadrat Allah s.w.t. dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan turunnya hujan. Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri dari seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun. Menurut sebuah buku The Prophet of God Enoch: Nabiyullah Idris , Idris ialah nama Arab bagi Enoch beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT. Dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia yang dipilih oleh Allah SWT sehingga beliau diangkat ke langit. Satu kepercayaan yang tidak dipastikan kesahihannya mengatakan bahwa piramid telah dibina sebagai merujuk kepada Nabi Idris a.s., kerana di kawasan itulah di mana beliau diangkat ke langit. Nasihat dan Pengajaran Di antara beberapa nasihat dan kata- kata mutiaranya ialah : ~ Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kepada kemenangan. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat daripada Allah dengan amal- amal solehnya. Apabila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntut sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar- pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan pujian kepada Allah. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang bernasib baik , karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati nasib baiknya. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat- nikmat yang diperolehinya itu. Firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat martabatnya. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat Nabi Idris a.s Bersama Malaikat Izrail Diriwayatkan Nabi Idris as. telah naik ke langit pada hari senin. Peristiwa naiknya Nabi Idris as. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Firman Allah SWT bermaksud: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah, Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryam: 56-57) Karena ketekunannya dalam beribadah dan menuntut ilmu, Nabi Idris dikaruniai Allah SWT pengetahuan yang luas dan dalam. Idris kecil mempelajari Shafiah dengan tekun, karena kesukaannya membaca itulah, ia mendapat gelar “Idris”, yang artinya orang yang tekun belajar. Dia belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan tempat, Dialah manusia pertama yang menulis dengan pena yang terbuat dari batu kerikil serta satu-satunya Nabi yang tinggal di surga tanpa mengalami kematian. Beliaulah yang mula-mula pandai ilmu hitung dan ilmu bintang, dan beliau pula manusia pertama yang merancak kuda, menggunting pakian yang terbuat dari kulit binatang dan menjahitnya. Dia mempunyai kekuatan yang hebat dan bertabiat gagah berani, sehingga diberi julukan “Asadul Usud”, artinya Singa dari segala Singa. Dia tidak pernah lalai sedikitpun dari mengingat Allah, walau sedang sibuk menghadapi persoalan penting sehari-hari. Hingga Allah memberikan derajat yang tinggi padanya. Seperti halnya Nabi Adam dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima Wahyu Allah melalui Malaikat Jibril yang berupa 30 Shahifah yang berisi petunjuk untuk disampaikan kepada Umatnya. Beliau di utus berdakwah kepada umat keturunan Qabil. Umat ini telah bersikap durhaka kepada Allah. Mereka menimbulkan berbagai bencana dan kerusakan di muka bumi. Oleh Nabi Idris orang-orang ini diajak salat, puasa dan bersedekah.Tapi, keturunan Qabil ini tak mau mendengar ajakan menuju kebaikan itu. Mereka malah menghina dan mengejek Nabi Idris. “Hidup kami sudah enak, senang dan serba cukup, kenapa engkau mengganggu kami? Tanya beberapa orang penting dari kaum itu. “Ajaranmu aneh, kami tak membutuhkannya !” sahut yang lain. “Lebih baik engkau hidup sendiri bersama Tuhanmu.” Begitulah tantangan dakwah Nabi Idris selama puluhan tahun menyebarkan ajaran kebenaran. Hanya beberapa gelintir orang yang mau mengikutinya. Sebagian besar dari mereka lebih suka mengikuti hawa nafsunya sendiri. Karena keturunan Qabil semakin menentang ajaran Idris, Allah memerintahkan Nabi Idris meninggalkan mereka dan membawa pengikutnya yang setia dan mau beriman kepada Allah untuk menyelamatkan diri. Karena Allah akan menurunkan azab kepada umat yang durhaka itu. Begitu Nabi Idris dan pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah azab yang dijanjikan Allah. Paceklik merajalela, pertanian gagal, ternak mati, akhirnya umat yang sesat itupun mati bergelimpangan karena kelaparan. Sebaliknya, Nabi Idris dan orang- orang beriman yang mengikutinya diselamatkan Allah dari bencana yang mengerikan itu. Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau. Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat maut pun duduk. Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut. Kemudian beliau beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama- sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya. Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa heran melihat sikap Malaikat itu. Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, maukah tuan jalan-jalan bersama saya untuk melihat keindahan alam sekitar? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.” Maka berjalanlah keduanya melihat alam sekitar dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mau memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram ?” Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahwa mereka telah jalan-jalan selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak- tanduknya berbeda dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu. Kemudian beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya? malaikat maut pun menjawab Saya adalah Malaikat Maut.” “Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk ?” “Benar ya Idris.” “Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk ?” “Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan. ” “Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku ?” “Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu. ” “Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, yaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.” Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah. ” Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu. Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan menghiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali. Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan. Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, yaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu. Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT. ” Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh- musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain. Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT. ” Jawab Malaikat Maut. Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga. Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali- waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain- lain. Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka ?” Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga. Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.” Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud: “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Ali-Imran: 185) Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud: “Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu. ” (Maryam: 71) Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud: “… Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Syurga). ” (Al-Hijr: 48) Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Syurga.” Dan Allah telah berfirman kepada rasul-rasulNya tentang kisah Nabi Idris dalam firmanNya yang bermaksud. “Dan ingatlah olehmu cerita-cerita dalam kitab Nabi Idris a.s dan seterusnya.” Wallahu a ’alam bissawab.

Apa Yang Menghalangimu Untuk belum Berhijab Wahai Saudariku?

Hijab adalah pakaian wanita muslim yang menutup bagian kepala sampai dengan kaki (termasuk didalamnya jilbab/tudung dan pakaian yang longgar tidak memperlihatkan lekuk tubuh). Bagi orang awam, masalah hijab mungkin dianggap masalah sederhana. Padahal sesungguhnya, ia adalah masalah besar. Karena ia adalah perintah Allah SWT yang tentu didalamnya mengandung hikmah yang banyak dan sangat besar. Ketika Allah SWT memerintahkan kita suatu perintah, Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu adalah untuk kebaikan kita dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan, kemuliaan dan keagungan wanita. Seperti firman Allah SWT: “Hai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, anak- anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ”.(QS. Al Ahzab:59) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda: “Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, diatas kepala mereka (terdapat suatu) seperti punuk onta yg lemah gemulai. Laknatlah mereka! Sesunggunya mereka adalah wanita -wanita terlaknat. ”(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2/33)) Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah bersabda: “Dua kelompok termasuk penghuni Neraka, Aku (sendiri) belum pernah melihat mereka, yaitu seperti orang yg membawa cemeti seperti ekor sapi, dengannya mereka mencambuki manusia dan para wanita yg berpakaian (tetapi ) telanjang, bergoyang berlenggak lenggok, kepala mereka (ada suatu) seperti punuk unta yg bergoyang goyang. Mereka tentu tidak akan masuk Surga, bahkan tidak mendapat baunya. Dan sesungguhnya bau Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian. ”(HR. Muslim, hadits no. 2128). Dimasa kini banyak alasan atau sebab yang sering dijadikan alasan mengapa para wanita enggan untuk berhijab, diantaranya: 1. Belum mantap Bila ukhti/saudari berdalih dengan syubhat ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni antara perintah Tuhan dengan perintah manusia. Selagi masih dalam perintah manusia, maka seseorang tidak bisa dipaksa untuk menerimanya. Tapi bila perintah itu dari Allah SWT tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan saya belum mantap, karena bisa menyeret manusia pada bahaya besar yaitu keluar dari agama Allah SWT sebab dengan begitu ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut. Allah SWT berfirman Allah: “Dan tidak patut bagi lelaki mukmin dan wanita mukminah, apabila Allah dan Rasul- Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah SWT dan Rasul- Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al- Ahzab: 36) 2. Iman itu letaknya di hati bukan dalam penampilan luar Para ukhti/saudari yang belum berhijab berusaha menafsirkan hadist, tetapi tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasalam: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian. ”(HR. Muslim, Hadist no. 2564 dari Abu Hurairah). Tampaknya mereka menggugurkan makna sebenarnya yang dibelokkan pada kebathilan. Memang benar Iman itu letaknya dihati tapi Iman itu tidak sempurna bila dalam hati saja. Iman dalam hati semata tidak cukup menyelamatkan diri dari Neraka dan mendapat Surga. Karena definisi Iman Menurut jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah: “keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan ”. Dan juga tercantum dalam Al-Quran setiap kali disebut kata Iman, selalu disertai dengan amal, seperti: “Orang yg beriman dan beramal shalih….”. Karena amal selalu beriringan dengan iman, keduanya tidak dapat dipisah- pisahkan. 3. Allah belum memberiku hidayah Ukhti/saudari yang seperti ini terperosok dalam kekeliruan yang nyata. Karena bila orang yang menginginkan hidayah, serta menghendaki agar orang lain mendo’akan dirinya agar mendapatkannya, ia harus berusaha keras dengan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya sehingga mendapatkan hidayah tersebut. Seperti firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ” (QS. Ar-Ra ’d: 11). Karena itu wahai uhkti/saudari, berusahalah mendapatkan sebab- sebab hidayah, niscaya Anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah SWT. Diatara usaha itu adalah berdo’a agar mendapat hidayah, memilih kawan yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis dzikir dan ceramah agama dan lainnya. 4.Takut tidak laku nikah Syubhat ini dibisikkan oleh setan dalam jiwa karena perasaan bahwa para pemuda tidak akan mau memutuskan untuk menikah kecuali jika dia telah melihat badan, rambut, kulit, kecantikan dan perhiasan sang gadis. Meskipun kecantikan merupakan salah satu sebab paling pokok dalam pernikahan, tetapi ia bukan satu-satunya sebab dinikahinya wanita. Rasulullah Shallallahu  ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Wanita itu dinikahi karena empat hal; yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yg berpegang teguh dengan agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu”. (HR. Al Bukhari, kitaabun nikah,9/115). 5. Ia masih belum Dewasa Sesungguhnya para wali, baik ayah atau ibu yang mencegah anak puterinya berhijab, dengan dalih karena masih belum dewasa, mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Allah SWT pada hari Kiamat. Karena menurut syariat ketika seorang gadis mendapatkan Haidh, seketika itu pula ia wajib untuk berhijab. 6. Orang tuaku dan suamiku melarang berhijab Dasar permasalahan ini adalah bahwa ketaatan kepada Allah SWT harus didahulukan daripada keta ’atan kepada mahluk siapa pun dia. Seperti dalam hadits shahih disebutkan: “sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebaikan. ”(HR. Al Bukhari dan Muslim). Dan sabda Rasul dalam hadist lainnya: “Dan tidak boleh ta ’at kepada mahluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada Al-Khaliq. ” (HR. Imam Ahmad, hadits ini shahih). Maka dari itu wahai ukhti yang belum berhijab, semoga tulisan ini mejadi pembuka hati yang terkunci, menggetarkan perasaan yg tertidur, sehingga bisa mengembalikan segenap akhwat yang belum menta’ati perintah berhijab, kepada fitrah yang telah diperintahkan Allah SWT.

Rabu, 23 Maret 2011

Selasa, 22 Maret 2011

ULLUMUL HADITS BAGIAN 3. ( Rijalil Hadits, Jarhi Wat Takdil, Illail Hadits, Asbabi Wuruddil Hadits, nasikh wal mansukh, dll)

A. IImu Rijalil Hadits
llmu Rijalil Hadits ialah:
Artinya:
"Ilmu yang membahas tentang
para perawi hadits, baik dari
sahabat, tabi'in, maupun dari
angkatan sesudahnya ."
Dengan ilmu ini dapatlah kita
mengetahui keadaan para perawi
menerima hadits dari Rasulullah dan
keadaan para perawi yang
menerima hadits dari sahabat dan
seterusnya. Di dalam ilmu ini
diterangkan tarikh ringkas dari
riwayat hidup para perawi, mazhab
yang dipegang oleh para perawi
dan keadaan-keadaan para perawi
itu dalam menerima hadits.
Sungguh penting sekali ilmu ini
dipelajari dengan seksama, karena
hadits itu terdiri dari sanad dan
matan. Maka mengetahui keadaan
para perawi yang menjadi sanad
merupakan separuh dari
pengetahuan. Kitab-kitab yang
disusun dalam ilmu ini banyak
ragamnya. Ada yang hanya
menerangkan riwayat-riwayat
ringkas dari para sahabat saja. Ada
yang menerangkan riwayat-riwayat
umum para perawi-perawi, Ada
yang menerangkan perawi-perawi
yang dipercayai saja, Ada yang
menerangkan riwayat- riwayat para
perawi yang lemah-lemah, atau
para mudallis, atau para pemuat
hadits maudu'. Dan ada yang
menerangkan sebab-sebab
dianggap cacat dan sebab-sebab
dipandang adil dengan menyebut
kata -kata yang dipakai untuk itu
serta martabat perkataan.
Ada yang menerangkan nama-
nama yang serupa tulisan berlainan
sebutan yang di dalam ilmu hadits
disebut Mu'talif dan Mukhtalif. Dan
ada yang menerangkan nama-
nama perawi yang sama namanya,
lain orangnya, Umpamanya Khalil
ibnu Ahmad. Nama ini banyak
orangnya. lni dinamai Muttafiq dan
Muftariq. Dan ada yang
menerangkan nama- nama yang
serupa tulisan dan sebutan, tetapi
berlainan keturunan dalam sebutan,
sedang dalam tulisan serupa.
Seumpama Muhammad ibnu Aqil
dan Muhammad ibnu Uqail. Ini
dinamai Musytabah. Dan ada juga
yang hanya menyebut tanggal
wafat.
Di samping itu ada pula yang hanya
menerangkan nama-nama yang
terdapat dalam satu-satu kitab saja,
atau: beberapa kitab saja. Dalam
semua itu para ulama telah berjerih
payah menyusun kitab-kitab yang
dihajati.
Kitab yang diriwayatkan keadaan
para perawi dari golongan sahabat "
Permulaan ulama yang menyusun
kitab riwayat ringkas para sahabat,
ialah Al-Bukhari (256 H). Kemudian
usaha itu dilaksanakan oleh
Muhammad Ibnu Saad, sesudah itu
terdapat beberapa ahli lagi, di
antaranya, yang penting
diterangkan ialah Ibnu Abdil Barr
(463 H). Kitabnya bernama AI-
Istiab.
Pada permulaan abad ketujuh
Hijrah, Izzuddin ibnul Atsir (630 H)
mengumpulkan kitab-kitab yang
telah disusun sebelum masanya
dalam sebuah kitab besar yang
dinamai Usdul Gabah. Ibnu Atsir ini
adalah saudara dari Majdudin Ibnu
Atsir pengarang An-Nihayah fi
GaribiI Hadits. Kitab Izzuddin
diperbaiki oleh Ai-Dzahabi (747 H)
dalam kitab At-Tajrid.
Sesudah itu pada abad kesembilan
Hijrah, Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqali
menyusun kitabnya yang terkenal
dengan nama AI-Ishabah. Dalam
kitab ini dikumpulkan Al- Istiab
dengan Usdul Gabah dan ditambah
dengan yang tidak terdapat dalam
kitab- kitab tersebut. Kitab ini telah
diringkaskan oleh As-Sayuti dalam
kitab Ainul Ishabah.
Al-Bukhori dan muslim telah,
menulis juga kitab yang
menerangkan nama-nama sahabi
yang hanya meriwayatkan suatu
hadits saja yang dinamai Wuzdan.
Kemudian, dalam bab ini Yahya
ibnu abdul Wahab ibnu Mandah Al-
Asbahani (551 H) menulis sebuah
kitab yang menerangkan nama-
nama sahabat yang hidup 120
tahun.
B. Ilmul Jarhi Wat Takdil
Ilmu Jarhi Wat Takdir, pada
hakekatnya merupakan suatu
bagian dari ilmu rijalil hadits. Akan
tetapi, karena bagian ini dipandang
sebagai yang terpenting maka ilmu
ini dijadikan sebagai ilmu yang
berdiri sendiri. Yang dimaksud
dengan ilmul jarhi wat takdil ialah:
Artinya:
"Ilmu yang menerangkan tentang
catatan-catatan yang dihadapkan
pada para perawi dan tentang
penakdilannya (memandang adil
para perawi) dengan memakai
kata-kata yang khusus dan tentang
martabat-martabat kata-kata itu. "
Mencacat para perawi (yakni
menerangkan keadaannya yang
tidak baik, agar orang tidak
terpedaya dengan riwayat-
riwayatnya), telah tumbuh sejak
zaman sahabat.
Menurut keterangan Ibnu Adi (365
H) dalam Muqaddimah kitab AI-
Kamil, para ahli telah menyebutkan
keadaan-keadaan para perawi sejak
zaman sahabat. Di antara para
sahabat yang menyebutkan
keadaan perawi-perawi hadits ialah
Ibnu Abbas (68 H), Ubadah ibnu
Shamit (34 H), dan Anas ibnu Malik
(93 H).
Di antara tabi'in ialah Asy Syabi(103
H), Ibnu Sirin (110H), Said Ibnu AI-
Musaiyab (94 H). Dalam masa
mereka itu, masih sedikit orang
yang dipandang cacat. Mulai abad
kedua Hijrah baru ditemukan
banyak orang-orang yang lemah.
Kelemahan itu adakalanya karena
meng-irsal-kan hadits, adakalanya
karena me- rafa-kan ltadis yang
sebenarnya mauquf dan
adakalanya karena beberapa
kesalahan yang tidak disengaja,
seperti Abu Harun AI-Abdari (143 H).
Sesudah berakhir masa tabi'in, yaitu
pada kira-kira tahun 150 Hijrah, para
ahli mulai menyebutkan keadaan-
keadaan perawi, menakdil dan
menajrihkan mereka. Di antara
ulama besar yang memberikan
perhatian pada urusan ini, ialah
Yahya. ibnu Said Al- Qattan (189H),
Abdur Rachman ibnu Mahdi (198 H)",
sesudah itu, Yazid Ibnu Harun(189
H), Abu Daud At-Tahyalisi (204 H),
Abdur Razaq bin Human (211
H).Sesudah itu, barulah para ahli
menyusun kitab-kitab jarah dan
takdil. Di dalamnya diterangkan
keadaan para perawi, yang boleh
diterima riwayatnya dan yang
ditolak.
Di antara pemuka-pemuka jarah
dan takdil ialah Yahya ibnu Main
(233 H), Ahmad ibnu Hanbal (241 H),
MUhammad ibnu Saad (230 H),Ali
Ibnul Madini (234 H), Abu Bakar ibnu
Syaibah (235 H), Ishaq ibnu
Rahawaih (237 H). Sesudah itu, Ad-
Darimi (255 H),Al-Bukhari (256 H),
Al-Ajali(261 H), Muslim (251 H), Abu
Zurah (264 H), Baqi ibnu Makhlad
(276 H), Abu Zurah Ad-Dimasyqi
(281 H).
Kemudian pada tiap-tiap masa
terdapat ulama-ulama yang
memperhatikan keadaan perawi,
hingga sampai pada ibnu Hajar
Asqalani (852 H).
Kitab-kitab yang disusun mengenai
jarah dan taqdil, ada beberapa
macam. Ada yang menerangkan
orang-orang yang dipercayai saja,
ada yang menerangkan orang-
orang yang lemah saja, atau orang-
orang yang menadlieskan hadits.
dan ada pula yang melengkapi
semuanya. Di samping itu, ada yang
menerangkan perawi-perawi suatu
kitab saja atau beberapa kitab dan
ada yang melengkapi segala kitab.
Di antara kitab yang melengkapi
semua itu ialah: Kitab Tabaqat
Muhammad ibnu Saad Az-Zuhri Al-
Basari (23Q H). Kitab ini sangat
besar. Di dalamnya terdapat nama-
nama sahabat nama-nama tabi'in
dan orang-orang sesudahnya.
Kemudian berusaha pula beberapa
ulama besar lain, di antaranya Ali
ibnul Madini(234 H), Al-Bukhari,
Muslim; Al-Hariwi (301 H) dan ibnu
Hatim (327 H). Dan yang sangat
berguna bagi ahli hadits dan fiqih
ialah At-Takmil susunan Al-Imam
ibnu Katsir.
Diantara kitab-kitab yang
menerangkan orang-orang yang
dapat dipercayai saja ialah Kitab As-
Siqat, karangan Al-Ajaly (261 H) dan
kitab As-Siqat karangan Abu Hatim
ibnu Hibban Al-Busty. Masuk dalam
bagian ini adalah kitab-kitab yang
menerangkan tingkatan penghapal-
penghapal hadits. Banyak pula
ulama yang menyusun kitab ini, di
antaranya, Az-Zahabi, Ibnu Hajar Al-
Asqalani dan As-Sayuti.
Diantara kitab-kitab yang
menerangkan orang-orang yang
lemah-lemah saja ialah: Kitab Ad-
Duafa, karangan Al-Bukhari dan
kitab Ad- Duafa karangan ibnul Jauzi
(587 H)
C. IImu Illail Hadits
Ilmu Illial Hadits, ialah:
Artinya:
Ilmu yang menerangkan sebab-
sebab yang tersembunyi, tidak
nyata, yang dapat mencacatkan
hadits.
Yakni menyambung yang munqati,
merafakan yang mauqu
memasukkan satu hadits ke dalam
hadits yang lain dan yang serupa itu
Semuanya ini, bila diketahui, dapat
merusakkan kesahihan hadits.
Ilmu ini merupakan semulia-mulia
ilmu yang berpautan dengan hadits,
dan sehalus- halusnya. Tak dapat
diketahui penyakit-penyakit hadits
melainkan oleh ulama yang
mempunyai pengetahuan yang
sempurna tentang martabat-
martabat perawi dan mempunyai
malakah yang kuat terhadap sanad
dan matan-matan hadits.
Di antara para ulama yang menulis
ilmu ini, ialah Ibnul Madini (23 H),
Ibnu Abi Hatim (327 H), kitab beliau
sangat baik dan dinamai Kitab Illial
Hadits. Selain itu, ulama yang
menulis kitab ini adalah AI-lmam
Muslim (261 H), Ad-Daruqutni (357
H) dan Muhammad ibnu Abdillah AI-
Hakim.
D. Ilmun nasil wal mansuh
Ilmun nasih wal Mansuh, ialah:
Artinya:
"ilmu yang menerangkan hadits-
hadits yang sudah dimansuhkan
dan yang menasihkannya. "
Apabila didapati suatu hadits yang
maqbul, tidak ada yang
memberikan perlawanan maka
hadits tersebut dinamai Muhkam.
Namun jika dilawan oleh hadits
yang sederajatnya, tetapi
dikumpulkan dengan mudah maka
hadits itu dinamai Mukhatakiful
Hadits. Jika tak mungkin dikumpul
dan diketahui mana yang
terkemudian, maka yang
terkemudian itu, dinamai Nasih dan
yang terdahulu dinamai Mansuh.
Banyak para ahli yang menyusun
kitab-kitab nasih dan mam'uh ini, di
antaranya Ahmad ibnu Ishaq Ad-
Dillary (318 H), Muhammad ibnu
Bahar AI-Asbahani (322 H), Alunad
ibnu Muhaminad An-Nah-has (338
H) Dan sesudah itu terdapat
beberapa ulama lagi yang
menyusunnya, yaitu Muhammad
ibnu Musa Al-Hazimi (584 H)
menyusun kitabnya, yang dinamai
Al-lktibar. Kitab AI-Iktibar itu telah
diringkaskan oleh Ibnu Abdil Haq
(744 H) .
E. Ilmu Asbabi Wuruddil Hadits, ialah:
Ilmu Asbabi Wuruddil Hadits, ialah:
Artinya:
"Ilmu yang menerangkan sebab-
sebab Nabi yang menurunkan
sabdanya dan masa- masanya Nabi
menurunkan itu."
Penting diketahui, karena ilmu itu
menolong kita dalam memahami
hadits, sebagaimana ilmu Ashabin
Nuzul menolong kita dalam
memahami Al-Quran.
UIama yang mula-mula menyusun
kitab ini dan kitabnya ada dalam
masyarakat iaIah Abu Hafas ibnu
Umar Muhammad ibnu Raja Al-
Ukbari, dari murid Ahmad (309 H),
Dan kemudian dituliskan pula oleh
Ibrahim ibhu Muhammad, yang
terkenal dengan nama Ibnu
Hamzah Al Husaini (1120 H), dalam
kitabnya AI-Bayan Wat Tarif yang
telah dicetak pada tahun 1329 H
F. Ilmu Talfiqil Hadits
Ilmu Talfiqil Hadits, ialah:
Artinya: "Ilmu yang membahas
tentang cara mengumpulkan hadits-
hadits yang isinya berlawanan. "
Cara mengumpulkannya
adakalanya dengan menakhsiskan
yang 'amm, atau menaqyidkan
yang mutlak, atau dengan
memandang banyaknya
yangterjadi.
ilmu ini dinamai juga dengan ilmu
Mukhtaliful Hadits. Di antara para
ulama besar yang telah berusaha
menyusun, ilmu ini ialah Al-
Imamusy Syafii (204 H), Ibnu
Qurtaibah (276 H), At-Tahawi (321
H) dan ibnu Jauzi (597 H). Kitabnya
bernama At-Tahqiq, kitab ini sudah
disyarahkan oleh Al-Ustaz Ahmad
Muhammad Syakir dan baik sekali
nilainya
Sumber :
Fiqih Islam Sulaiman Rasjid cetakan
ke 38

ULLUMUL HADITS BAGIAN 2. ( Sanad Dan Matan Hadits )

Kedudukan sanad dalam hadits
sangat penting, karena hadits yang
diperoleh/diriwaytkan akan
mengikuti siapa yang
meriwayatkannya. Dengan sanad
suatu periwayatan hadits dapat
diketahui mana yang dapat
diterima atau ditolak dan mana
hadits yang sahih atau tidak, untuk
diamalkan. Sanad merupakan jalan
yang mulia untuk menetapkan
hukum-hukum Islam.
A. PENGERTIAN SANAD DAN MATAN
HADITS
Sanad dari segi bahasa artinya
(sandaran, tempat bersandar, yang
menjadi sandaran). Sedangkan
menurut istilah ahli hadits, sanad
yaitu:
(Jalan yang menyampaikan kepada
matan hadits). Contoh :
Artinya:
"Dikhabarkan kepada kami oleh
Malik yang menerimanya dari Nafi,
yang menerimanya dari Abdullah
ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Janganlah sebagian dari
antara kamu membeli barang yang
sedang dibeli oleh sebagian yang
lainnya. " (Al-Hadits)
Dalam hadits tersebut dinamakan
sanad adalah:
(Dikhabarkan kepada kami oleh
Malik yang menerimanya dari nafi
yang menerimanya dari Abdullah
ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda:...)
Matan dari segi bahasa artinya
membelah, mengeluarkan,
mengikat. Sedangkan menurut
istilah ahli hadits, matan yaitu:
(perkataan yang disebut pada akhir
sanad, yakni sabda Nabi SAW yang
disebut sesudah habis disebutkan
sanadnya) .
Artinya:
" Dari Muhammad yang diterima
dari Abu Salamah yang diterimanya
dari Abu Hurairah. bahwa Rasulullah
SAW bersabda; "Seandainya tidak
memberatkan terhadap umatku,
niscaya aku suruh mereka untuk
bersiwak (menggosok gigi) setiap
akan melakukan salat. " (Al-Hadits)
Adapun yang disebut matan dalam
hadits tersebut yaitu:
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari
contoh sebelumnya maka matan
hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di
antara kalian sehingga ia mencintai
untuk saudaranya apa yang ia cintai
untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi,
maka yang perlu dicermati dalam
mamahami Al Hadits ialah :ujung
sanad sebagai sumber redaksi,
apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan
matan hadits itu sendiri dalam
hubungannya dengan hadits lain
yang lebih kuat sanadnya (apakah
ada yang melemahkan atau
menguatkan) dan selanjutnya
dengan ayat dalam Al Quran
(apakah ada yang bertolak
belakang
B. KEDUDUKAN SANAD DAN MATAN
HADITS
Para ahli hadits sangat hati-hati
dalam menerima suatu hadits
kecuali apabila mengenal dari siapa
mereka menerima setelah benar-
benar dapat dipercaya. Pada
umumnya riwayat dari golongan
sahabat tidak disyaratkan apa-apa
untuk diterima periwayatannya.
Akan tetapi mereka pun sangat
hati-hati dalam menerima hadits .
Pada masa Abu bakar r.a. dan Umar
r.a. periwayatan hadits diawasi
secara hati-hati dan tidak akan
diterima jika tidak disaksikan
kebenarannya oleh seorang lain. Ali
bin Abu Thalib tidak menerima
hadits sebelum yang
meriwayatkannya disumpah.
Meminta seorang saksi kepada
perawi, bukanlah merupakan
keharusan dan hanya merupakan
jalan untuk menguatkan hati dalam
menerima yang berisikan itu. Jika
dirasa tak perlu meminta saksi atau
sumpah para perawi, mereka pun
menerima periwayatannya.
Adapun meminta seseorang saksi
atau menyeluruh perawi untuk
bersumpah untuk membenarkan
riwayatnya, tidak dipandang
sebagai suatu undang-undang
umum diterima atau tidaknya
periwayatan hadits. Yang diperlukan
dalam menerima hadits adalah
adanya kepercayaan penuh kepada
perawi. Jika sewaktu-waktu ragu
tentang riwayatnya, maka perlu
didatangkan saksi/keterangan.
Kedudukan sanad dalam hadits
sangat penting, karena hadits yang
diperoleh/ diriwayatkan akan
mengikuti siapa yang
meriwayatkannya. Dengan sanad
suatu periwayatan hadits dapat
diketahui mana yang dapat
diterima atau ditolak dan mana
hadits yang sahih atau tidak, untuk
diamalkan. Sanad merupakan jalan
yang mulia untuk menetapkan
hukum-hukum Islam. Ada beberapa
hadits dan atsar yang menerangkan
keutamaan sanad, di antaranya
yaitu: Diriwayatkan oleh muslim
dari Ibnu Sirin, bahwa beliau
berkata:
Artinya:
"Ilmu ini (hadits ini), idlah agama,
karena itu telitilah orang-orang
yang kamu mengambil agamamu
dari mereka," Abdullah lbnu
Mubarak berkata:
Artinya:
"Menerangkan sanad hadits,
termasuk tugas agama Andaikata
tidak diperlukan sanad, tentu siapa
saja dapat mengatakan apa yang
dikehendakinya. Antara kami
dengan mereka, ialah sanad.
Perumpamaan orang yang mencari
hukum-hukum agamanya, tanpa
memerlukan sanad, adalah seperti
orang yang menaiki loteng tanpa
tangga."
Asy-Syafii berkata.
Artinya:
"Perumpamaan orang yang mencari
(menerima) hadits tanpa sanad,
sama dengan orang yang
mengumpulkan kayu api di malam
hari. "
Perhatian terhadap sanad di masa
sahabat yaitu dengan menghapal
sanad-sanad itu dan mereka
mempuyai daya ingat yang luar
biasa. Dengan adanya perhatian
mereka maka terpelihara sunnah
Rasul dari tangan-tangan ahli bid'ah
dan para pendusta. Karenanya pula
imam- imam hadits berusaha pergi
dan melawat ke berbagai kota
untuk memperoleh sanad yang
terdekat dengan Rasul yang
dilakukan sanad 'aali
Ibn Hazm mengatakan bahwa
nukilan orang kepercayaan dari
Orang yang dipercaya hingga
sampai kepada Nabi SAW. dengan
bersambung-sambung perawi-
perawinya adalah suatu
keistimewaan dari Allah khususnya
kepada orang-orang Islam.
Memperhatikan sanad riwayat
adalah suatu keistimewaan dari
ketentuan-ketentuan umat Islam.
Pengertian beberapa istilah dalam
Ulumul Hadits
Secara garis besar ilmu-ilmu hadits
dapat dibagi menjadi dua, yaitu ilmu
hadits riwayat (riwayah) dan ilmu
hadits diroyat (diroyah).
Secara garis besar ilmu-ilmu hadits
dapat dikaji menjadi dua, yaitu Ilmu
hadits riwayat (riwayah) dan ilmu
hadits diroyat (diroyah).
Ilmu hadits riwayah ialah ilmu yang
membahas perkembangan hadits
kepada Sahiburillah, Nabi
Muhammad SAW. dari segi kelakuan
para perawinya, mengenai
kekuatan hapalan dan keadilan
mereka dan dari segi keadaan
sanad.
Ilmu hadits riwayah ini berkisar
pada bagaimana cara-cara
penukilan hadits yang dilakukan
oleh para ahli hadits, bagaimana
cara menyampaikan kepada orang
lain dan membukukan hadits dalam
suatu kitab.
Sumber :
Fiqih Islam Sulaiman Rasjid cetakan
ke 38

ULLUMUL HADITS BAGIAN 1. ( Sejarah Pembinaan dan Penghimpunan Hadits )

Pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bi Abdul Azis yakni tahun 99
Hijriyah datanglah angin segar yang
mendukung kelestarian hadits,
Maka pada tahun 100 H Khalifah
Umar bin Abdul Azis memerintahkan
kepada gubernur Madinah, Abu
Bakar bin Muhammad bin Amer bin
Hazm supaya membukukan hadits-
hadits Nabi yang terdapat pada
para penghafal.
A. PENULISAN HADITS
Para penulis sejarah Rasul, ulama
hadits, dan umat Islam semuanya
sependapat menetapkan bahwa AI-
Quranul Karim memperoleh
perhatian yang penuh dari Rasul
dan para sahabatnya. Rasul
mengharapkan para sahabatnya
untuk menghapalkan AI- Quran dan
menuliskannya di tempat-tempat
tertentu, seperti keping-keping
tulang, pelepah kurma, di batu-batu,
dan sebagainya.
Ketika Rasulullah SAW. wafat, Al-
Quran telah dihapalkan dengan
sempurna oleh para sahabat. Selain
itu, ayat-ayat suci AI-Quran
seluruhnya telah lengkap ditulis,
hanya saja belum terkumpul dalam
bentuk sebuah mushaf. Adapun
hadits atau sunnah dalam
penulisannya ketika itu kurang
memperoleh perhatian seperti
halnya Al-Quran. Penulisan hadits
dilakukan oleh beberapa sahabat
secara tidak resmi, karena tidak
diperintahkan oleh Rasul
sebagaimana ia memerintahkan
mereka untuk menulis AI- Quran.
Diriwayatkan bahwa beberapa
sahabat memiliki catatan hadits-
hadits Rasulullah SAW. Mereka
mencatat sebagian hadits-hadits
yang pernah mereka dengar dari
Rasulullah SA W.
Diantara sahabat-sahabat Rasulullah
yang mempunyai catatan-catatan
hadits Rasulullah adalah Abdullah bin
Amr bin AS yang menulis, sahifah-
sahifah yang dinamai As- Sadiqah.
Sebagian sahabat menyatakan
keberatannya terhadap pekerjaan
yang dilakukan oleh Abdullah itu
Mereka beralasan bahwa Rasulullah
telah bersabda.
Artinya:
"Janganlah kamu tulis apa-apa yang
kamu dengar dari aku selain Al-
Quran. Dan barang siapa yang lelah
menulis sesuatu dariku selain Al-
Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR.
Muslim)
Dan mereka berkata kepadanya,
"Kamu selalu menulis apa yang
kamu dengar dari Nabi, padahal
beliau kadang-kadang dalam
keadaan marah, lalu beliau
menuturkan sesuatu yang tidak
dijadikan syariat umum."
Mendengar ucapan mereka itu,
Abdullah bertanya kepada
Rasulullah SAW. mengenai hal
tersebut. Rasulullah kemudian
bersabda:
Artinya:
"Tulislah apa yang kamu dengar
dariku, demi Tuhan yang jiwaku di
tangannya. tidak keluar dari
mulutku. selain kebenaran ".
Menurut suatu riwayat, diterangkan
bahwa Ali mempunyai sebuah
sahifah dan Anas bin Malik
mempunyai sebuah buku catatan.
Abu Hurairah menyatakan: "Tidak
ada dari seorang sahabat Nabi yang
lebih banyak (lebih mengetahui)
hadits Rasulullah daripadaku, selain
Abdullah bin Amr bin As. Dia
menuliskan apa yang dia dengar,
sedangkan aku tidak menulisnya".
Sebagian besar ulama berpendapat
bahwa larangan menulis hadits
dinasakh (dimansukh) dengan
hadits yang memberi izin yang
datang kemudian.
Sebagian ulama yang lain
berpendapat bahwa Rasulullah tidak
menghalangi usaha para sahabat
menulis hadits secara tidak resmi.
Mereka memahami hadits
Rasulullah SAW. di atas bahwa
larangan Nabi menulis hadits adalah
ditujukan kepada mereka yang
dikhawatirkan akan
mencampuradukan hadits dengan
AI-Quran Sedangkan izin hanya
diberikan kepada mereka yang
tidak dikhawatirkan
mencampuradukan hadits dengan
Al-Quran. Oleh karena itu, setelah Al-
Quran ditulis dengan sempurna dan
telah lengkap pula turunannya,
maka tidak ada Jarangan untuk
menulis hadits. Tegasnya antara dua
hadits Rasulullah di atas tidak ada
pertentangan manakala kita
memahami bahwa larangan itu
hanya berlaku untuk orang-orang
tertentu yang dikhawatirkan
mencampurkan AI-Quran dengan
hadits, dan mereka yang
mempunyai ingatan/kuat
hapalannya. Dan izin menulis hadits
diberikan kepada mereka yang
hanya menulis sunah untuk diri
sendiri, dan mereka yang tidak kuat
ingatan/hapalannya.
B. PENGHAPALAN HADITS
Para sahabat dalam menerima
hadits dari Nabi SAW. berpegang
pada kekuatan hapalannya, yakni
menerimanya dengan jalan
hapalan, bukan dengan jalan
menulis hadits dalam buku. Sebab
itu kebanyakan sahabat menerima
hadits melalui mendengar dengan
hati-hati apa yang disabdakan Nabi.
Kemudian terekamlah lafal dan
makna itu dalam sanubari mereka.
Mereka dapat melihat langsung apa
yang Nabi kerjakan. atau
mendengar pula dari orang yang
mendengarnya sendiri dari nabi,
karena tidak semua dari mereka
pada setiap waktu dapat mengikuti
atau menghadiri majelis Nabi.
Kemudian para sahabat menghapal
setiap apa yang diperoleh dari
sabda-sabdanya dan berupaya
mengingat apa yang pernah Nabi
lakukan, untuk selanjutnya
disampaikan kepada orang lain
secara hapalan pula.
Hanya beberapa orang sahabat saja
yang mencatat hadits yang
didengarnya dari Nabi SAW. Di
antara sahabat yang paling banyak
menghapal/meriwayatkan hadits
ialah Abu Hurairah. Menurut
keterangan Ibnu Jauzi bahwa hadits
yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah sejumlah 5.374 buah
hadits. Kemudian para sahabat
yang paling banyak hapalannya
sesudah Abu Hurairah ialah:
1. Abdullah bin Umar r.a.
meriwayatkan 2.630 buah hadits.
2. Anas bin Malik meriwayatkan
2.276 buah hadits.
3. Aisyah meriwayatkan 2.210
buah hadits.
4. Abdullah ibnu Abbas
meriwayatkan 1.660 buah hadits.
5. Jabir bin Abdullah
meriwayatkan 1.540 buah hadits.
6. Abu Said AI-Khudri
meriwayatkan 1.170 buah hadits.
C. PENGHIMPUNAN HADITS
Pada abad pertama hijrah, yakni
masa Rasulullah SAW., masa
khulafaur Rasyidin dan sebagian
besar masa bani umayyah, hingga
akhir abad pertama hijrah, hadits-
hadits itu berpindah-pindah dan
disampaikan dari mulut ke mulut
Masing-masing perawi pada waktu
itu meriwayatkan hadits
berdasarkan kekuatan hapalannya.
Memang hapalan mereka terkenal
kuat sehingga mampu
mengeluarkan kembali hadits-hadits
yang pernah direkam dalam
ingatannya. Ide penghimpunan
hadits Nabi secara tertulis untuk
pertama kalinya dikemukakan oleh
khalifah Umar bin Khattab (w. 23/
H/644 M). Namun ide tersebut tidak
dilaksanakan oleh Umar karena
beliau khawatir bila umat Islam
terganggu perhatiannya dalam
mempelajari Al-Quran.
Pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bin Abdul Aziz yang
dinobatkan akhir abad pertama
hijrah, yakni tahun 99 hijrah
datanglah angin segar yang
mendukung kelestarian hadits.
Umar bin Abdul Azis seorang
khalifah dari Bani Umayyah
terkenal adil dan wara', sehingga
beliau dipandang sebagai khalifah
Rasyidin yang kelima.
Beliau sangat waspada dan sadar,
bahwa para perawi yang
mengumpulkan hadits dalam
ingatannya semakin sedikit
jumlahnya, karena meninggal dunia.
Beliau khawatir apabila tidak segera
dikumpulkan dan dibukukan dalam
buku-buku hadits dari para
perawinya, mungkin hadits-hadits
itu akan lenyap bersama lenyapnya
para penghapalnya. Maka
tergeraklah dalam hatinya untuk
mengumpulkan hadits-hadits Nabi
dari para penghapal yang masih
hidup. Pada tahun 100 H. Khalifah
Umar bin Abdul Azis memerintahkah
kepada gubernur Madinah, Abu
Bakar bin Muhammad bin Amer bin
Hazm supaya membukukan hadits-
hadits Nabi yang terdapat pada
para penghafal.
Umar bin Abdul Azis menulis surat
kepada Abu Bakar bin Hazm yang
berbunyi:
Artinya:
"Perhatikanlah apa yang dapat
diperoleh dari hadits Rasul lalu
tulislah. karena aku takut akan
lenyap ilmu disebabkan
meninggalnya ulama dan jangan
diterima selain hadits Rasul SAW dan
hendaklah disebarluaskan ilmu dan
diadakan majelis-majelis ilmu
supaya orang yang tidak
mengetahuinya dapat
mengetahuinya, maka
sesungguhnya ilmu itu dirahasiakan.
"
Selain kepada Gubernur Madinah,
khalifah juga menulis surat kepada
Gubernur lain agar mengusahakan
pembukuan hadits. Khalifah juga
secara khusus menulis surat kepada
Abu Bakar Muhammad bin Muslim
bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri.
Kemudian Syihab Az-Zuhri mulai
melaksanakan perinea khalifah
tersebut. Dan Az- Zuhri itulah yang
merupakan salah satu ulama yang
pertama kali membukukan hadits.
Dari Syihab Az-Zuhri ini (15-124 H)
kemudian dikembangkan oleh
ulama-ulama berikutnya, yang di
samping pembukuan hadits
sekaligus dilakukan usaha
menyeleksi hadits-hadits yang
maqbul dan mardud dengan
menggunakan metode sanad dan
isnad.
Metode sanad dan isnad ialah
metode yang digunakan untuk
menguji sumber-sumber pembawa
berita hadits (perawi) dengan
mengetahui keadaan para perawi,
riwayat hidupnya, kapan dan di
mana ia hidup, kawan semasa,
bagaimana daya tangkap dan
ingatannya dan sebagainya. Ilmu
tersebut dibahas dalam ilmu yang
dinamakan ilmu hadits Dirayah,
yang kemudian terkenal dengan
ilmu Mustalahul hadits.
Setelah generasi Az-Zuhri, kemudian
pembukuan hadits dilanjutkan oleh
Ibn Juraij (w. 150 H), Ar-Rabi' bin
Shabih (w. 160 H) dan masih banyak
lagi ulama-ulama lainnya.
Sebagaimana telah disebutkan di
atas, bahwa pembukuan hadits
dimulai sejak akhir masa
pemerintahan Bani Umayyah, tetapi
belum begitu sempuma. Pada masa
pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu
pada pertengahan abad II H.
dilakukan upaya penyempunaan.
Mulai. waktu itu kelihatan gerakan
secara aktif untuk membukukan
ilmu pengetahuan, termasuk
pembukuan dan penulisan hadits-
hadits Rasul SAW. Kitab- kitab yang
terkenal pada waktu itu yang ada
hingga sekarang sampai kepada
kita, antara lain AI-Muwatha ' oleh
imam Malik, AI Musnad oleh Imam
Asy-Syafi'l (204) H. Pembukuan
hadits itu kemudian dilanjutkan
secara lebih teliti oleh Imam-lmam
ahli hadits, seperti Bukhari, Muslim,
Turmuzi, Nasai, Abu Daud, Ibnu
Majah, dan lain-lain
Dari mereka itu, kita kenal Kutubus
Sittah (kitab-kitab) enam yaitu:
Sahih AI-Bukhari Sahih Muslim,
Sunan An-Nasai dan At-Turmuzi.
Tidak sedikit pada "masa berikutnya
dari para ulama yang menaruh
perhatian besar kepada Kutubus
sittah tersebut beserta kitab
Muwatta dengan cara
mensyarahinya dan memberi
catatan kaki, meringkas atau
meneliti sanad dan matan-
matannya.
D. TIMBULNYA PEMALSUAN HADITS
DAN UPAYA PENYELAMATANNYA
Sejak terbunuhnya khalifah Usman
bin Affan dan tampilnya Ali bin Abu
Thalib serta Muawiyah yang
masing-masing ingin memegang
jabatan khalifah, maka umat Islam
terpecah menjadi tiga golongan,
yaitu syiah. khawarij, dan jumhur.
Masing-masing kelompok mengaku
berada dalam pihak yang benar dan
menuduh pihak lainnya salah. Untuk
membela pendirian masing-masing,
maka mereka membuat hadits-
hadits palsu. Mulai saat itulah
timbulnya riwayat-riwayat hadits
palsu. Orang-orang yang mula-mula
membuat hadits palsu adalah dari
golongan Syiah kemudian golongan
khawarij dan jumhur, Tempat mula
berkembangnya hadits palsu adalah
daerah Irak tempat kamu syiah
berpusat pada waktu itu.
Pada abad kedua, pemalsuan hadits
bertambah luas dengan munculnya
propaganda- propaganda politik
untuk menumbangkan rezim Bani
Umayyah. Sebagai imbangan,
muncul pula dari pihak Muawiyyah
ahli-ahli pemalsu hadits untuk
membendung arus propaganda
yang dilakukan oleh golongan
oposisi. Selain itu, muncul juga
golongan Zindiq, tukang kisah yang
berupaya untuk menarik minat
masyarakat agar
mendengarkannya dengan
membuat kisah-kisah palsu.
Menurut Imam Malik ada empat
jenis orang yang haditsnya tidak
boleh diambil darinya:Orang yang
kurang akal.Orang yang mengikuti
hawa nafsunya yang mengajak
masyarakat untuk mengikuti hawa
nafsunya.Orang yang berdusta
dalam pembicaraannya walaupun
dia tidak berdusta kepada
Rasul.Orang yang tampaknya saleh
dan beribadah apabila orang itu
tidak mengetahui nilai-nilai hadits
yang diriwayatkannya.
Untuk itu, kemudian sebagian ulama
mempelajari dan meneliti keadaan
perawi-perawi hadits yang dalam
masa itu banyak terdapat perawi-
perawi hadits yang lemah Diantara
perawi-perawi tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui mana
yang benar-benar dapat diterima
periwayatannya dan mana yang
tidak dapat diterima.
Selain itu juga diusahakan
pemberantasan terhadap hadits-
hadits palsu oleh para ulama, yaitu
dengan cara menunjukan nama-
nama dari oknum-oknum/
golongan-golongan yang
memalsukan hais berikut hadits-
hadits yang dibuatnya supaya umat
islam tidak terpengaruh dan
tersesat oleh perbuatan mereka.
Untuk itu, para ulama menyusun
kitab-kitab yang secara khusus
menerangkan hadits-hadits palsu
tersebut, yaitu antara lain :
1. Kitab oleh Muhammad bin
Thahir Ak-Maqdizi(w. tahun 507 H)
2. Kitab oleh Al-Hasan bin Ibrahim
Al-Hamdani
3. Kitab oleh Ibnul Jauzi (w. tahun
597 H)
Di samping itu para ulama hadits
membuat kaidah-kaidah atau
patokan-patokan serta menetapkan
ciri-ciri kongkret yang dapat
menunjukkan bahwa suatu hadits
itu palsu. Ciri-ciri yang menunjukkan
bahwa hadits itu palsu antara lain:
1. Susunan hadits itu baik lafaz
maupun maknanya janggal,
sehingga tidak pantas rasanya
disabdakan oleh Nabi SAW., seperti
hadits:
Artinya:
"Janganlah engkau memaki
ayam jantan, karena dia teman
karibku. "
2. Isi maksud hadits tersebut
bertentangan dengan akal, seperti
hadits:
Artinya:
"Buah terong itu
menyembuhkan. Segala macam
penyakit. "
3. Isi/maksud itu bertentangan
dengan nas Al-Quran dan atau
hadits mutawatir, seperti hadits:
Artinya:
"Anak zina itu tidak akan masuk
surga. "
4. Hadits tersebut bertentangan
dengan firman Allah SWT. :
Artinya:
"Orang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. " (QS. Fatir:
18)
Untuk membaca serial penuhnya
silahkan kunjungi URL berikut :
Sumber :
Fiqih Islam Sulaiman Rasjid cetakan
ke 38

AL-QUR'AN MENJAWAB PERTANYAAN MANUSIA

Manusia Bertanya : Kenapa aku diuji ?

Al-Qur'an Menjawab : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabuut : 2). Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabuut : 3)

Manusia Bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik ?
Al-Qur'an Menjawab : boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216)
Manusia Bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?

Al-Qur'an Menjawab : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah : 286)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?

Al-Qur'an Menjawab : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imraan : 139)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?

Al-Qur'an Menjawab : dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf : 87)
Manusia Bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?

Al-Qur'an Menjawab : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali Imraan : 200) Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (Al-Baqarah : 45)
Manusia Bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku?

Al-Qur'an Menjawab : Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal (At-Taubah : 129)

Manusia Bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini?

Al-Qur'an Menjawab : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka (At-Taubah : 111)

Rabu, 16 Maret 2011

MINUM AIR SEMBUHKAN PENYAKIT

Air adalah salah satu unsur utama
dalam membangun makhluk-
makhluk hidup. Melalui berbagai riset
diketahui persentase air ditubuh
manusia mencapai 71%. Angka yang
sama dengan kandungan air di permukaan bumi yaitu 71%, sisanya
29% adalah daratan. Berbagai kegiatan dan gerakan-
gerakan interaksi dalam hidup, mulai
dari proses pemasukan gizi,
pengeluaran kotoran, proses
pertumbuhan dan berkembang biak
tidak akan terjadi tanpa peran air. Begitu dahsyatnya eksistensi air di
kehidupan manusia. Air juga berperan penting dalam
proses menelan makanan,
menghaluskan, mencerna,
memindahkan dan
mendistribusikannya. Bersamaan
dengan itu, air juga ikut memperlancar proses penyebaran berbagai zat-zat
vitamin, hormon-hormon, unsur-
unsur pertahanan serta penyebaran
oksigen ke seluruh bagian tubuh,
menjaga suhu panas dan kelembaban
tubu serta proses-proses hidup lainnya. Allah SWT berfirman, “Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga
beriman?” (QS Al-Anbiya 21:30). Para ahli pengobatan alternatif
mengatakan, penderita demam,
diabetes atau penyakit-penyakit
kronis lainnya akan mendapatkan
manfaat dari minum air putih dalam
kadar yang mereka butuhkan. Penulis buku Terapi Air: Keampuhan
Air dalam Mengatasi Aneka Penyakit
Berdasarkan Wahyu dan Sains, Mahir
Hasan Mahmud mengatakan, satu
sendok air putih dalam setiap
seperempat atau setengah jam akan membantu menyembuhkan banyak
penyakit lambung dan usus. Bagi yang memiliki masalah bau
badan juga akan mendapatkan solusi
dengan banyak minum air putih. Lebih
dari itu, penyuapan satu sendok air
putih setiap setengah jam pada orang
yang sakit perut, panas tinggi atau dahaga akan banyak membantu. Dalam bukunya, Mahmud juga
menuliskan berbagai riset yang
dilakukan oleh salah satu organisasi
medis di Jepang menunjukkan,
pengobatan dengan air memiliki
efektivitas tinggi. Bahkan dalam beberapa kasus penyakit,
kesuksesannya bisa mencapai 100%. Riset-riset yang telah dilakukan antara
lain untuk penyakit migrain, tekanan
darah tinggi dan rendah, linu
persendian, ayann, kegemukan yang
disertai debaran jantung yang
kencang. Serta batuk, TBC, asma, bronchitis, infeksi selapur otak dan
semua penyakit yang berhubungan
dengan urin dan hati. Selain itu, riset dengan pengobatan air
juga dilakukan terhadap penyakit
kelebihan zat asam dan infeksi pada
lambung, disentri, pemantangan,
wasir dan rutinitas haid yang tidak
teratur pada perempuan. Dengan metode konsumsi air, hasil
riset tentang masa penyembuhan
penyakit cukup mencegangkan.
Tekanan darah stabil dalam 20 hari,
penyakit lambung membaik dalam 10
hari, diabetes semakin stabil dalam 30 hari, TBC sembuh dalam 3 bulan,
kanker dalam jangka waktu 6 bulan
yang dibuktikan dengan hasil sinar X
dan pemeriksaan menyatakan
perkembangan yang
menggembirakan. Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk memperoleh manfaat maksimal
air adalah sebagai berikut:
1. Minum empat gelas air putih begitu
terbangun untuk shalat shubuh
2. Berhenti mengonsumsi makanan selama 45 menit setelah minum air,
baru kemudian boleh menyantap
sarapan
3. Berhenti mengonsumsi makanan
selama dua jam dalam bentuk apa pun
setelah makan pagi, baik berbentuk cair maupun kasar. Hal yang sama
juga dilakukan pada jam makan siang
dan malam
4. Setelah makan malam tidak boleh
mengonsumsi apa pun
5. Jika empat gelas air putih dirasa terlalu berat, terutama bagi yang telah
lanjut usia, dapat digantikan sedikit
demi sedikit dan berhatap sampai
dapat menghabiskan empat gelas
sekaligus.

HADIST QUDSI

Hadits Qudsi berasal dari kata quds
yang berarti menyucikan ALLOH SWT.
hadits Qudsi ialah hadits yang oleh
Rasululloh SAW disandarkan kepada
ALLOH SWT. Maksudnya Rasululloh
SAW meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam ALLOH SWT. Maka rasul
menjadi perawi kalam ALLOH SWT ini
dari lafal Nabi sendiri. Bila seseorang
meriwayatkan hadits qudsi maka dia
meriwayatkannya dari Rasululloh SAW
dengan disandarkan kepada ALLOH SWT, dengan mengatakan: `Rasululloh SAW mengatakan
mengenai apa yang diriwayatkannya
dari Tuhannya`, atau ia mengatakan: `Rasululloh SAW mengatakan: ALLOH
SWT telah berfirman atau berfirman
ALLOH SWT .` Contoh yang pertama: `Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasululloh
SAW mengenai apa yang
diriwayatkannya dari Tuhannya Azza
Wa Jalla, tangan ALLOH SWT itu penuh,
tidak dikurangi oleh nafkah, baik di
waktu siang atau malam hari.` Contoh yang kedua: `Dari Abu Hurairah Ra, bahwa
Rasululloh SAW berkata: ` ALLOH SWT
berfirman: Aku menurut sangkaan
hamba-Ku terhadap-Ku. Aku
bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila
menyebut-KU di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-
Ku. Dan bila ia menyebut-KU
dikalangan orang banyak, maka Aku
pun menyebutnya di dalam kalangan
orang banyak lebih dari itu.` Perbedaan Qur’an dengan hadits Qudsi Ada beberapa perbedaan antara
Qur’an dengan hadits qudsi yang terpenting di antaranya ialah: a. Al-Qur ’anul Karim adalah kalam ALLOH SWT yang diwahyukan kepada
Rasululloh dengan lafalnya. Selain
sebagai MUKJIZAT, Al Qur ’an menantang orang2 arab (bahkan
seluruh dunia) untuk membuat yang
seperti Al Qur ’an bahkan satu surah sekalipun (Al Israa ’ (17) : 88, “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al Qur ’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain”.). Sedang hadits qudsi tidak untuk
menantang dan tidak pula untuk
mukjizat. b. Al- Qur ’anul karim hanya dinisbahkan kepada ALLOH SWT,
sehingga dikatakan: ALLOH SWT telah
berfirman, sedang hadits qudsi
terkadang diriwayatkan dengan
disandarkan kepada ALLOH SWT,
sehingga nisbah hadits qudsi kepada ALLOH SWT itu merupakan nisbah
yang dibuatkan. Maka dikatakan:
`ALLOH SWT telah berfirman atau
ALLOH SWT berfirman.` Dengan kata
lain, Al Qur ’an adalah LANGSUNG firman ALLOH SWT, sementara hadits
qudsi adalah firman ALLOH SWT yg
disampaikan Rasululloh SAW. c. Seluruh isi Qur’an dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya
sudah mutlak. Sedang hadits-hadits
qudsi kebanyakannya adalah khabar
ahad, sehingga kepastiannya masih
merupakan dugaan. Ada kalanya
hadits qudsi itu sahih, terkadang hasan (baik ) dan terkadang pula da`if
(lemah). ***untuk mengetahui hadits
lebih lengkap, bisa dibaca di sini,
sedangkan untuk pembagian hadits
bisa dibaca di sini.*** d. Al-Qur ’anul Karim dari ALLOH SWT, baik lafal maupun maknanya. Maka
dia adalah wahyu, baik dalam lafal
maupun maknanya. Sedang hadits
qudsi maknanya saja yang dari ALLOH
SWT, sedang lafalnya dari Rasululloh
SAW. hadits qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Oleh
sebab itu, menurut sebagian besar ahli
hadits diperbolehkan meriwayatkan
hadits qudsi dengan maknanya saja.
Dengan kata lain, untuk Al Qur ’an kita mesti kutip ayatnya sebelum
memberikan penjelasan ttg makna.
Sedangkan untuk hadits qudsi, kita
bisa menyampaikan maknanya saja. e. Membaca Al-Qur ’anul Karim merupakan ibadah, karena itu ia
dibaca di dalam salat. `Maka bacalah
apa yang mudah bagimu dari Qur`an
itu`. Hal ini tertera jelas di QS. Al-
Muzzammil(73):20,“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya
kamu berdiri (sembahyang) kurang
dari dua pertiga malam, atau seperdua
malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari
orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam
dan siang. Allah mengetahui bahwa
kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-
waktu itu, maka Dia memberi
keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu)
dari Al Qur ’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang
yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-
orang yang lain lagi yang berperang
di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur ’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat
untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan
yang paling besar pahalanya. Dan
mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.“ Nilai ibadah membaca Al Qur ’an juga terdapat dalam hadits:
`Barang siapa membaca satu huruf
dari Al Qur ’an, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan
dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak
mengatakan alif lam mim itu satu
huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu
huruf dan mim satu huruf`. Sedang hadits qudsi tidak disuruh
untuk dibaca di dalam salat. ALLOH
SWT memberikan pahala membaca
hadits qudsi secara umum saja. Maka
membaca hadits qudsi tidak akan
memperoleh pahala seperti yang disebutkan dalam hadits mengenai
membaca Al Qur ’an bahwa pada setiap huruf akan mendapatkan
kebaikan. ~~Allahumma infa ’na ma allamtana wa’allimna ma yanfa’na~~