Sabtu, 28 Mei 2011

Penguasa Bodoh Dengan Ulama Cerdas Berbicara Tentang Minuman Keras

ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﺴﺑ

Iyas bin Mu'awiyah bin
Qurrah al- Muzani lahir pada tahun
46 H di Yamamah, Najd. Pada suatu hari seorang pejabat besar suatu kawasan datang ke majelisnya, lalu berkata, "Apa pendapatmu tentang minuman keras? " Iyas menjawab, "Haram" Pejabat itu berkata, "Apa alasan keharamannya padahal hanyalah berupa buah-buahan dan air yang dimasak di atas api dan semua itu adalah boleh-boleh saja, tidak apa- apa." Iyas berkata, "Seandainya aku mengambil segenggam air lalu aku pukulkan ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu?"
Pejabat itu berkata, "Tidak" "Seandainya aku mengambil segenggam pasir lalu aku pukulkan ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu?" Katanya lagi.
Pejabat itu berkata, "Tidak" "Seandainya aku mengambil segenggam lumpur, lalu aku pukulkan ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu?" katanya lagi.
Pejabat itu berkata, "Tidak" "Seandainya aku mengambil pasir lalu aku lapisi dengan lumpur lalu aku siram air, lalu aku aduk-aduk, kemudian aku jemur kumpulan adukan itu hingga kering, kemudian aku pukulkan itu ke tubuhmu, apakah itu akan menyakitimu?" katanya lagi.
Pejabat itu berkata, "Kalau itu, ya, bahkan bisa membunuhku!" Lalu Iyas berkata, "Begitulah dengan khamar (minuman keras); ketika bahan-bahannya disatukan dan diragikan, maka hukumnya menjadi HARAM."

Jumat, 27 Mei 2011

jangan marah

”Dan jika kamu ditimpa sesuatu goda'an Setan, Maka berlindunglah
kepada ALLAH.
Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” ((QS. Al-A'raf: 200))
Rasulullah Shalallah Allaihi Wasalam,
Mewasiatkan Kepada Para Sahabatnya
dengan Menggatakan:
"Jangan Marah ...
"Jangan Marah ...
"Jangan Marah ...

Ada Seorang Laki~laki yang Marah di
hadapan Rasulullah.
Lalu Rasulullah s.a.w memerintahkanya
untuk
_Membaca ta'awudz
“ A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim” ”Berlindung kepada ALLAH dari goda'an Setan.
_”Dan, aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabb-ku, dari kedatangan
mereka kepadaku. ” ((QS. Al-Mu'minun: 98))

”Sesungguhnya Orang~orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa
Was~was dari setan, mereka Ingat
kepada Allah, Maka ketika itu juga
mereka melihat
kesalahan~kesalahanya. ” ((QS. A'raf: 201))

Ada hal~hal yang dapat menimbulkan
Keresahan, Kesedihan, Emosi dan
Amarah didalah hati, yang Obatnya ada
pada diri Rasulullah s.a.w

♥☆PERTAMA ☆♥

~*Melawan Watak Pemarah
_”Dan Orang~Orang yang menahan Amarahnya. ” (QS. Ali'Imran; 134)
_”Dan, apabila mereka marah mereka memberi Ampu. ” (QS. Asy syura; 37)

♥☆KEDUA ☆♥

~*Berwudhu.
_Marah adalah bara api, dan api hanya
bisa dipadamkan dengan air.
_Rasulullah s.a.w bersabda:
_” Kebersihan adalah sebagian dari Iman ” _”Wudhu itu senjatanya Orang Mukmin. ”

♥☆KETIGA ☆♥

~*Jika Seorang Marah dengan
keada'an berdiri Maka hendaklah Dia Duduk, dan
_Jika Duduk hendaklah Dia Berbaring.

♥☆KEEMPAT ☆♥

~Diam dan Jangan Bicara sa'at sedang Marah.
~Bacalah Istighfar.

♥☆KELIMA ☆♥

~ Mengingat~ingat pahala orang yang
Menahan Amarahnya, yang
Memberikan manfa'at kepada Sesama,
dan bersikap toleran.

~Mohon Ma'af bila ada yang Salah dan
Khilaf kata ... Karena Ana hanya
Manusia biasa, Kesempurna'an hanya
Milik ALLAH SWT ... Semoga bermanfa'at ... AAMIIN

※~Assalamu'allaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh ....

Jumat, 20 Mei 2011

Enam Sikap Merusak Kepribadian

Manusia memiliki
kepribadian positif dan negatif yang tercermin pada
tingkah laku dalam setiap sepak
terjang kehidupan sehari-hari. Sikap
positif tampak dalam tindakan patuh,
mencari kebenaran, introsfeksi diri,
bekerja, mengadakan lapangan kehidupan. Sedangkan sikap negatif terlihat
pada pembangkangan, cendrung
kepada perbuatan maksiat, malas
bekerja serta membuat kerusakan
baik terhadap diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat. Nabi Muhammad Saw bersabda
dalam hadis yang datang dari Adi bin
Hatim yang diriwayatkan oleh
Addailami, ”Ada enam hal yang menyebabkan amal kebajikan
menjadi sia-sia [tidak berpahala]
yaitu sibuk mengurus aib orang lain,
keras hati, terlalu cinta kepada dunia,
kurang rasa malu, panjang angan-
angan dan zalim yang terus menerus di dalam kezalimannya. ” Sibuk meneliti aib orang lain Dia lebih suka mencari dan
menyebarkan keburukan yang
terdapat pada orang lain lalu
membesar-besarkannya, sementara
aib sendiri tidak pernah diperiksa
sesuai dengan pepatah lama, ”Kuman di seberang lautan nampak, gajah dipelupuk mata tidak
nampak”. Sebuah riwayat mengisahkan
seorang khalifah memperhatikan
rakyatnya di tengah malam, lalu dia
menemukan dalam sebuah rumah
seorang lelaki dan wanita serta
minuman khamar yang dihidangkan, dia masuk ke rumah itu dengan
memanjat dinding sambil
membentak,dan terjadilah dialok. Khalifah: Hai musuh Allah, apa kau
kira Allah akan menutupi kesalahan
ini ? Lelaki: Tuan sendiri jangan tergesa-
gesa, juga tuan telah melakukan
kesalahan. Khalifah: Kesalahan apa yang saya
perbuat ? Lelaki: Kesalahan saya hanya satu
yaitu apa yang Khalifah lihat
sekarang, sedangkan tuan telah
melakukan tiga kesalahan yaitu;
memata-matai keburukan orang lain,
padahal Allah melarang perbuatan itu, masuk rumah orang dengan
memanjat dinding, bukankah ada
pintu yang harus dilalui dan masuk
rumah tanpa izin tuan rumah. Keras hati Artinya tidak mau menerima
pengajaran yang baik, nasehat yang
mengandung maslahat ditolaknya.
Tidak suka segala kesalahannya
dikritik apalagi dihukumi, dialah
yang paling benar, disamping itu hatinya tidak tersentuh oleh
penderitaan dan kesedihan orang
lain. Di masa Rasulullah SAW, terdapat
suatu kejadian yang membuat
semua sahabat bersedih karena
matinya salah seorang anggota
keluarga dari mereka, bahkan Nabi
Saw pun meneteskan air matanya, sahabat-sahabat disekitarnyapun
berlinang air matanya, tapi seorang
sahabat nampak biasa-biasa saja,
sedikitpun dia tidak tersentuh
melihat kejadian itu. Lalu dia
bertanya kepada Nabi Saw, maka Rasulullah menjawab, ”Itu tandanya hati yang keras ”. Orang yang keras hati cendrung
egois, sombong, takabur dan tidak
mau menerima kebenaran, karena
hatinya telah beku dan tidak terbuka
untuk menerima pengajaran yang
benar. Terlalu cinta kepada dunia Kehidupan dunia hanya sementara
sebagai musafir yang berada dalam
perjalanan lalu istirahat pada sebuah
tempat. Namun tidak sedikit manusia
yang beranggapan tempat istirahat
sejenak itulah tujuan sehingga lupa akan tujuan semula. Diprediksi oleh Nabi Muhammad Saw,
bahwa nanti pada suatu masa
ummat Islam aan dikeroyok oleh
ummat lain sebagaimana mereka
menghadapi makanan di atas meja,
padahal jumlahnya mayoritas tapi kekuatannya ibarat buih di atas
lautan, mudah hancur. Saat itu
ummat dihinggapi penyakit yang
bernama ”Wahn” yaitu suatu bakteri yang meracuni ummat ini sehingga
mereka terlalu cinta kepada dunia
dan takut akan kematian. Sedikit rasa malu Orang yang memiliki sifat ini tidak
malu-malu berbuat apapun menurut
kemauannya, dosa dan maksiat
suatu perbuatan sehari-hari,
sedangkan benar dan salah bukan
suatu ukuran. Bila malu habis, maka akan berbuat
seenaknya dan beranggapan diri
lebih suci dari orang lain. Menurut
Abu Hasan Al Mawardi, malu ada tiga
macamnya yaitu; 1. malu kepada Allah
2. malu kepada manusia
3. malu kepada diri sendiri. Panjang angan-angan Sifat ini menunjukkan kekerdilan
manusia, kemauannya lebih tinggi,
tidak sesuai dengan kemampuan,
dia suka berandai-andai.
Ungkapannhya berbunyi,
”Seandainya, andai kata, apabila ”. Ia hanya menghabiskan waktunya
untuk berangan-angan dan
berkhayal yang macam-macam, tapi
sama sekali ia tidak berbuat sesuatu.
Dia beranggapan bahwa
mengkhayal itu benar, khayalan itu enak dan gratis. Orang yang seperti
ini ibarat, ”Pungguk merindukan bulan”, atau ”Katak ingin jadi kerbau ”. Perbuatan dzalim yang terus
menerus Watak manusia karena kuat dan
kuasa dia melakukan eksploitasi
bangsa lain, memeras bawahan dan
menindas yang lemah, bila ini
dilakukan tidak henti-hentinya,
maka akibatnya orangpun terus menerus menanggung dari
kezhalimannya. Ahli Hikmat
membagi kezhaliman menjadi tiga
yaitu ; zhalim kepada Allah dengan
Al Fathir ayat 32: "Kemudian kitab itu
Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-
hamba Kami, lalu di antara mereka
ada yang Menganiaya diri mereka
sendiri dan di antara mereka ada
yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
yang demikian itu adalah karunia
yang Amat besar." Enam sifat inilah yang dapat
menghancurkan nilai-nilai ibadah,
dia ibarat air di daun keladi, amal
yang dilakukan berpahala banyak
tapi tertumpah tanpa meninggalkan
bekas, bila enam sifat tercela ini terdapat dalam pribadi seseorang,
waspadalah atas peringatan
Rasulullah Saw tadi.

Siapakah Orang Musyrik Itu ?

Pernah ada seorang laki-laki datang
bertanya kepada Rasulullah saw
tentang ayahnya yang meninggal pada
zaman fatrah (zaman ketika tidak ada
dakwah) di atas ajaran syirik, maka
Rasulullah menjawab: “Ayahmu di neraka ”, mendengar jawaban itu si laki-laki mukanya merah, dan ketika
dia berpaling, Rasulullah saw
memanggilnya dan mengatakan
kepadanya: “Ayahku dan ayahmu di neraka. ” (HR. Muslim) Ikhwani fillah, materi yang akan kita
kaji sekarang adalah tentang
penamaan musyrik. Siapakah yang
disebut orang musyrik itu? Kapan
seseorang dikatakan musyrik? Apakah
ada kaitan antara penamaan musyrik dengan tegaknya hujjah? Apakah
pelaku syirik akbar yang jahil bisa
dikatakan musyrik? Mari kita
mengkajinya dengan berlandaskan Al-
Qur’an, As-Sunnah serta ijma dan pernyataan para ulama dakwah
Tauhid. Syirik adalah lawan Tauhid, maka tidak
ada Tauhid bila syirik terdapat pada
diri seseorang. Orang yang berbuat
syirik akbar dengan sengaja tanpa ada
unsur paksaan maka dia itu musyrik,
baik laki-laki atau perempuan, baik mengaku Islam atau tidak,
berdasarkan dalil-dalil berikut ini: *Dalil dari Kitabullah (Al-Qur ’an): ﻩﺮﺟﺄﻓ ﻙﺭﺎﺠﺘﺳﺍ ﻦﻴﻛﺮﺸﻤﻟﺍ ﻦﻣ ﺪﺣﺃ ﻥﺇﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﻡﻼﻛ ﻊﻤﺴﻳ ﻰﺘﺣ “Dan bila ada satu orang dari kalangan orang-orang musyrik meminta
perlindungan kepadamu, maka berilah
dia perlindungan sampai dia
mendengar firman Allah. ” (At Taubah: 6). Dalam ayat ini Allah namakan pelaku
syirik sebagai orang musyrik,
meskipun dia belum mendengar
firman Allah SWT, apa gerangan
dengan pelaku syirik yang telah
mendengar firman Allah SWT, Al Qur ’an dia baca dan terjemahannya dia miliki
pula. Bila ada yang mengatakan: “Ayat itu berkenaan dengan para penyembah
berhala, tapi kenapa kamu terapkan
kepada orang yang mengaku Islam,
dia shalat, zakat, dll hanya karena
melakukan syirik akbar ?” Jawabnya: Silakan rujuk kitab Kasyfusy
Syubuhat karya Syaikh Muhammad
Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah
supaya lebih jelas. ﺍﻭﺮﻔﻐﺘﺴﻳ ﻥﺃ ﺍﻮﻨﻣﺍﺀ ﻦﻳﺬﻟﺍﻭ ﻲﺒﻨﻠﻟ ﻥﺎﻛ ﺎﻣ ﻰﺑﺮﻗ ﻲﻟﻭﺃ ﺍﻮﻧﺎﻛ ﻮﻟﻭ ﻦﻴﻛﺮﺸﻤﻠﻟ “Tidak selayaknya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampunan bagi kaum
musyrikin, meskipun mereka itu
kerabat dekat. ” (At Taubah: 113). Ayat ini berkenaan dengan Rasulullah
saw saat minta izin kepada Allah SWT
untuk memintakan ampunan buat
ibunya yang meninggal sebelum
Rasulullah saw diutus, dan meninggal
di atas ajaran kaumnya yang syirik. Allah SWT golongkan ibunya dalam
jajaran kaum musyrikin padahal belum
ada dakwah dan hujjah risaliyyah lagi
mereka bodoh. Apa gerangan dengan
pelaku syirik akbar yang mengaku
Islam, padahal hujjah ada di sekeliling mereka dan Al Qur ’an mereka baca lagi mereka hafal. Kalau ada yang berkata: “ Kenapa orang yang mengaku Islam dan rajin
beribadah kepada Allah SWT, tapi dia
berbuat syirik akbar karena
kebodohannya dikatakan musyrik ?” Jawab: Di dalam Al Qur ’an dan As Sunnah yang diperintahkan bukan
ibadah kepada Allah, tapi beribadah
kepada Allah dan meninggalkan syirik,
yaitu memurnikan ketundukan hanya
kepada-Nya. Allah swt berfirman: ﺎﺌﻴﺷ ﻪﺑ ﺍﻮﻛﺮﺸﺗ ﻻﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺍﻭﺪﺒﻋﺍﻭ “Dan beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukan
sesuatupun dengan-Nya.” (An Nisaa: 36). Saya bertanya: “Apakah orang yang meminta kepada yang sudah mati itu
disebut menyekutukan Allah SWT atau
tidak? Apakah yang ikut dalam sistem
demokrasi itu menyekutukan Allah
SWT atau tidak?” ﻦﻳﺪﻟﺍ ﻪﻟ ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ ﻪﻠﻟﺍ ﺍﻭﺪﺒﻌﻴﻟ ﻻﺇ ﺍﻭﺮﻣﺃ ﺎﻣﻭ ﺀﺎﻔﻨﺣ “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah
seraya memurnikan seluruh dien
(ketundukan) hanya kepada-Nya lagi
mereka itu hanif. ” (Al Bayyinah: 5). Saya bertanya: “Apakah orang yang menyandarkan hak hukum kepada
rakyat atau wakil-wakilnya itu telah
memurnikan dien (ketundukan)
seluruhnya kepada Allah atau
sebaliknya?, padahal hukum itu adalah
dien”: ﻚﻟﺫ ﻩﺎﻳﺇ ﻻﺇ ﺍﻭﺪﺒﻌﺗ ﻻﺃ ﺮﻣﺃ ﻪﻠﻟ ﻻﺇ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻥﺇ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﻦﻳﺪﻟﺍ “Hak hukum (putusan) hanyalah milik Allah. Dia memerintahkan agar kalian
tidak beribadah kecuali kepada-Nya.
Itulah dien yang lurus.” (Yusuf: 40). ﻚﻠﻤﻟﺍ ﻦﻳﺩ ﻲﻓ ﻩﺎﺧﺃ ﺬﺧﺄﻴﻟ ﻥﺎﻛ ﺎﻣ “Dia (Yusuf) tidak mungkin membawa saudaranya pada dien (UU/Hukum)
raja itu.” (Yusuf: 76). Orang yang di samping beribadah
kepada Allah juga beribadah kepada
yang lainnya, sesungguhnya dia itu
tidak dianggap beribadah kepada
Allah SWT, ﻥﻭﺮﻓﺎﻜﻟﺍ ﺎﻬﻳﺃﺎﻳ ﻞﻗ , ﻥﻭﺪﺒﻌﺗ ﺎﻣ ﺪﺒﻋﺃ ﻻ “Katakanlah: “Wahai orang-orang kafir, aku tidak beribadah kepada
tuhan-tuhan yang kalian ibadati. ” (Al Kaafiruun: 1-2). Dalam surat ini Rasulullah saw
diperintahkan untuk menyatakan: «
Saya tidak akan beribadah kepada
tuhan-tuhan yang kalian ibadati wahai
orang-orang kafir Quraisy ! », padahal
di antara tuhan yang mereka ibadati itu adalah Allah. Berarti Rasulullah tidak
akan beribadah kepada Allah juga?
Ibnul Qayyim rahimahullah
menjelaskan bahwa peribadatan
mereka kepada Allah itu tidak
dianggap karena mereka ibadah kepada yang lain-Nya. Rasulullah saw bersabda di dalam
hadits shahih: “Hak atas hamba- hamba-Nya adalah mereka beribadah
kepada-Nya dan mereka tidak
menyekutukan sesuatupun dengan-
Nya.” Jadi penafian syirik adalah syarat
dalam beribadah kepada Allah SWT.
Maka dari itu Ibnul Qayyim
rahimahullah menjelaskan bahwa:
“Islam adalah mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya saja tidak ada
sekutu bagi-Nya …”. (Thariq Al Hijratain, Thabaqah yang ke-17). ﻪﻠﻟﺍ ﻥﻭﺩ ﻦﻣ ﺎﺑﺎﺑﺭﺃ ﻢﻬﻧﺎﺒﻫﺭﻭ ﻢﻫﺭﺎﺒﺣﺃ ﺍﻭﺬﺨﺗﺍ ﺎﻬﻟﺇ ﺍﻭﺪﺒﻌﻴﻟ ﻻﺇ ﺍﻭﺮﻣﺃ ﺎﻣﻭ ﻢﻳﺮﻣ ﻦﺑﺍ ﺢﻴﺴﻤﻟﺍﻭ ﻥﻮﻛﺮﺸﻳ ﺎﻤﻋ ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻮﻫ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ ﺍﺪﺣﺍﻭ “Mereka (orang-orang Nashrani) telah menjadikan para ulama dan para rahib
(ahli ibadah) mereka sebagai arbaab
(tuhan-tuhan) selain Allah dan juga Al
Masih Ibnu Maryam, padahal mereka
tidak diperintahkan kecuali untuk
ibadah kepada Ilah yang satu, tidak ada Ilah (yang berhak diibadati)
kecuali Dia, Maha Suci Dia dari apa yang
mereka sekutukan. ” (At Taubah: 31). Dalam ayat ini Allah memvonis orang-
orang Nashrani sebagai orang-orang
musyrik, padahal mereka tidak
mengetahui bahwa sikap mereka
mengikuti ulama dan rahib dalam
aturan yang bertentangan dengan aturan Allah itu adalah bentuk ibadah
kepada ulama dan rahib itu,
sebagaimana yang Rasulullah jelaskan
dalam hadits hasan dari Addiy Ibnu
Hatim ra. Maka begitu juga para pejabat
dan aparat keamanan di negeri demokrasi, yang mana mereka itu
dengan sigap berkomitmen dengan UU
yang digulirkan oleh thaghut-thaghut
mereka. Kandungan yang tadi saya sebutkan
tentang ayat ini telah dikabarkan oleh
Al ‘Allamah Abdullah Ibnu Abdirrahman Aba Buthain dalam
Risalah Al Intishar Li Hizbillah Al
Muwahhidun. ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ ﻞﻫﺃ ﻦﻣ ﺍﻭﺮﻔﻛ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻦﻜﻳ ﻢﻟ ﺔﻨﻴﺒﻟﺍ ﻢﻬﻴﺗﺄﺗ ﻰﺘﺣ ﻦﻴﻜﻔﻨﻣ ﻦﻴﻛﺮﺸﻤﻟﺍﻭ , ﺓﺮﻬﻄﻣ ﺎﻔﺤﺻ ﻮﻠﺘﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻣ ﻝﻮﺳﺭ “Orang-orang yang kafir dari kalangan Ahlul Kitab dan kaum musyrikin tidak
pecah sehingga datang kepada
mereka bayyinah, yaitu utusan dari
Allah yang membaca lembaran-
lembaran yang disucikan. ” (Al Bayyinah: 1-2). Dikarenakan mereka berbuat syirik,
maka mereka dinamakan kaum
musyrikin meskipun rasul belum
datang kepada mereka. Apa gerangan
dengan pelaku syirik masa sekarang,
Rasul telah datang, Al Qur ’an ada di rumah mereka, bahkan sebagian
mengaku sebagai ulama dan ahli
Islam ? Tidak ragu lagi mereka itu
adalah kaum musyrikin, baik dia
ustadz, kyai, ulama atau cendekiawan
atau orang umum, karena syirik dan status musyrik tidak mengenal status. Al Imam Su ’ud Ibnu Abdil Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud rahimahullah berkata: “Siapa yang memalingkan satu macam dari (ibadah) itu kepada
selain Allah, maka dia itu musyrik, baik
dia itu ahli ibadah atau orang fasiq, dan
sama saja tujuannya baik atau
buruk. ” (Ad Durar As Saniyyah 9/270). Syaikh Muhammad rahimahullah
berkata kepada hakim agung Riyadh
yang bernama Sulaiman Ibnu Suhaim:
“Tapi kamu adalah laki-laki yang bodoh lagi musyrik. ” Lihat Risalah kepadanya dalam Tarikh Nejd. Sebenarnya masih banyak ayat-ayat
yang memvonis pelaku syirik akbar
sebagai musyrik, padahal hujjah
risaliyyah belum tegak. Namun banyak orang saat membaca
ayat-ayat tentang kaum musyrikin,
mereka hanya menafsirkannya
dengan orang-orang musyrik Arab,
dan jarang yang mau menafsirkannya
seraya menghubungkannya dengan realita masyarakat di sekelilingnya,
maka dari itu banyak yang jatuh
kepada kemusyrikan tanpa disadari. Umar Ibnul Khaththab ra berkata:
“Orang-orang itu telah lalu, dan tidak dimaksud oleh dalil itu kecuali kalian. ” Beliau berkata lagi: “Ikatan-ikatan Islam ini lepas satu demi satu bila
tumbuh di dalam Islam ini orang yang
tidak mengenal jahiliyyah. ” * Dalil-dalil dari As Sunnah: Pernah ada seorang laki-laki datang
bertanya kepada Rasulullah saw
tentang ayahnya yang meninggal pada
zaman fatrah (zaman ketika tidak ada
dakwah) di atas ajaran syirik, maka
Rasulullah menjawab: “Ayahmu di neraka ”, mendengar jawaban itu si laki-laki mukanya merah, dan ketika
dia berpaling, Rasulullah saw
memanggilnya dan mengatakan
kepadanya: “Ayahku dan ayahmu di neraka. ” (HR. Muslim). Ayah Rasulullah ~’Abdullah~ meninggal pada zaman jahiliyyah, saat
tidak ada dakwah dan tidak ada hujjah
risaliyyah, meninggal di atas ajaran
syirik kaumnya. Rasulullah bukan
hanya menetapkan status nama di
dunia tapi juga langsung hukum pasti bagi ayahnya di akhirat kelak, berupa
api neraka. Dari hadits ini Imam
Nawawiy rahimahullah menyatakan
bahwa orang yang berbuat syirik
akbar, baik zaman fatrah atau bukan,
baik ada dakwah atau tidak, dia itu adalah calon penghuni neraka. Sebagian ulama yang lain sepakat
dengan penamaan status musyrik di
dunia, namun masalah akhirat adalah
lain. Apa gerangan dengan pelaku
syirik akbar masa sekarang, karena
Rasulullah sudah diutus, dakwah ada, hujjah beraneka ragam bentuknya,
dan Al Qur ’an dilantunkan di masjid- masjid, sungguh mereka itu adalah
orang-orang musyrik bukan kaum
muslimin. Di antara mereka ada yang
meminta ke kuburan keramat, ada
yang membuat tumbal, sesajen, dan
ada pula yang menyandarkan wewenang hukum kepada selain Allah
SWT. Mereka adalah kaum musyrikin
tanpa diragukan lagi. Ada rombongan dari Banu Al Muntafiq,
mereka bertanya tentang ayah mereka
Al Muntafiq yang meninggal pada
zaman fatrah. Rasulullah menjelaskan
bahwa dia itu di neraka, kemudian
beliau menyatakan: “Demi Allah, kamu tidak melewati satu kuburan pun dari
orang ‘Amiriy atau Quraisy dari kalangan orang musyrik, maka
katakan: “Saya diutus kepada kalian oleh Muhammad untuk memberi kabar
bahwa kalian digusur di dalam api
neraka. ” (Shahih, riwayat Al Imam Ahmad). Dalam hadits ini orang yang meninggal
di atas syirik dari kalangan Ahlul Fatrah
disebut musyrik. Apa halnya dengan
zaman bukan fatrah? Apa faidah kalian membela-bela para
pelaku syirik akbar wahai maz ’uum? Kalian tidak tegakkan hujjah atas dia,
kalian bela dia, kalian akrab
bercengkerama dengannya.
Sementara kaum muwahhidin yang
bara’ dari syirik dan para pelakunya serta telah menegakkan hujjah atas
mereka, kalian justeru memusuhinya
dan membencinya. Inikah ciri Ahlus
Sunnah Wal Jama’ah atau justeru ini ciri Ahlul Bid ’ah Wadldlalalah?. Inikah manhaj As Salaf Ash Shalih yang kalian
klaim atau justeru ciri Khawarij
Azariqah yang kalian tuduhkan
kepada kami wahai maz ’uum? *Ijma para ulama Para ulama ijma bahwa orang yang
berbuat syirik akbar itu dinamakan
musyrik. Hal yang menjadi perdebatan
mereka itu hanyalah tentang masalah
‘adzab di akhirat bagi yang belum tegak hujjah risaliyyah atasnya.
Adapun masalah nama di dunia
mereka sepakat bahwa ia adalah
musyrik. Sehingga mereka sepakat
bahwa status anak orang musyrik di
dunia adalah musyrik, namun perbedaan di antara mereka hanya
dalam masalah status akhirat, dia ke
surga atau ke neraka. Di dunia tentang
nama sepakat, sehingga anak-anak
orang musyrik dijadikan budak,
sedangkan orang muslim itu tidak bisa dijadikan budak di awalnya. Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah berkata: “Para ulama ijma bahwa orang yang memalingkan satu macam
dari 2 do’a (do’a ibadah dan do’a permintaan) kepada selain Allah maka
dia itu telah musyrik, meskipun
mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah,
shalat, dan mengaku muslim. ” (Ibthal At Tandid). Orang yang berbuat syirik akbar
namun dia masih rajin shalat, dsb,
padahal sebenarnya dia tahu bahwa
orang musyrik itu amalannya tak
berarti, kekal di neraka bila mati di
atasnya, serta tidak diampuni. Itu terjadi tak lain karena dia tidak tahu
bahwa yang dia lakukan itu perbuatan
syirik atau tidak tahu bahwa dirinya
musyrik, namun demikian para ulama
sepakat bahwa orang jahil itu adalah
musyrik. Para ulama juga ijma bahwa hal paling
pertama yang diserukan semua Rasul
adalah ajakan beribadah kepada Allah
SWT dan penanggalan syirik yang
mereka lakukan. Para rasul itu
mengkhithabi kaumnya atas dasar mereka itu adalah orang-orang
musyrik. Umat para Rasul itu adalah
musyrikin saat sebelum menerima
dakwahnya. Azar ayah Ibrahim adalah
musyrik sebelum Ibrahim diutus,
Abdul Muththalib juga berstatus musyrik. Bahkan para ulama menjelaskan
bahwa nama musyrik itu ada sebelum
adanya Risalah. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata:
“Nama musyrik itu sudah ada sebelum risalah, karena dia (pelakunya)
menyekutukan Tuhannya, menjadikan
tandingan bagi-Nya dan mengangkat
tuhan-tuhan lain bersama-
Nya.” (Majmu Al Fatawa: 20/38). Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab
rahimahullah berkata saat menjelaskan
para pelaku syirik yang mengaku
muslim: “Maka macam orang-orang musyrik itu dan yang semisal dengan
mereka dari kalangan yang beribadah
kepada para wali dan orang-orang
shalih, kami vonis mereka itu sebagai
orang-orang musyrik, dan kami
memandang kekafiran mereka bila hujjah risaliyyah telah tegak atas
mereka. ” (Ad Durar 1/322 cet. lama). Pelaku syirik akbar bila belum tegak
hujjah dinamakan musyrik, sedangkan
bila sudah tegak hujjah atasnya maka
dinamakan musyrik kafir. Bila antum tidak mengenal (istilah) ini,
maka bisa jatuh ke dalam kekeliruan
yang luar biasa fatalnya, seperti yang
dialami kalangan (salafi) maz ’uum dewasa ini. Syaikh Hamd Ibnu Nashir Alu
Mu’ammar dan putra-putra Syaikh Muhamamd Ibnu Abdil Wahhab
berkata tentang para pelaku syirik
yang mengaku Islam yang belum
tersentuh dakwah tauhid: “Bila dia melakukan kemusyrikan dan
kekafiran karena kebodohan dan
tidak adanya orang yang
mengingatkannya maka kami tidak
memvonis dia kafir hingga hujjah
risaliyyah ditegakkan atasnya, namun kami tidak menghukumi dia sebagai
orang muslim.” (Ad Durar). Dia bukan orang kafir karena belum
tegak hujjah risaliyyah, dan dia bukan
muslim karena melakukan syirik
akbar, tapi dia musyrik. Semoga antum
faham istilah ini. Orang yang tidak memahami istilah ini
dari kalangan maz ’uumin di negeri ini, mereka ngawur dalam memahami
maksud perkataan para ulama
dakwah tauhid. Mereka kira bahwa
jika bukan kafir artinya dia itu muslim.
Ini salah besar yang bersumber dari
ketidakfahaman akan hakikat Al Islam. Saat mereka mendapatkan pernyataan
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab
rahimahullah bahwa, “Bagaimana kami mengkafirkan orang jahil yang
menyembah Qubbah Kawwaz …” mereka langsung loncat girang seraya
mengatakan bahwa pelaku syirik
akbar yang jahil itu tidak kafir tapi
muslim sebagaimana perkataan Syaikh
tadi. Alangkah dungunya mereka itu,
mereka tak ubahnya bagaikan lalat
yang tidak mau hinggap kecuali pada
benda kotor, sedang yang bersih
dijauhinya. Begitu juga mereka hanya
mencari ucapan-ucapan yang samar dan meninggalkan ucapan-ucapannya
yang jelas yang berlandaskan Al Kitab
dan As Sunnah serta Ijma. Jarimah mereka itu tidak cukup disitu,
tapi mereka menambahnya. Mereka
mengambil perkataan Syaikh
Muhammad tentang Ahlu Fatrah atau
yang belum tersentuh dakwah yang
mereka fahami secara keliru itu, terus mereka menerapkannya kepada
orang-orang musyrik sekarang di saat
hujjah bertebaran dimana-mana
bahkan orang musyrik itu sendiri
memiliki andil dalam penyebaran
hujjah itu. Bahkan bukan sekedar orang musyrik
yang mereka bela, tapi tak kepalang
tanggung para thaghut pun ikut
mendapatkan pembelaan mereka
yang penuh ikhlash tanpa diminta. Tidaklah aneh bila mereka seperti itu,
terbukti saat penulis bertanya kepada
salah seorang Syaikh Maz ’uum ~yang pernah mereka datangkan untuk
menjegal dakwah ini~: “Apakah para penyembah kuburan yang bodoh itu
musyrikun atau muwahhidun ?” Dia diam sejenak terus menjawab: “Ya ada yang mengatakan mereka itu
muwahhidun.” Kalau antum ingin mengetahui siapa
orangnya yang mengatakan mereka
itu muwahhidun (maksudnya
muslimun), ketahuilah dia adalah
Dawud Ibnu Jirjis Al Iraqi, salah
seorang musuh dakwah tauhid. Silakan rujuk Minhaj At Ta ’sis Fi Kasyfi Syubuhat Dawud Ibni Jirjis karya
Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman
Ibnu Hasan Alu Asy Syaikh. Syaikh Abdullah Aba Buthain
rahimahullah berkata: “Orang yang berbuat syirik itu musyrik, baik mau
atau tidak (dengan nama itu). ” (Al Intishar). Ini adalah sekilas tentang penamaan
musyrik bagi pelaku syirik akbar. Semoga antum sekalian memahaminya
dan Allah SWT membukakan dengan
kunci ini ilmu-ilmu Tauhid lainnya.
Jangan lupa doakan kami dan
keluarga agar diberikan kebaikan di
dunia dan akhirat. Serta kami tidak akan lupa berdoa semoga kita
dikuatkan di atas tauhid ini sampai ruh
meninggalkan jasad kita ini. Amin ya Rabbal ‘Aalamiin.

Kamis, 19 Mei 2011

Dajjal, Dabbah, Dan Ya'juj DanMa'juj

DAJJAL:

Seorang yang diciptakan Allah, yang akan keluar pada akhir
zaman dengan membawa kemarahan,
dia menebarkan kerusakan di bumi,
mengaku sebagai Tuhan, mengajak
manusia untuk beribadah kepadanya,
menyebarkan fitnah kepada manusia dengan beberapa kelebihan yang
Allah berikan kepadanya, seperti
menurunkan hujan, menghidupkan
bumi dengan tumbuhan dan
mengeluarkan kekayaan bumi. Dia
adalah pemuda yang merah, pendek, keriting rambutnya, picak mata
kanannya sedang yang kirinya
ditumbuhi daging tebal di atasnya, di
antara kedua matanya tertulis kalimat
kafir, kebanyakan pengikutnya adalah
Yahudi, dan akhir hidupnya di tangan Isa bin Maryam yang membunuhnya
dengan tombak pendek di negeri Lud
negeri Palestina.

YA’JUJ dan MA ’JUJ:

Adalah dua suku yang kafir dari turunan Adam,
wajahnya lebar, matanya kecil, mereka
dahulu mengadakan kerusakan di
muka bumi, lalu Allah mengutus
Dzulkarnain, kemudian dia membuat
tembok untuk menahan mereka, maka mereka terus-menerus menggali
(melubangi) tembok itu sampai Allah
mengizinkan mereka keluar pada
akhir zaman setelah Isa membunuh
Dajjal. Kemudian mereka keluar
dengan jumlah yang banyak, lalau meminum air laut Tibriyah, dan
mengadakan kerusakan di bumi yang
tidak ada seorangpun mampu
menghadapinya, lalu Isa dan orang-
orang mukmin yang menyertainya
mengungsi ke gunung Thur sampai Allah membinasakan mereka dengan
cacing-cacing yang memakan
tengkuk-tengkuk mereka lalu Allah
mengutus burung yang melempar
bangkai mereka ke laut dan
menurunkan hujan yang membersihkan bumi dari bau bangkai
mereka. [Untuk lebih rinci beserta dalilnya,
silahkan baca kitab Asyratus Sa'ah
karya Yusuf Al-Wabil (diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi
Tanda-Tanda Hari Kiamat, diterbitkan
oleh Pustaka Mantiq Solo, pent.) dan kitab Al-Kiamat Al-Kubra karya Umar
Al-Asyqar (diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi Kiamat
Besar diterbitkan oleh PT Serambi Ilmu
Semesta)].

DABBAH:

Adalah makhluk besar yang akan dikeluarkan oleh Allah di tengah
kebejatan manusia, dia akan berbicara
dan memberikan nasehat kepada
mereka, mampu berfikir, berbicara dan
menyebut manusia dengan sebutan
dan tanda yang bisa membedakan antara mukmin dan kafir. Tugas
seorang muslim adalah beriman dan
percaya dengan keterangan dari Allah
dan Rasul-Nya. Betapa banyak ciptaan
Allah di alam ini yang aneh, asing dan
ajaib yang menunjukkan kekuatan dan kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla. Adapun tempat kembali orang yang
ditanyakan, apakah dia dimaafkan
karena kebodohannya atautidak dan
bagaimana keadaannya pada hari
kimat? Maka kita beriman bahwa
urusannya terserah Allah. Dan telah dijelaskan jawaban dari pertanyaan
yang mirip pada nomor 2443. Silahkan
lihat di sana.

Wallahu a’lam.

Selasa, 17 Mei 2011

YAHUDI DALAM AL-QUR'AN DAN SUNNAH NABI

1. Yahudi adalah orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang mukmin. Termasuk juga orang- orang Nashrani yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah adalah satu dari yang tiga," dan orang-orang yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih Ibnu Maryam. Allah berfirman tentang mereka, َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ًﺓَﻭﺍَﺪَﻋ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َّﺪَﺷَﺃ َّﻥَﺪِﺠَﺘَﻟ ﺍﻮُﻛَﺮْﺷَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ َﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ “Sesungguhnya kamu dapati orang- orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang- orang yang beriman ialah orang- orang Yahudi dan orang-orang musyrik. ” (QS. Al-Maidah: 82) 2. Mereka kufur kepada Allah dan para rasul-Nya serta membedakan antara beriman kepada Allah dan kepada para rasul. ِﻪِﻠُﺳُﺭَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ َﻥﻭُﺮُﻔْﻜَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َّﻥِﺇ ِﻪِﻠُﺳُﺭَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦْﻴَﺑ ﺍﻮُﻗِّﺮَﻔُﻳ ْﻥَﺃ َﻥﻭُﺪﻳِﺮُﻳَﻭ ُﺮُﻔْﻜَﻧَﻭ ٍﺾْﻌَﺒِﺑ ُﻦِﻣْﺆُﻧ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳَﻭ َﻚِﻟَﺫ َﻦْﻴَﺑ ﺍﻭُﺬِﺨَّﺘَﻳ ْﻥَﺃ َﻥﻭُﺪﻳِﺮُﻳَﻭ ٍﺾْﻌَﺒِﺑ ًﻼﻴِﺒَﺳ ﺎًّﻘَﺣ َﻥﻭُﺮِﻓﺎَﻜْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ ﺎًﻨﻴِﻬُﻣ ﺎًﺑﺍَﺬَﻋ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻜْﻠِﻟ ﺎَﻧْﺪَﺘْﻋَﺃَﻭ "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya,
dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan." (QS. Al-Nisa': 150-151) 3. Yahudi mengingkari para Nabi, mencela dan merusak kehormatan mereka serta kehormatan hamba- hamba Allah yang shalih dan shalihah. ﺎًﻧﺎَﺘْﻬُﺑ َﻢَﻳْﺮَﻣ ﻰَﻠَﻋ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻗَﻭ ْﻢِﻫِﺮْﻔُﻜِﺑَﻭ ﺎًﻤﻴِﻈَﻋ "Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina)." (QS. Al-Nisa': 156) 4. Mengaku telah membunuh dan menyalib Nabi Isa 'alaihis salam, padahal tidaklah mereka berhasil berbuat seperti itu karena Allah tidak memperkenankan rencana jahat mereka. َﻦْﺑﺍ ﻰَﺴﻴِﻋ َﺢﻴِﺴَﻤْﻟﺍ ﺎَﻨْﻠَﺘَﻗ ﺎَّﻧِﺇ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻗَﻭ ﺎَﻣَﻭ ُﻩﻮُﻠَﺘَﻗ ﺎَﻣَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻝﻮُﺳَﺭ َﻢَﻳْﺮَﻣ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َّﻥِﺇَﻭ ْﻢُﻬَﻟ َﻪِّﺒُﺷ ْﻦِﻜَﻟَﻭ ُﻩﻮُﺒَﻠَﺻ ِﻪِﺑ ْﻢُﻬَﻟ ﺎَﻣ ُﻪْﻨِﻣ ٍّﻚَﺷ ﻲِﻔَﻟ ِﻪﻴِﻓ ﺍﻮُﻔَﻠَﺘْﺧﺍ ُﻩﻮُﻠَﺘَﻗ ﺎَﻣَﻭ ِّﻦَّﻈﻟﺍ َﻉﺎَﺒِّﺗﺍ ﻻِﺇ ٍﻢْﻠِﻋ ْﻦِﻣ ﺎًﻨﻴِﻘَﻳ . ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﺎَﻛَﻭ ِﻪْﻴَﻟِﺇ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪَﻌَﻓَﺭ ْﻞَﺑ ﺎًﻤﻴِﻜَﺣ ﺍًﺰﻳِﺰَﻋ "Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Nisa': 157-158) 5. Yahudi gemar berbuat zalim dan banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, suka makan riba, dan memakan harta manusia dengan cara batil. ﺎَﻨْﻣَّﺮَﺣ ﺍﻭُﺩﺎَﻫ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﻢْﻠُﻈِﺒَﻓ ْﻢِﻫِّﺪَﺼِﺑَﻭ ْﻢُﻬَﻟ ْﺖَّﻠِﺣُﺃ ٍﺕﺎَﺒِّﻴَﻃ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ﺍًﺮﻴِﺜَﻛ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻞﻴِﺒَﺳ ْﻦَﻋ () ﺎَﺑِّﺮﻟﺍ ُﻢِﻫِﺬْﺧَﺃَﻭ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻝﺍَﻮْﻣَﺃ ْﻢِﻬِﻠْﻛَﺃَﻭ ُﻪْﻨَﻋ ﺍﻮُﻬُﻧ ْﺪَﻗَﻭ ْﻢُﻬْﻨِﻣ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻜْﻠِﻟ ﺎَﻧْﺪَﺘْﻋَﺃَﻭ ِﻞِﻃﺎَﺒْﻟﺎِﺑ ﺎًﻤﻴِﻟَﺃ ﺎًﺑﺍَﺬَﻋ "Maka disebabkan kedzaliman orang- orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih." (QS. Al-Nisa': 160-161) Yahudi gemar berbuat zalim dan banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, suka makan riba, dan memakan harta manusia dengan cara batil. 6. Bersegera kepada kekafiran, banyak mendengarkan perkataan- perkataan dusta, banyak makan suap dan harta haram, merubah ayat-ayat Allah dari tempatnya, dan hati mereka najis (kotor). "Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang- orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat
suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan- perkataan (Taurat) dari tempat- tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirubah- rubah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak menyucikan hati mereka. Mereka memperoleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar. Mereka itu adalah orang- orang yang suka mendengar berita bohong dan banyak memakan yang haram." (QS. Al-Maidah: 41-42) 7. Orang-orang Yahudi adalah kafir, suka menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah dan berhukum dengan selain yang Dia turunkan. "Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? Dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang beriman. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh
orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat- ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 43-44) 8. Orang-orang Yahudi gemar menimpakan fitnah atas kaum muslimin terhadap Al-Qur'an yang diturunkan kepada mereka, berpaling dari kebenaran setelah mengetahuinya. Dan mereka merupakan kumpulan orang-orang fasik yang menghendaki hukum jahiliyah. "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang- orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang- orang yang yakin?" (QS. Al-Maidah: 49-50) Orang-orang Yahudi gemar menimpakan fitnah atas kaum muslimin terhadap Al-Qur'an yang diturunkan kepada mereka, berpaling dari kebenaran setelah mengetahuinya. 9. Menghina agama Islam, shalat, dan adzan karena mereka memang tidak berakal. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." (QS. Al- Maidah: 57-58) 10. Dengki terhadap kaum mukminin, membenci keimanan mereka kepada semua kitab samawi, padahal kaum mukminin itu tidak sama dengan mereka. "Katakanlah: "Hai Ahli kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar- benar orang-orang yang fasik?" (QS. Al-Maidah: 59) 11. Mereka dilaknat dan dimurkai serta menjadi penyembah thaghut yang sangat buruk. Di antara mereka ada yang dirubah menjadi kera dan babi. Mereka adalah makhluk paling buruk di muka bumi dan paling sesat. "Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang- orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yaitu orang- orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?" Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus." (QS. Al- Maidah: 60) 12. Yahudi mencela Allah Ta'ala dan menghina-Nya, Maha Suci Allah dari kekafiran mereka. ْﺖَّﻠُﻏ ٌﺔَﻟﻮُﻠْﻐَﻣ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﺪَﻳ ُﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ِﺖَﻟﺎَﻗَﻭ ُﻩﺍَﺪَﻳ ْﻞَﺑ ﺍﻮُﻟﺎَﻗ ﺎَﻤِﺑ ﺍﻮُﻨِﻌُﻟَﻭ ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَﺃ ُﺀﺎَﺸَﻳ َﻒْﻴَﻛ ُﻖِﻔْﻨُﻳ ِﻥﺎَﺘَﻃﻮُﺴْﺒَﻣ "Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki." (QS. Al- Maidah: 64) 13. Kedurhakaan dan kekafiran mereka semakin menjadi setelah diturunkannya Al-Qur'an karena hati mereka sudah rusak. "Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka." (QS. Al-Maidah: 64) 14. Yahudi paling gemar menciptakan permusuhan dan peperangan di dunia ini serta membuat kerusakan di atas bumi. Bahkan terhadap sesama mereka saja senantiasa menebarkan permusuhan dan kebencian walau secara dzahir terlihat bersatu. "Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan." (QS. Al- Maidah: 64) 15. Yahudi telah membunuh nabi-nabi Allah, mendustakan mereka ketika para nabi tersebut datang membawa ajaran yang menyelisihi hawa nafsu mereka. Mereka dibutakan dari kebenaran dan tidak pernah berbicara dengannya. َﻞﻴِﺋﺍَﺮْﺳِﺇ ﻲِﻨَﺑ َﻕﺎَﺜﻴِﻣ ﺎَﻧْﺬَﺧَﺃ ْﺪَﻘَﻟ ْﻢُﻫَﺀﺎَﺟ ﺎَﻤَّﻠُﻛ ﺎًﻠُﺳُﺭ ْﻢِﻬْﻴَﻟِﺇ ﺎَﻨْﻠَﺳْﺭَﺃَﻭ ﺎًﻘﻳِﺮَﻓ ْﻢُﻬُﺴُﻔْﻧَﺃ ﻯَﻮْﻬَﺗ ﺎَﻟ ﺎَﻤِﺑ ٌﻝﻮُﺳَﺭ َﻥﻮُﻠُﺘْﻘَﻳ ﺎًﻘﻳِﺮَﻓَﻭ ﺍﻮُﺑَّﺬَﻛ () ﺎَّﻟَﺃ ﺍﻮُﺒِﺴَﺣَﻭ َﺏﺎَﺗ َّﻢُﺛ ﺍﻮُّﻤَﺻَﻭ ﺍﻮُﻤَﻌَﻓ ٌﺔَﻨْﺘِﻓ َﻥﻮُﻜَﺗ ٌﺮﻴِﺜَﻛ ﺍﻮُّﻤَﺻَﻭ ﺍﻮُﻤَﻋ َّﻢُﺛ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ ﺎَﻤِﺑ ٌﺮﻴِﺼَﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ْﻢُﻬْﻨِﻣ "Sesungguhnya Kami telah mengambil
perjanjian dari Bani Israel, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana pun (terhadap mereka dengan membunuh
nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima tobat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Maidah: 71-72) 16. Mereka dilaknat melalui lisan para Nabi yang diutus ke tengah-tengah mereka disebabkan kemaksiatan dan kedurhakaan mereka, tidak memerintahkan kepada kebaikan dan tidak melarang dari kemungkaran. "Telah dilaknati orang-orang kafir dari
Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (QS. Al-Maidah: 78-79) 17. Tolong menolong dengan penyembah berhala dan orang-orang kafir untuk memerangi umat muslim dikarenakan mereka tidak beriman kepada Allah, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan Al- Qur'an. "Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan
orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan
dari mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maidah: 80-81) 18. Senantiasa berusaha memurtadkan kaum muslimin yang mentaati dan tunduk kepada mereka. ﺎًﻘﻳِﺮَﻓ ﺍﻮُﻌﻴِﻄُﺗ ْﻥِﺇ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ َﺪْﻌَﺑ ْﻢُﻛﻭُّﺩُﺮَﻳ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ﺍﻮُﺗﻭُﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻦِﻣ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻛ ْﻢُﻜِﻧﺎَﻤﻳِﺇ "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman." (QS. Ali Imran: 100) 19. Mengingkari kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam walaupun mereka mengenalnya dengan baik dan mengetahui kejujurannya sebagaimana mereka mengenal anak kandung mereka sendiri. ﺎَﻤَﻛ ُﻪَﻧﻮُﻓِﺮْﻌَﻳ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ُﻢُﻫﺎَﻨْﻴَﺗَﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ْﻢُﻬْﻨِﻣ ﺎًﻘﻳِﺮَﻓ َّﻥِﺇَﻭ ْﻢُﻫَﺀﺎَﻨْﺑَﺃ َﻥﻮُﻓِﺮْﻌَﻳ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ ْﻢُﻫَﻭ َّﻖَﺤْﻟﺍ َﻥﻮُﻤُﺘْﻜَﻴَﻟ "Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak- anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." (QS. Al- Baqarah: 146) "Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keterangan pun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang dzalim. Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya, mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh," (QS. Ali Imran: 86-88) 20. Tidak mau bersatu di atas agama Islam dikarenakan kedengkian mereka dan mengkufuri ayat-ayat Allah serta membunuh nabi-nabi dan para juru dakwah. "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika
mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang- orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang
telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba- hamba-Nya. Sesungguhnya orang- orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka
gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih." (QS. Ali Imran: 19-22) 21. Menolak untuk berhukum dengan Kitabullah dengan alasan meyakini bahwa meninggalkan hukum dan peradilan Islam hanya dosa maksiat, dosa kecil yang tidak sampai menyebabkan kekufuran dan tidak pula membuat kekal di neraka. Mereka membuat-buat kedustaan atas nama Agama. "Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung". Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan. Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan
tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan)." (QS. Ali Imran: 23-25) Yahudi menolak untuk berhukum dengan Kitabullah dengan alasan meyakini bahwa meninggalkan hukum dan peradilan Islam hanya maksiat, dosa kecil yang tidak sampai menyebabkan kekufuran dan tidak pula membuat kekal di neraka. 22. Memilih menjadi pengikut pendahulu mereka yang menyembah anak sapi, tidak mau bertaubat darinya. " . . lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang dzalim." (QS. Al- Baqarah: 51) 23. Mengolok-olok syariat Allah yang disampaikan para rasul-Nya dan merubah-rubah (mengganti) perkataan mereka. "Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitulmaqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan- kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik". Lalu orang-orang yang dzalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang- orang yang dzalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik." (QS. Al- Baqarah: 58-59) Mereka mengganti bersujud dengan cara masuk dengan merangkak di atas pantat mereka. Mereka juga mengganti kata Hittah (Bebaskan kami dari dosa) dengan kata Hinthah (artinya: biji gandum). 24. Menghina dan merendahkan makhluk Allah yang lain. Ketika lemah mereka menjadi anak manis, tunduk dan patuh kepada musuh-musuhnya, namun ketika kuat mereka menjadi sombong dan kejam sampai-sampai nabi-nabi mereka bunuh. ُﺔَﻨَﻜْﺴَﻤْﻟﺍَﻭ ُﺔَّﻟِّﺬﻟﺍ ُﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ْﺖَﺑِﺮُﺿَﻭ ْﻢُﻬَّﻧَﺄِﺑ َﻚِﻟَﺫ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻦِﻣ ٍﺐَﻀَﻐِﺑ ﺍﻭُﺀﺎَﺑَﻭ َﻥﻮُﻠُﺘْﻘَﻳَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺕﺎَﻳَﺂِﺑ َﻥﻭُﺮُﻔْﻜَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ ﺍْﻮَﺼَﻋ ﺎَﻤِﺑ َﻚِﻟَﺫ ِّﻖَﺤْﻟﺍ ِﺮْﻴَﻐِﺑ َﻦﻴِّﻴِﺒَّﻨﻟﺍ َﻥﻭُﺪَﺘْﻌَﻳ ﺍﻮُﻧﺎَﻛَﻭ "Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 61) Ketika lemah Yahudi menjadi anak manis, tunduk dan patuh kepada musuh-musuhnya,
namun ketika kuat mereka menjadi sombong dan kejam sampai-sampai nabi-nabi mereka bunuh. 25. Menghalalkan beberapa masalah yang Allah haramkan kepada mereka dengan kilah yang rendahan, dan menyelewengkan perintah Allah dengan alasan menghormatinya. ﻲِﻓ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﺍْﻭَﺪَﺘْﻋﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻢُﺘْﻤِﻠَﻋ ْﺪَﻘَﻟَﻭ ًﺓَﺩَﺮِﻗ ﺍﻮُﻧﻮُﻛ ْﻢُﻬَﻟ ﺎَﻨْﻠُﻘَﻓ ِﺖْﺒَّﺴﻟﺍ َﻦﻴِﺌِﺳﺎَﺧ َﻦْﻴَﺑ ﺎَﻤِﻟ ﺎًﻟﺎَﻜَﻧ ﺎَﻫﺎَﻨْﻠَﻌَﺠَﻓ َﻦﻴِﻘَّﺘُﻤْﻠِﻟ ًﺔَﻈِﻋْﻮَﻣَﻭ ﺎَﻬَﻔْﻠَﺧ ﺎَﻣَﻭ ﺎَﻬْﻳَﺪَﻳ "Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina". Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa." (QS. Al- Baqarah: 65-66) 26. Hanya membaca Taurat semata tanpa mau memahami, merenungi, mendengar dan mentaati isinya, bahkan mereka melakukan tahrif (penyimpangan) maknanya. ﺎَّﻟِﺇ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ ﺎَﻟ َﻥﻮُّﻴِّﻣُﺃ ْﻢُﻬْﻨِﻣَﻭ َﻥﻮُّﻨُﻈَﻳ ﺎَّﻟِﺇ ْﻢُﻫ ْﻥِﺇَﻭ َّﻲِﻧﺎَﻣَﺃ () ٌﻞْﻳَﻮَﻓ َّﻢُﺛ ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَﺄِﺑ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﻥﻮُﺒُﺘْﻜَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ ِﻪِﺑ ﺍﻭُﺮَﺘْﺸَﻴِﻟ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺪْﻨِﻋ ْﻦِﻣ ﺍَﺬَﻫ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ْﺖَﺒَﺘَﻛ ﺎَّﻤِﻣ ْﻢُﻬَﻟ ٌﻞْﻳَﻮَﻓ ﺎًﻠﻴِﻠَﻗ ﺎًﻨَﻤَﺛ َﻥﻮُﺒِﺴْﻜَﻳ ﺎَّﻤِﻣ ْﻢُﻬَﻟ ٌﻞْﻳَﻭَﻭ ْﻢِﻬﻳِﺪْﻳَﺃ "Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga- duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 78-79) Yahudi membaca Taurat semata tanpa mau memahami, merenungi, mendengar dan mentaati isinya, bahkan mereka melakukan tahrif (penyimpangan/ penyelewengan) maknanya. Yahudi Dalam Sunnah Sesungguhnya Yahudi tidak pernah ridla dan rela terhadap Umat Islam. Mereka senang melihat penderitaan kaum muslimin, khususnya di Gaza – Palestina. Sehingga dalam kondisi kelaparan, kekurangan air, dan kehilangan tempat tinggal serta terancam berbagai penyakit, Yahudi tetap kekeh menghalangi setiap upaya bantuan untuk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Yahudi benar- benar menunggu saat kematian dan kehancuran muslimin Gaza secara pelan-pelan, agar mereka bisa menyaksikan detik demi detik penderitaan kaum muslimin. Kita tetap memusuhi Yahudi karena disebabkan kekufuran, kefasikan dan kezaliman mereka terhadap umat Islam, baik dunia menyetujinya atau tidak. Yahudi benar-benar menunggu saat kematian dan kehancuran muslimin Gaza secara pelan-pelan, agar mereka bisa menyaksikan detik demi detik penderitaan kaum muslimin. Pada tulisan kedua ini kami sebutkan beberapa dalil dari Sunnah Nabawiyah
yang menunjukkan keburukan Yahudi dan kedengkian mereka kepada kaum muslimin sehingga kita harus memusuhi mereka. 1. Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai Allah. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda dalam menerangkan firman Allah Ta ’ala, ِﺮْﻴَﻏ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ َﺖْﻤَﻌْﻧَﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻁﺍَﺮِﺻ َﻦﻴِّﻟﺎَّﻀﻟﺍ ﻻَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ِﺏﻮُﻀْﻐَﻤْﻟﺍ “(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-fatihah: 7) Yahudi adalah orang yang dimurkai, sedangkan Nashrani adalah orang yang sesat.” (HR. al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani) 2. Mereka dilaknat karena membuat- buat kilah dalam urusan agama (mengakali syariat) dan menghalalkan
yang haram. Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ْﺖَﻣِّﺮُﺣ َﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻦَﻌَﻟ ﺎَﻫﻮُﻋﺎَﺒَﻓ ﺎَﻫﻮُﻠَّﻤَﺠَﻓ ُﻡﻮُﺤُّﺸﻟﺍ “Semoga Allah melaknat Yahudi, telah diharamkan lemak hewan atas mereka namun mereka mempolesnya lalu menjualnya.” (Muttafaq ‘alaih) 3. Mereka dilaknat karena telah menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid. Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Laknat Allah turun atas orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan para nabi sebagai masjid.” Beliau sangat-sangat memperingatkan umatnya atas perilaku mereka. ” (Muttafaq ‘alaih) 4. Mereka senantiasa memerangi Islam dan pemeluknya hingga menjelang kiamat. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, َﻞِﺗﺎَﻘُﻳ ﻰَّﺘَﺣ ُﺔَﻋﺎَّﺴﻟﺍ ُﻡﻮُﻘَﺗ ﺎَﻟ ْﻢُﻬُﻠُﺘْﻘَﻴَﻓ َﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ َﻥﻮُﻤِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ ْﻦِﻣ ُّﻱِﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ َﺊِﺒَﺘْﺨَﻳ ﻰَّﺘَﺣ َﻥﻮُﻤِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ ُﺮَﺠَﺤْﻟﺍ ُﻝﻮُﻘَﻴَﻓ ِﺮَﺠَّﺸﻟﺍَﻭ ِﺮَﺠَﺤْﻟﺍ ِﺀﺍَﺭَﻭ ﺍَﺬَﻫ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﺪْﺒَﻋ ﺎَﻳ ُﻢِﻠْﺴُﻣ ﺎَﻳ ُﺮَﺠَّﺸﻟﺍ ْﻭَﺃ ﺎَّﻟِﺇ ُﻪْﻠُﺘْﻗﺎَﻓ َﻝﺎَﻌَﺘَﻓ ﻲِﻔْﻠَﺧ ٌّﻱِﺩﻮُﻬَﻳ ِﺩﻮُﻬَﻴْﻟﺍ ِﺮَﺠَﺷ ْﻦِﻣ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ َﺪَﻗْﺮَﻐْﻟﺍ “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi, hingga kaum muslimin membunuhi Yahudi. Sampai-sampai orang Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon tadi akan berbicara; 'Wahai orang Islam, hai hamba Allah! di belakangku ada orang-orang Yahudi, kemarilah, bunuhlah dia,' kecuali pohon Gharqad, sebab ia itu sungguh pohonnya Yahudi.” (HR. Ahmad) Ibnu Mardawaih meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, َّﻢَﻫ َّﻻِﺇ ٍﻢِﻠْﺴُﻤِﺑ ٌّﻂَﻗ ٌّﻱِﺩْﻮُﻬَﻳ َﻼَﺧ ﺎَﻣ ِﻪِﻠْﺘَﻘِﺑ "Tidaklah sekali-kali orang Yahudi bertemu dengan orang Islam di tempat yang sunyi, kecuali pasti ingin membunuhnya." 5. Yahudi menjadi para pengikut Dajjal. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, َﻥﺎَﻬَﺒْﺻَﺃ ِﺩْﻮُﻬَﻳ ْﻦِﻣ َﻝﺎَّﺟَّﺪﻟﺍ ُﻊَﺒْﺘَﻳ ُﺔَﺴِﻟﺎَﻴَّﻄﻟﺍ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ﺎًﻔْﻟَﺃ َﻥْﻮُﻌْﺒَﺳ "Dajjal akan diikuti oleh orang-orang Yahudi Ashbahan (sebuah kota di Iran) sebanyak 70 ribu yang memakai pakaian thayalisah (sejenis kain yang dipakai di pundak, ujungnya dari sutera)." (HR. Muslim) Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga pernah menjelaskan tentang Dajjal, bahwa dia berasal dari kalangan Yahudi. (HR. Muslim) "Tidaklah sekali-kali orang Yahudi bertemu dengan orang Islam di tempat yang sunyi, kecuali pasti ingin membunuhnya." al-Hadits Inilah hakikat sifat Yahudi dalam Al- Qur'an dan Sunnah. Hendaknya orang yang ingin melihat hakikat kebenaran,
berakal sehat dan selalu menyuarakan bahwa Yahudi adalah saudara kita yang tidak akan memerangi kita supaya dia berfikir ulang. Apalagi dia memperingati HUT kemerdekaan begara yang mereka dirikan di atas jasad dan darah umat Islam. Apakah orang semacam ini masih dikatakan sebagai orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam? Maka mari kita kumandangkan permusuhan terhadap Yahudi dan orang-orang yang loyal kepada mereka. Kita membenci dan memusuhi
mereka berdasarkan petunjuk dari Al- Kitab dan Sunnah. Kita mengimani keduanya sebagai wahyu dari Rabb semesta alam yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang paling mulia, tidak ada kesalahan di dalamnya. Apa yang disebutkan di sana berisikan kebenaran, karenanya tidak ada keraguan untuk memusuhi dan membenci mereka. Wallahu Ta'ala A'lam...

Senin, 16 Mei 2011

NASEHAT BUAT PARA WANITA

Saudara dan saudari kaum muslimin
dan muslimat Renungan khususnya
untuk para wanita dan diri sendiri ….. Sayidina Ali ra menceritakan suatu
ketika melihat Rasulullah menangis
manakala ia datang bersama Fatimah.
Lalu keduanya bertanya mengapa
Rasul menangis. Beliau menjawab, “Pada malam aku di-isra’-kan, aku melihat perempuan- perempuan yang sedang disiksa
dengan berbagai siksaan. Itulah
sebabnya mengapa aku menangis.
Karena,
menyaksikan mereka yang sangat
berat dan mengerikan siksanya. Putri Rasulullah kemudian
menanyakan apa yang dilihat
ayahandanya. “Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya,
otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung
lidahnya, tangannya diikat ke
belakang dan timah cair dituangkan
ke dalam tengkoraknya. Aku lihat perempuan tergantang
kedua kakinya dengan terikat
tangannya sampai ke ubun-ubunnya,
diulurkan ular dan kalajengking. Dan aku lihat perempuan yang
memakan badannya sendiri, di
bawahnya dinyalakan api neraka.
Serta aku lihat perempuan yang
bermuka hitam, memakan tali
perutnya sendiri. Aku lihat perempuan yang telinganya
pekak dan matanya buta, dimasukkan
ke dalam peti yang dibuat dari api
neraka, otaknya keluar dari lubang
hidung, badannya berbau busuk
karena penyakit sopak dan kusta. Aku lihat perempuan yang badannya
seperti himar, beribu-ribu
kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat
perempuan yang rupanya seperti
anjing, sedangkan api masuk melalui
mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya
dengan pentung dari api neraka, ”kata Nabi. Fatimah Az-Zahra kemudian
menanyakan mengapa mereka
disiksa seperti itu? *Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang
tergantung rambutnya hingga
otaknya mendidih adalah wanita yang
tidak menutup rambutnya sehingga
terlihat oleh laki-laki yang bukan
muhrimnya. *Perempuan yang digantung susunya
adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya. *Perempuan yang tergantung kedua
kakinya ialah perempuan yang tidak
taat kepada suaminya, ia keluar
rumah tanpa izin suaminya, dan
perempuan yang tidak mau mandi
suci dari haid dan nifas. *Perempuan yang memakan
badannya sendiri ialah karena ia
berhias untuk lelaki yang bukan
muhrimnya dan suka mengumpat
orang lain. *Perempuan yang memotong
badannya sendiri dengan gunting api
neraka karena ia memperkenalkan
dirinya kepada orang yang kepada
orang lain bersolek dan berhias
supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya. *Perempuan yang diikat kedua kaki
dan tangannya ke atas ubun-
ubunnya diulurkan ular dan
kalajengking padanya karena ia bisa
shalat tapi tidak mengamalkannya
dan tidak mau mandi junub. *Perempuan yang kepalanya seperti
babi dan badannya seperti himar ialah
tukang umpat dan pendusta.
Perempuan yang menyerupai anjing
ialah perempuan yang suka
memfitnah dan membenci suami.” Mendengar itu, Sayidina Ali dan
Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. Dan inilah peringatan kepada kaum
perempuan.

Kisah Sahabat Nabi: Abdullah bin Jahsyi, "Amirul Mukminin" Pertama

Abdullah bin Jahsyi
adalah putra bibi
Rasulullah, Umaimah
binti Abdul Muthalib. Di samping itu, ia juga ipar Rasulullah
karena saudara perempuannya,
Zainab binti Jahsyi adalah istri Nabi
SAW. Abdullah bin Jahsyi memeluk Islam
sebelum Rasulullah menjadikan
rumah Al-Arqam sebagai pusat
dakwah. Karena itu, ia termasuk di
antara sahabat yang pertama masuk
Islam, Assabiqunal Awwalun. Ketika Rasulullah mengizinkan para
sahabat untuk hijrah ke Madinah,
Abdullah bin Jahsyi tercatat sebagai
orang kedua yang hijrah setelah Abu
Salamah. Bagi Abdullah, hijrah ke
Madinah bukanlah pengalaman baru. Sebelumnya ia pernah hijrah ke
Habasyah. Hanya saja, kali ini ia
bersama istri, anak-anak dan
keluarga terdekatnya. Ketika Rasulullah membentuk Laskar
Islam, beliau memilih delapan orang
yang dipandang mampu dalam
berperang. Di antara mereka adalah
Abdullah bin Jahsyi dan Sa'ad bin Abi
Waqqash. Dalam kelompok tersebut akhirnya
terpilihlah Abdullah bin Jahsyi
sebagai pimpinan. Sebuah bendera
diikatkan oleh Rasulullah di
tongkatnya dan diserahkan kepada
Abdullah. Itulah bendera Islam pertama dan Abdullah bin Jahsyi
memegangnya. Karena itu, ia dikenal
orang untuk pertama kali sebagai
Amirul Mukminin. Setelah dilantik sebagai Amir, ia
diperintahkan oleh Nabi SAW untuk
melakukan ekspedisi dengan tugas
pengintaian. Rasulullah melarang
membuka surat perintah beliau
melainkan setelah dua hari perjalanan. Setelah dua hari perjalanan, Abdullah
bin Jahsyi membuka surat tersebut
dan membacanya: "Bila kamu
membaca surat ini, teruskanlah
perjalananmu ke arah Makkah.
Berhentilah diantara Thaif dan Makkah. Amatilah gerak-gerik kaum
Quraisy dan segera laporkan kepada
kami!" Sesuai perintah Rasulullah, Abdullah
bin Jahsyi meneruskan
perjalanannya dan tiba di Nakhlah. Di
tempat tersebut mereka
mempersiapkan pos pengintaian.
Ketika mereka tengah bersiap-siap, tiba-tiba di kejauhan terlihat
sekelompok kabilah Quraisy yang
membawa barang-barang
dagangan. Abullah bermusyawarah dengan
pasukannya. Apakah kabilah itu
akan diserang ataukah tidak? Saat
itu hari terakhir bulan Haram. Jika
mereka melakukan penyerangan,
berarti melanggar kehormatan bulan Haram dan mengundang kemarahan
seluruh bangsa Arab. Jika dibiarkan
lewat, mereka masuk ke Tanah
Haram (Makkah), berarti
membiarkan mereka masuk ke
tempat aman karena di sana dilarang berperang. Akhirnya mereka memutuskan
untuk menyerang dan merampas
harta kabilah itu. Mereka berhasil
menewaskan seorang anggota
rombongan Quraisy. Dua orang
tertawan dan seorang lagi melarikan diri. Abdullah bin Jahsyi dan pasukannya
membawa harta rampasan dan dua
orang tawanan itu ke Madinah.
Begitu tiba di hadapan Rasulullah,
beliau langsung marah karena
Abdullah bin Jahsyi dan pasukannya bertindak di luar perintah. Rasulullah bersabda, "Demi Allah,
aku tidak memerintahkan kalian
menyerang, merampas, menawan,
apalagi membunuh. Aku hanya
memerintahkan kalian supaya
mencari berita mengenai orang- orang Quraisy, mengamati gerak-
gerik mereka, kemudian melaporkan
kepadaku." Abdullah bin Jahsyi menyadari
kecerobohannya itu telah memberi
peluang ampuh bagi kaum Quraisy
untuk merangkul kabilah-kabilah
Arab guna memusuhi kaum
Muslimin. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan mengundang
agresi militer. Tak dapat dibayangkan bagaimana
beratnya beban moril yang ia
tanggung. Namun demikian,
imannya tetap tegar. Dia selalu
beristighfar dan memohon ampunan
kepada Allah. Akhirnya Allah SWT memberikan
kabar gembira kepada mereka
dengan turunnya ayat: "Mereka
bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang berperang pada bulan
Haram. Katakanlah: 'Berperang pada bulan Haram adalah dosa besar.
Tetapi menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, kafir kepada-Nya,
menghalangi masuk ke Masjidil
Haram dan mengusir penduduk dari
sekitarnya lebih besar dosanya di sisi Allah..." (QS Al-Baqarah: 217). Setelah ayat tersebut turun,
tenanglah hati Rasulullah. Harta
rampasan itu disita untuk Baitul Mal
dan kedua tawanan dimintai
tebusan. Rasulullah setuju dengan
apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Jahsyi dan
pasukannya. Ketika terjadi Perang Badar, Abdullah
ikut berjuang bersama kaum
Muslimin. Dalam peperangan itu, ia
cedera cukup parah. Pada saat
Perang Uhud, terjadi sebuah
peristiwa yang dialami oleh Abdullah bin Jahsyi dan Sa'ad bin Abi
Waqqash. Saat itu keduanya berada di sebuah
tempat yang agak terpencil. Sa'ad bin
Abi Waqqash berdoa, "Ya Allah,
pertemukanlah aku dengan musuh
yang paling kejam dan jahat. Aku
akan berkelahi dengannya dan berilah aku kemenangan." Abdullah bin Jahsyi mengamini doa
tersebut, seraya menambahkan, "Ya
Allah, pertemukanlah aku dengan
musuh yang paling kejam dan jahat.
Aku akan berkelahi dengannya dan
aku tewas di tangannya. Dia kemudian memotong hidung dan
telingaku." Ketika Perang Uhud berakhir,
ternyata Allah mengabulkan doanya.
Para sahabat menemukan jasad
Abdullah bin Jahsyi gugur seperti
doanya. Hidung dan telinganya
buntung, dan tubuhnya tergantung pada seutas tali. Allah memuliakannya dengan pahala
syahid bersama Hamzah bin Abdul
Muthalib. Keduanya gugur dan
dimakamkan dalam satu liang lahat.
Air mata Rasulullah mengalir
membasahi kubur mereka, menambah harumnya darah syahid
yang tertumpah melumuri jasad.

Jumat, 13 Mei 2011

Bacaan Do’a untuk mengobati penyakit mata

ﻚﺘﻤﺤﺮﺑ ﺀﺍﺪ ﻞﻜ ﻥﻤ ﺀﺎﻔﺸ ﻦﻴﻤﺤﺍﺮﻟﺍ ﻡﺤﺮﺍ ﺎﻴ “

Syifaa_Un Min Kulli Daa_In Birohmatika Yaa Arhamar Roohimin

“ Artinya : “Obat dari segala macam penyakit, dengan rahmat-Mu Wahai
dzat yang Paling Pemurah” :

Keterangan :
Apabila ada seseorang yang
penglihatannya rabun karena suatu
penyakit, dan sudah diperiksakan ke
dokter namun belum Juga berhasil,
maka obatilah sebagaimana petunjuk dibawah ini : pada malam hari
tepatnya tanggal 1 atau 2 atau tanggal
3 qomariyah hijriyah, lihatlah bulan.
Apabila sudah melihat bulan
kemudian usaplah kedua mata itu
dengan menggunakan tangan kanan sambil membaca Surat Al Fatihah
sebanyak sepuluh kali. Kemudian
membaca surat Al Ikhlash sebanyak
tiga kali. Lalu membaca kalimat diatas
sebanyak tujuh kali. InsyaAllaah mata
yang rabun itu akan berangsur- angsur hilang dan sembuh seperti
semula.

Tertutupnya pintu taubat

Sebusuk apapun
maksiat yang telah dilakukan,
sebanyak apapun dosa
yang telah diperbuat, bila manusia
kembali kepada jalan Allah, maka
Allah SWT akan menerima tobatnya. Bahkan terhadap orang yang kafir
sekalipun, bila ia memeluk agama
Islam, Allah akan mengampuni segala
dosanya. Pintu tobat senantiasa
terbuka. Dan
Allah SWT akan senantiasa menanti kedatangan hamba-Nya yang akan
bertaubat. Namun demikian, tidak
selamanya pintu tobat terbuka ada
saatnya pintu tobat tertutup rapat.
Pintu tobat akan tertutup rapat pada
dua keadaan; pertama, ketika nyawa manusia sudah berada di
tenggorokan. Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah Yang Mahamulia lagi Mahaagung menerima
tobat seseorang sebelum nyawanya
sampai di tenggorokan. ” (HR Tirmidzi) Kedua, ketika matahari terbit dari
tempat terbenamnya. Rasulullah SAW
bersabda, “Barangsiapa bertobat sebelum matahari terbit dari barat,
niscaya Allah menerima
taubatnya." (HR Muslim) Tertutupnya
pintu tobat merupakan
batas dimana penyesalan,
permohonan ampun, perbuatan baik dan keimanan orang kafir tidak
bermanfaat lagi, karena Allah SWT
tidak menerimanya. Allah SWT
berfirman, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah
kedatangan malaikat kepada mereka
(untuk mencabut nyawa mereka),
atau kedatangan Tuhanmu atau
kedatangan sebagian tanda-tanda
Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu
tidaklah bermanfaat lagi iman
seseorang bagi dirinya sendiri yang
belum beriman sebelum itu, atau dia
(belum) mengusahakan kebaikan
dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya
kami pun menunggu (pula)." (Q S Al-
An ’am [6]: 158) Hal ini harus menjadi perhatian kita
untuk tidak menunda-nunda untuk
bertaubat, bila hal ini terjadi besar
kemungkinan akan menenggelamkan
kita pada kemaksiatan dan pada
akhirnya akan menganggap baik bahkan bangga dengan kemaksiatan
yang dilakukannya. Selagi kita hidup
didunia, mari kita
gunakan kesempatan ini untuk
menyikapi adanya penutupan pintu
taubat ini dengan cara: Pertama, bersegera melakukan taubat. Allah
SWT berfirman, “Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi
orang-orang yang mengerjakan
kejahatan lantaran kejahilan, yang
kemudian mereka bertobat dengan
segera, maka mereka itulah yang
diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. ” (QS An-Nisa [4]: 17) Kedua, bersegera melakukan
berbagai macam kebaikan sebelum
datangnya masa yang menyebabkan
kita sulit untuk melakukan kebaikan.
Rasulullah saw. bersabda,
“Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal saleh, karena
akan terjadi berbagai fitnah yang
menyerupai malam yang gelap
gulita..” (HR Muslim dan Tirmidzi) Ketiga, berusaha meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan
takwa kita akan diberi kemampuan
untuk membedakan yang benar dan
salah. (QS Al-Anfaal [8]: 29)

Sejarah Para Khalifah: Al- Mustanshir Billah II, Menyambung Kekosongan Khilafah

Namanya adalah
Ahmad, Abu Al-Qasim
bin Azh-Zhahir
Biamrillah. Dalam sejarah, ia dikenal dengan Al-
Musta'shim Billah. Ia sekaligus
paman dari Khalifah Al-Musta ’shim Billah. Menurut Syekh Quthbuddin
sebagaimana dikutip Imam As-
Suyuthi, Al-Mustanshir dipenjara di
Baghdad. Ketika pasukan Tartar
menguasai kota itu, dia dilepaskan
dan melarikan diri. Dia berjalan ke perbatasan Irak dan dan tinggal di
sana. Namun menurut Joesoef
Sou’yb, ketika pembantaian terjadi, ia sedang berada di luar Baghdad,
sehingga ia selamat dari maut. Tatkala Azh-Zhahir Baybars
menobatkan diri sebagai sultan, Al-
Mustanshir datang bersama sepuluh
orang dari Bani Muharisy. Sultan
yang disertai para hakim segera
keluar menyambut kedatangannya. Timbul rumor di Kairo tentang siapa
sebenarnya dia. Akhirnya ia
menegaskan di depan hakim agung,
Tajuddin bin Al-A ’azz. Setelah itu, Al- Mustanshir dilantik sebagai khalifah
(1261-1262 M). Yang pertama kali membaiatnya
sebagai khalifah adalah Sultan Azh-
Zhahir sendiri, disusul Hakim
Tajuddin, lalu Syekh Al-Izz bin Abdus
Salam dan disusul pejabat lain secara
bergilir sesuai dengan kedudukan masing-masing. Pembaiatan itu
berlangsung pada Rajab 660 H. Dia diberi gelar sama dengan gelar
saudaranya, yakni Al-Mustanshir
Billah. Penduduk menyambut
gembira pelantikannya sebagai
khalifah. Setiap Jumat, dia keluar
untuk melakukan shalat. Dia sendiri yang naik mimbar dan berkhutbah
di tengah manusia dengan
menyebutkan keutamaan Bani
Abbas. Tidak lupa dia juga selalu
mendoakan sultan dan kaum
Muslimin secara keseluruhan. Setelah itu dia menjadi imam shalat Jumat. Al-Mustanshir berencana
mengangkat sultan dalam sebuah
upacara yang resmi dan menuliskan
pengangkatannya secara formal.
Setelah itu didirikanlah perkemahan
di kota Kairo. Pada Senin 4 Sya ’ban, Al-Mustanshir Billah II dan sultan
datang ke kemah itu. Hadir dalam
kesempatan itu para pejabat tinggi,
para hakim, dan menteri. Saat itulah
khalifah mengenakan pakaian
kebesaran untuk sultan dengan tangannya sendiri dan dia
kalungkan tanda kehormatan
baginya. Imam Adz-Dzahabi berkata, “Tak seorang pun yang menjadi khalifah
setelah anak saudaranya kecuali dia
(Al-Mustanshir Billah II) dan Al-
Muqtafi.” Sedangkan penguasa di Halb
(Aleppo), Syamsuddin Aqusy juga
mendirikan khilafah dan bergelar Al-
Hakim Biamrillah. Dia juga didoakan
di mimbar-mimbar dan namanya
ditulis pada uang dirham. Khalifah Al-Mustanshir Billah II
berhasil menaklukkan Al-Haditsah,
lalu Hita. Saat itulah datang pasukan
Tartar. Kedua pasukan itu pun
segera terlibat dalam pertempuran
sengit. Sebagian kaum Muslimin terbunuh dalam peperangan
tersebut. Sedangkan Khalifah Al-
Mustanshir sendiri dihukum
pancung. Ada juga yang
mengatakan dia selamat dalam
peperangan itu dan melarikan diri. Penduduk negeri itu tidak
memberitahukan ke mana khalifah
melarikan diri. Peristiwa ini terjadi pada 3 Muharram
661 H. Dengan demikian, ia menjabat
sebagai khalifah hanya dalam jangka
waktu kurang dari enam bulan.
Setelah itu Al-Hakim Biamrillah
menjadi khalifah yang sebelumnya telah dilantik pada masa hidupnya di
Halb.

Sejarah Para Khalifah: Al-Mustakfi Billah I, Khalifah Jago Memanah

Dia
dilahirkan pada
pertengahan
Muharram 684 H dan
dilantik sebagai khalifah pada Jumadil Ula 701 H
(1302-1334 M) berdasarkan wasiat
ayahnya. Kabar gembira tentang
diangkatnya sebagai khalifah
langsung tersebar ke seluruh
pelosok wilayah Islam. Pada 702 H, pasukan Tartar
menyerang Syam. Sultan Malik An-
Nashir Muhammad bin Qalawun yang
mendengar penyerangan ini keluar
menyongsong mereka bersama
Khalifah Al-Mustakfi Billah I. Kemenangan berada di pihak kaum
Muslimin. Orang-orang Tartar
terbunuh dalam jumlah yang besar,
sedangkan sisanya melarikan diri. Pada 706 H, Sultan Malik An-Nashir
bermaksud berangkat menunaikan
ibadah haji. Dia berangkat dari Mesir.
Beberapa orang pembesar keluar
bersamanya untuk
mengantarkannya, namun sultan menolak. Tatkala sampai di Karak,
dibentangkan untuknya jembatan
penyeberangan. Ketika berada di tengah jembatan,
ternyata jembatan buatan itu runtuh.
Dia dan orang-orang yang berada di
depannya selamat, karena kuda
yang dia tumpangi dapat melompat
tinggi. Sedangkan lima puluh yang berada di belakangnya berjatuhan.
Empat diantaranya meninggal,
sedangkan sebagian besar
pasukannya jatuh ke jurang. Setelah itu sultan menetap di Karak.
Dia lalu menulis surat ke Mesir yang
mengabarkan bahwa secara
sukarela dia mengundurkan diri dari
kesultanan. Hakim di Mesir
menyetujui keinginannya lalu mengabarkan pengunduran diri
sultan kepada hakim di Damaskus.
Barulah setelah itu diangkat
Ruknuddin Baybars Al-Jasyangkir
sebagai sultan pada 20 Syawwal. Dia
bergelar Al-Malik Al-Muzhaffar. Pada Rajab 709 H, Sultan Malik An-
Nashir kembali ke Mesir dan meminta
agar kekuasaan yang dulu pernah
dia pegang dikembalikan lagi
kepadanya. Untuk tujuan ini telah
banyak orang yang menyatakan dukungan kepadanya. Dia datang ke
Damaskus pada bulan Sya ’ban, kemudian ke Mesir pada Idul Fitri.
Sultan Malik naik ke atas benteng.
Sedangkan Al-Muzhaffar berada di
tengah-tengah sahabatnya sebelum
kedatangan Sultan Malik. Begitu
datang, Al-Muzhaffar ditangkap dan dibunuh tahun itu juga. Pada 736 H, terjadi perselisihan
antara sultan dan khalifah. Akhirnya
khalifah ditangkap, kemudian
dipenjarakan di sebuah benteng dan
tak seorang pun boleh menemuinya.
Setelah itu, pada Dzulhijjah 737 H, Khalifah Al-Mustakfi diasingkan ke
Qush. Selain khalifah, semua anak dan
keluarganya ikut pula diasingkan.
Sultan Malik menyediakan semua
kebutuhan khalifah. Semua keluarga
khalifah yang diasingkan kala itu
mendekati jumlah seratus orang. Al- Mustakfi sendiri berada di Qush
sebagai orang buangan hingga
wafat pada 740 H. Dia dimakamkan
di tempat itu. Saat meninggalnya, Al-
Mustakfi berusia 50 tahun lebih. Ibnu Hajar dalam Ad-Durr Al-
Kaminah menuliskan, Al-Mustakfi
dikenal sebagai seseorang yang
memiliki perilaku dan akhlak mulia,
dermawan, tulisannya indah dan
pemberani. Dia pandai bermain bola dan jago memanah. Dia selalu duduk
dengan para ulama dan ilmuwan.
Bahkan dalam beberapa hal dia
banyak melebihi mereka. Walaupun
secara resmi diasingkan, namun para
khatib masih tetap menyebutkan namanya dalam khutbah-khutbah
mereka. Di awal-awal kekuasaannya
terjalin hubungan erat antara dia dan
sultan. Mereka berdua sering keluar
ke alun-alun untuk bermain bola.
Bahkan dalam pandangan banyak orang, mereka laksana dua orang
saudara. Penyebab terjadinya konflik antara
keduanya adalah tatkala ada satu
panggilan yang di atasnya ada
tulisan khalifah yang meminta sultan
untuk menghadiri pengadilan. Sultan
sangat marah menerima surat panggilan itu. Peristiwa itu akhirnya
membuat sultan menangkap
khalifah dan mengasingkannya ke
Qush. Namun sultan tetap
memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada khalifah, bahkan melebihi kadar yang ia berikan pada
saat khalifah berada di Mesir.

Sejarah Para Khalifah: Al-Watsiq Billah I, Tiada Doa Baginya

Tatkala Khalifah Al-
Mustakfi Billah I
meninggal di Qhus,
dia mengangkat anaknya, Ahmad menjadi khalifah.
Namun Sultan Malik An-Nashir
memandang sebelah mata
keputusan khalifah. Akhirnya
dibaiatlah Ibrahim sebagai khalifah
dengan gelar Al-Watsiq Billah I (1334-1343 M). Keputusan ini disesali oleh sultan
saat ajalnya menjelang. Akhirnya
dipecatlah Ibrahim dari
kedudukannya dan diangkatlah
Ahmad sebagai khalifah yang
kemudian bergelar Al-Hakim. Peristiwa ini terjadi pada Muharram
742 H. Ibnu Hajar mengatakan, orang-
orang menyatakan protes keras
kepada sultan tetang diangkatnya
Ibrahim sebagai khalifah, namun
sultan tidak memerhatikan protes
mereka hingga akhirnya orang- orang membaiatnya secara terpaksa.
Rakyat memberinya gelar Al-
Musta'thi Billah. Ibnu Fadhlullah menambahkan
dalam kitabnya, Al-Masalik, tentang
biografi Al-Watsiq Billah ini,
kakeknya mengangkat Ibrahim
sebagai putra mahkota dengan
perkiraan dia mampu mengemban amanah khilafah atau mampu
mengubah dirinya menjadi seorang
yang baik. Namun ternyata orang ini
tidak tumbuh kecuali dalam foya-
foya. Perilakunya jauh dari
keshalihan. Dia tidak mampu membedakan antara yang baik dan
buruk. Ia menghancurkan nama
baik dan kepribadiannya. Saat Al-Mustakfi akan meninggal,
sedangkan Sultan Malik masih
berada di puncak kemarahannya, Al-
Mustakfi meminta kepada sultan agar
Al-Watsiq yang bermoral buruk ini
diangkat sebagai khalifah. Padahal dialah yang memfitnah pamannya
(Al-Mustakfi) sehingga terjadilah
konflik antara Sultan Malik dan Al-
Mustakfi. Dia datang menemui sultan dengan
membawa surat wasiat yang pernah
ditulis kakeknya, Al-Hakim. Sultan
merasa berkewajiban untuk
mengangkatnya sebagai khalifah
karena adanya ketidakjelasan tentang surat, hingga khilafah kini
berada di tangannya. Padahal surat
wasiat itu sebenarnya telah dicabut
oleh Al-Hakim. Hakim Agung Abu Umar bin Jamaah
berusaha mendekati sultan dan
memintanya dalam khutbah tidak
diucapkan doa untuk Al-Watsiq,
namun sultan tidak menuruti
permintaannya. Akhirnya diputuskanlah agar doa dalam
khutbah tidak diucapkan untuk
keduanya, baik Ahmad yang
bergelar Al-Hakim maupun Ibrahim
yang bergelar Al-Watsiq. Doa
khutbah cukup untuk sultan saja. Setelah kematian Al-Mustakfi, tidak
ada lagi doa di mimbar-mimbar dan
di mihrab-mihrab. Kematiannya
seakan-akan menandai berakhirnya
masa pemerintahan Bani Abbas di
Mesir. Kondisi ini berlangsung lama hingga menjelang wafatnya sultan. Saat itulah sultan berwasiat agar
semuanya dikembalikan kepada
yang berhak dan ia setuju dengan
apa yang diputuskan Al-Mustakfi
tentang pengangkatan anaknya,
Ahmad. Saat itulah Sultan Malik berkata, "Kini, jelas sudah
kebenaran!"

Sejarah Para Khalifah: Al-Hakim Biarillah II, Pewaris yang Sah

Nama aslinya Ahmad
bin Al-Mustakfi, Abul
Abbas. Ketika
ayahnya, Al-Mustakfi wafat di Qush, dia dinyatakan
sebagai putra mahkota. Namun
Sultan Malik An-Nashir lebih
mengutamakan anak pamannya
yang bernama Ibrahim, karena dia
sendiri pernah terlibat konflik dengan Al-Mustakfi. Padahal perilaku Ibrahim amat
buruk. Hakim Agung Izzuddin telah
berusaha sekuat tenaga untuk
memalingkan sultan dari Ibrahim.
Namun sang sultan tak mau peduli
dengan semua usahanya. Menjelang kematiannya, Sultan Malik menyuruh
para pejabatnya untuk
mengembalikan hak kekhilafahan
kepada Ahmad, putra Al-Mustakfi. Tatkala Al-Manshur Abu Bakar bin
An-Nashir menjadi sultan, dia
mengadakan rapat dengan seluruh
pembesar negara. Saat itu dia
menghadirkan Ibrahim, Ahmad dan
Hakim Agung. Dia bertanya kepada semua yang hadir, "Siapakah yang
berhak menjadi khalifah secara
sah?" Ibnu Jamaah berkata, "Sungguh
Khalifah Al-Mustakfi yang meninggal
dunia di Qush telah mewasiatkan
kepada anaknya, Ahmad, agar
diangkat sebagai khalifah. Apa yang
saya katakan ini disaksikan 40 orang yang berasal dari Qush. Saya
menganggap apa yang dikatakan
mereka itu benar setelah saya
mengecek pada seorang wakil saya
yang berada di Qush." Saat itu juga Sultan Al-Manshur
mencopot Ibrahim dari kursi khalifah
dan membaiat Ahmad. Setelah sultan
membaiat, kemudian para hakim ikut
membaiat. Ahmad kemudian diberi
gelar Al-Hakim Biamrillah (1343-1354 M), gelar yang pernah
disandang kakeknya. Ibnu Fadhl dalam kitabnya, Al-
Masalik, mengatakan, Al-Hakim
adalah imam dan pemimpin di masa
kami. Dia orang terdepan di kota
kami. Dia mampu meredam dendam,
dan tenggelam dalam luapan keindahan. Semua perkara kembali
pada jalurnya. Dia bangkitkan
simbol-simbol khilafah dan tidak ada
lagi orang yang mampu
menentangnya. Dia menempuh jalan
para pendahulunya yang baik dan selama ini terkubur. Dia mampu
mengembalikan kesatuan Bani
Abbasiyah yang selama ini tercabik-
cabik. Ibnu Fadhl melanjutkan, semua
orang yang hadir dalam pembaiatan
itu sepakat pada satu kata setelah
meminta petunjuk Allah dan
diambillah sumpahnya. Khalifah Al-
Hakim Biamrillah II kini terikat janji. Lalu dia tawarkan amanah itu
kepada setiap kelompok hingga
semua yang ada di tempat itu
mendapatkan bagian amanah
tersebut. Sedangkan Ibnu Hajar dalam Ad-
Durr Al-Mastur mengatakan, awalnya
dia bergelar Al-Mustanshir kemudian
dia bergelar Al-Hakim. Beberapa
peristiwa penting yang terjadi di
zamannya adalah pencopotan Sultan Al-Manshur karena kerusakan moral
dan akhlaknya, serta kebiasaannya
yang meminum khamr. Bahkan
disebutkan, Al-Manshur bersetubuh
dengan istri-istri ayahnya. "Dia diasingkan ke Qush dan
dibunuh di tempat itu. Ini
merupakan balasan atas apa yang
pernah dilakukan ayahnya, Sultan
Malik, terhadap khalifah.
Demikianlah, Allah selalu memperlakukan orang-orang yang
zalim, terutama kezaliman yang
dilakukan terhadap Bani Abbas,"
tulis Ibnu Hajar. Setelah itu, saudaranya yang
bernama Al-Malik Al-Asyraf Kajik
menggantikan Sultan Al-Manshur,
namun tak sampai setahun dia pun
dicopot dan setelah itu digantikan
lagi oleh saudaranya, Ahmad, dengan gelar An-Nashir. Antara
khalifah dan dirinya dilakukan saling
baiat yang disaksikan oleh Syekh
Taqiyuddin As-Subki, salah seorang
hakim di Syam. Pada 743 H, Ahmad An-Nashir juga
dicopot dan digantikan oleh
saudaranya yang bernama Ismail
dan bergelar Ash-Shalih. Pada 746 H,
Ash-Shalih meninggal dunia.
Kemudian khalifah mengangkat saudaranya yang bernama Sya'ban
sebagai penggantinya. Sya'ban
bergelar Al-Kamil. Pada 747 H, Al-Kamil terbunuh lalu
digantikan saudaranya, Amir Haj
dengan gelar Al-Muzhaffar. Setahun
kemudian Al-Muzhaffar dicopot dan
digantikan saudaranya Hasan
dengan gelar An-Nashir. Pada 750 H, Hasan An-Nashir dicopot
dari kursi kesultanan yang
kemudian diganti oleh saudaranya
yang bernama Shalih dan memakai
gelar Al-Malik Al-Shalih. Dia orang
kedelapan dari keturunan An-Nashir bin Muhammad bin Qalawun yang
menjadi sultan.

Adab Buang Hajat

Jangan membuka
aurat sebelum masuk
ke dalam kamar
mandi atau WC. Kadang sebagian dari kita kerap
mengangkat kain hingga nampak
aurat sebelum masuk ke kamar
mandi atau tempat buang hajat. Ini
menyalahi syariat. 2. Ketika memasuki kamar mandi
atau WC, dahulukan kaki kiri dan
sebelum melangkah masuk, bacalah
terlebih dahulu doa: ﻪﻠﻟﺍ ﻢﺴﺑ ، ﺚﺒﺨﻟﺍ ﻦﻣ ﻚﺑ ﺫﻮﻋﺃ ﻲﻧﺇ ﻢﻬﻠﻟﺍ ﺚﺋﺎﺒﺨﻟﺍﻭ (HR Bukhari) 3. Keluar dari kamar mandi atau WC,
dahulukan kaki kanan dan apabila
telah berada di luar, bacalah doa: ﻚﻧﺍﺮﻔﻏ ، ﻯﺫﻷﺍ ﻲﻨﻋ ﺐﻫﺫﺃ ﻱﺬﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﺪﻤﺤﻟﺍ ﻲﻧﺎﻓﺎﻋﻭ (HR Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu
Majah) 4. Jangan bercakap-cakap ketika
berada di dalam kamar mandi atau
WC kecuali tak dapat dihindari. Nabi
Saw malah tidak menjawab salam
ketika beliau sedang buang air kecil.
Ibnu Umar menceritakan, “Seorang lelaki telah menghampiri Nabi SAW
yang sedang kencing. Ia memberi
salam kepada beliau, namun beliau
tidak memjawab salamnya." (HR
Muslim) 5. Jangan membawa masuk barang-
barang yang terdapat Asma Allah
atau ayat Al-Qur'an atau sebagainya
yang dimuliakan oleh agama. 5. Jika terpaksa membuang air di
tempat yang tidak mempunyai ruang
tertutup (seperti di hutan dan
sebagainya), hendaklah menjaga
adab-adab berikut selain dari adab-
adab di atas tadi: a) Hendaklah mencari tempat yang
jauh dari orang ramai. b) Jangan mengadap ke arah kiblat
atau membelakanginya. c) Hendaklah mencari tempat yang
sesuai. Jangan buang air kecil di
jalan lalu lalang orang ramai, tempat
berteduh mereka, saluran air, di
bawah pohon yang berbuah atau
sembarang tempat yang menjadi tumpuan orang ramai. Hal tersebut
amat dilarang oleh Nabi SAW karena
mengundang laknat orang terhadap
pelakunya. d) Jangan buang air di air yang
tenang (tidak mengalir). Jabir ra
berkata, “Nabi melarang kencing di air yang tenang." e) Jangan buang air di lubang yang
telah ada karena dikhawatirkan
didiami oleh binatang atau jin.
Abdullah bin Sarjis berkata, “Nabi SAW melarang kencing ke dalam
lubang.” (HR Abu Daud).

Hidup Bertetangga Ala Rasulullah

Tetangga adalah
sosok yang akrab
dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tak jarang, tetangga kita lebih tahu
keadaan kita ketimbang kerabat kita
yang tinggal berjauhan. Saat kita
sakit dan ditimpa musibah,
tetanggalah yang pertama
membantu kita. Tak heran, jika Islam begitu menekankan kepada kita
untuk berbuat baik kepada
terangga, karena dampak hubungan
yang harmonis antar tetangga
mendatangkan maslahat yang
begitu besar. Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia
berbuat baik kepada
terangganya." (HR Bukhari-Muslim). "Dan berbuat baiklah kepada
tetanggamu, niscaya engkau
menjadi seorang Muslim." (HR Ibnu
Majah). Semakin tinggi keimanan seseorang,
maka semakin mulia pula akhlaknya
kepada siapa pun, termasuk kepada
para tetangganya. Keluhuran akhlak
seseorang bukti kesempurnaan
imannya. Dalam hadits yang lain, Rasulullah
menggambarkan arti pentingnya
kedudukan tetangga dengan
berpesan. "Jibril terus-menerus
berwasiat kepadaku (untuk berbuat
baik) terhadap tentangga, hingga aku yakin ia (seorang tetangga)
akan mewariskan harta kepadanya
(tetangganya)." (HR Bukhari-
Muslim). Adab Bertetangga yang Sehat Menurut Syekh Muhammad bin Jamil,
ada beberapa etika dan adab
pergaulan dengan tetangga yang
selayaknya kita perhatikan
diantaranya; mencintai kebaikan
untuk tetangga kita sebagaimana kita menyukai kebaikan itu untuk
diri sendiri. Bergembira jika tetangga
kita mendapat kebaikan dan
kebahagiaan, serta menjauhi sikap
dengki. Rasulullah SAW mengajarkan dalam
haditsnya, "Dan demi Dzat yang
jiwaku berada dalam genggaman-
Nya, tidaklah seseorang beriman
hingga ia mencintai untuk
tetangganya, atau beliau berkata, untuk sudaranya apa yang ia cintai
untuk dirinya sendiri." (HR Muslim). Saat musibah melanda tetangga
sebisa mungkin kita membantunya,
baik bantuan materi ataupun
dukungan moril. Menghibur dan
meringankan beban penderitaannya
dengan nasihat, tidak menampakan wajah gembira tatkala dia dirundung
duka. Menjenguknya ketika sakit
dan mendoakan kesembuhan
untuknya serta membantu
pengobatannya bila memang dia
membutuhkannya. Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah
seorang Mukmin, orang yang
kenyang sementara tetangganya
kelaparan di sampingnya." (HR
Bukhari). Menghindari sikap yang dapat
menyebabkan tetangga kita merasa
tersakiti, baik berupa perbuatan
ataupun perkataan. Contohnya,
mencela, membeberkan aibnya di
muka umum, memusuhinya, atau melemparkan sampah di muka
rumahnya sehingga menyebabkan
ia terpeleset ketika melewatinya, dan
jenis gangguan lainnya. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari
Akhir, maka janganlah ia menyakiti
tetangganya." (HR Bukhari). Kunjungilah tetangga pada hari raya
dan sambutlah undangannya jika dia
mengundang kita. Pesan Rasulullah,
"Hak Muslim atas Muslim yang lain
ada lima; menjawab ucapan salam,
menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan dan
mendoakan orang yang bersin." (HR
Bukhari). Bersikap toleran kepada tetangga
selama bukan dalam perkara
maksiat. Mendidik keluarga kita
untuk tidak berkata-kata keras atau
berteriak-teriak sehingga
mengganggu tetangga. Tidak mengeraskan suara radio atau
televisi hingga mengusik
ketentraman tetangga, terutama
pada malam hari. Sebab, mungkin
diantara mereka ada yang sedang
sakit, lelah, tidur atau mungkin ada anak sekolah yang sedang belajar. Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik
sahabat adalah yang paling baik
terhadap sahabatnya, dan sebaik-
baik tetangga adalah yang paling
baik terhadap tetangganya." (HR
Tirmidzi). Dan hendaklah kita tidak bersikap
kikir terhadap tetangga yang
membutuhkan bantuan, selama kita
bisa membantunya. Rasulullah
berpesan, "Janganlah seorang
diantara kalian melarang tetangganya untuk meletakkan kayu
di tembok rumahnya." (HR Bukhari). Memberikan hadiah kepada
tetangga, walau dengan sesuatu
yang mungkin kita anggap remeh.
Karena saling memberi hadiah akan
menumbuhkan rasa cinta dan
ukhuwah yang lebih dalam. Dengarlah nasihat Rasulullah, "Jika
suatu kali engkau memasak sayur,
maka perbanyaklah kuahnya,
kemudian perhatikanlah
tetanggamu, dan berikanlah mereka
sebagiannya dengan cara yang pantas." (HR Muslim). Menundukkan pandangan terhadap
aurat tetangga, dan tidak pula
menguping pembicaraan mereka.
Apalagi sampai mengintip ke dalam
rumahnya tanpa seizinnya untuk
mengetahui aib mereka. Allah SWT berfirman: "Dan katakanlah kepada
laki-laki beriman: 'Hendaklah mereka
menahan pandangan mereka." (QS
An-Nur: 30). Bersabar dalam menghadapi
gangguan tetangga, atau memilih
pindah rumah jika memang hal itu
memungkinkan. Allah berfirman:
"Dan tidaklah sama kebaikan
dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang
yang antara kamu dan dia ada
permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat
setia." (QS Fushshilat: 34). Membalas kejahatan tetangga
dengan perbuatan baik merupakan
salah satu etika bertetangga yang
diajarkan Islam. Nabi SAW bersabda,
"Tiga golongan yang dicintai Allah … dan laki-laki yang memiliki tetangga
yang menyakitinya, kemudian ia
bersabar menghadapi gangguannya
hingga ajal memisahkan
mereka." (HR Imam Ahmad). Jika tidak mampu bersabar
menghadapi gangguan tetangga,
sementara kita tidak mungkin
pindah rumah, maka coba kita
terapkan nasihat Rasulullah berikut
ini: "Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi mengeluhkan
tetangganya. Maka Rasulullah
menasehatinya,"Pulanglah dan
bersabarlah!" Lelaki itu kemudian
mendatangi Nabi lagi sampai dua
atau tiga kali, maka Beliau bersabda padanya,"Pulanglah dan
lemparkanlah barang-barangmu ke
jalan!" Maka lelaki itu pun
melemparkan barang-barangnya ke
jalan, sehingga orang-orang
bertanya kepadanya, ia pun menceritakan keadaannya kepada
mereka. Maka orang-orang pun
melaknat tetangganya itu. Hingga
tetangganya itu mendatanginya dan
berkata,"Kembalikanlah barang-
barangmu, engkau tidak akan melihat lagi sesuatu yang tidak
engkau sukai dariku." (HR Bukhari) Memang tiada gading yang tak retak.
Tidak ada manusia yang sempurna.
Ada saja kekurangan yang melekat
pada setiap diri kita. Latar belakang
yang berbeda menciptakan pribadi
yang berbeda. Wacana yang perlu kita
kembangkan adalah bagaimana kita
dapat meredam perbedaan yang
ada, selama tidak melanggar rambu
syariat. Menjalin komunikasi positif
dengan menjunjung tinggi akhlak pergaulan. Selamat menuai pahala
dari tetangga Anda.

Belajar dari "Kebodohan" Umar bin Khatab

Kita tentu tidak asing
dengan Umar bin Khatab salah satu dari empat khalifah
ternama masa sepeninggal Rasulullah
SAW. Umar pun terkenal dengan
ketegesan dan kelembutan hatinya.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda,
“Seandainya ada nabi sesudahku maka ia adalah Umar bin Khatab ”. (H.R Tirmidzi dan Ahmad) Dikisahkan pernah suatu ketika
Rasulullah SAW mendapati Umar bin
Khatab sedang menangis kemudian
tertawa hampir bersamaan. Ketika
ditanya apa gerangan yang
menyebabkannya demikian. Umar bin Khatab menjelaskan bahwa ia teringat
keadaan dirinya di masa jahiliyah
dulu. Kenapa ia menangis, ia teringat
ketika masa jahiliyah ia mengubur
anak perempuannya hidup-hidup. Terbayang olehnya seandainya saja
anak perempuannya masih hidup. Ia
akan bisa bersama mereka. Dan akan
mendapatkan cucu yang banyak dari
mereka. Lantas yang membuatnya tertawa
adalah ketika di masa jahiliyah ia
terbiasa membuat patung-patung
berhala. Terkadang ia membuatnya
dari gandum dan manisan. Akan tetapi ketika ia dilanda lapar
atau musim paceklik. Maka ia terpaksa
mengambil bagian-bagian patung
berhala tersebut kemudian
memakannya.Mendengar hal tersebut
Rasulullah SAW pun turut tertawa. Dari kisah ini kita bisa mengambil
pelajaran yang sangat berharga. Masa
jahiliyah dikenal juga dengan masa
kegelapan atau kebodohan. Dimana akal dan hati nurani tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Sebut saja dua hal yang mebuat Umar
bin Khatab menangis dan tertawa
ketika mengingatnya. Pada masa jahiliyah perempuan tidak
mempunyai harga sama sekali.
Bahkan memiliki anak perempuan
adalah aib yang besar. Karena
dianggap tidak berguna, tidak bisa
berperang dan tidak bisa mewariskan kejayaan serta kemuliaan. Bahkan
perempuan dianggap sesuatu yang
bisa diwariskan. Tak ubahnya seperti
barang atau benda mati belaka. Mengubur anak perempuan hidup-
hidup sangatlah tidak manusiawi. Itu
karenanya bisa disebut tipikal orang
jahiliyah adalah tidak mempunya hati
nurani. Akal sehat pun seharusnya
menolak akan hal ini. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Peristiwa kedua, dimana Umar bin
Khatab memakan tuhannya yang ia
buat sendiri. Jika akal sehat berfungsi
sebagaimana mestinya maka akal
akan menolak tuhan yang bisa dibuat
dan dimakan. Atau tuhan yang bisa dibuat dan dihancurkan. Setelah Umar bin Khatab memeluk
Islam dan menjadi sahabat Rasulullah
SAW. Ia menyadari akan kebodohan
tersebut. Ia menyesalinya ketika
dengan bodohnya ia mengubur anak
perempuannya hidup-hidup. Karena itu ia menangis tatkala mengingat
peristiwa tersebut. Dan Umar bin
Khatab menertawakan
kebodohannya. Bagaiamana bisa,
dulu ia membuat tuhan yang ia
sembah lalu memakannya. Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang
Maha Esa lagi Maha Agung. Dengan
syariat-Nya yang dibawa melalui
tangan nabi Muhammad SAW, telah
mengeluarkan umat manusia dari
kebodohan dan ke-primitif-an. Serta mengajarkan kita untuk
menggunakan hati nurani
sebagaimana mestinya. Juga
mengajarkan kita untuk menjadi
manusia yang manusiawi. Wallahu
a’lam bish-shawab.

Rasulullah SAW Selalu Tepat Waktu

Suatu ketika Abdullah
bin Mas'ud bertanya pada Rasulullah SAW: " Wahai
Rasulullah pekerjaan apakah yang
paling Allah cintai?", Beliau menjawab:
"Shalat pada waktunya". Ia bertanya:
"Lalu apalagi Ya Rasul?", Beliau
menjawab: "Taat pada orang tua". Ia bertanya: "Lalu apalagi Ya Rasul?",
Beliau menjawab: "Jihad di jalan
Allah." Hadis di atas diriwayatkan lebih dari
satu imam, sebut saja Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Nasa'i, Ahmad, Dârul Quthni
dan yang lainnya. Hadis ini cukup menarik perhatian
kita, selain perawinya yang banyak,
kandungan hadis di atas pun layak
untuk dicermati. Mengapa shalat tepat
pada waktunya dapat menempati
rating teratas dari sekian banyak pekerjaan yang sangat Allah cintai,
ternyata ia dapat "menyisihkan"
ketaatan pada orang tua dan jihad di
jalan Allah. Padahal, sebagaimana yang kita
ketahui bersama bahwa perintah
untuk taat pada orang tua adalah
perintah yang sangat urgent, terbukti
hampir dalam setiap larangan
menyekutukan Tuhan (syirik) selalu disandingkan dengan perintah untuk
menaati orang tua. Belum lagi dengan
Jihad. Ternyata shalat pada waktunya
dapat mengungguli sebuah amalan
yang balasannya sudah dijanjikan
Allah berupa surga dan selalu menjadi idaman seluruh Muslim. Menurut Prof Dr Musthafa 'Imarah,
Dosen Hadis dan Ilmu Hadis Fakultas
Ushuludin Univeristas Al-Azhar, Kairo,
Rasulullah SAW memang tidak hanya
sekali ditanya tentang pekerjaan yang
paling dicintai Allah, jawaban Beliau pun variatif disesuaikan dengan
orang yang bertanya dan kondisi saat
itu. Walau demikian, hadis shalat pada
awal waktu adalah hadis terbanyak
yang terdapat dalam kitab-kitab hadis
dibanding dengan hadis-hadis lain. Kenyataan ini cukup menarik hingga
Ibnu Hajar dalam "Fathul Bari" nya
menukil perkataan Ibnu Bazizah
bahwa jihad memang didahulukan
dibanding pekerjaan fisik yang lain
karena ia merupakan pekerjaan yang berat, akan tetapi kesabaran untuk
menjaga shalat dan melaksanakannya
tepat waktu adalah pekerjaan yang
terus dilakukan secara berulang-
ulang hingga hanya orang yang
benar-benar bertakwalah yang dapat terus menjaganya. Dr Abdul Fattah Abu Ghuddah
menyimpulkan bahwa dalam hadis
tersebutlah terdapat kunci
kesuksesan Umat Islam, yaitu dengan
memanfaatkan waktu. Ia berargumen
karena shalat termasuk ibadah yang sudah ditentukan waktunya. Jika
seorang Muslim melaksanakannya
tepat waktu, dan juga selalu
memperhatikan setiap pekerjaan pada
waktunya maka hal itu akan membuat
semuanya dapat terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya karena ia
sudah menjadi sebuah kebiasaan dan
watak dalam prilaku dan kehidupan
soerang Muslim. Dari sinilah terlihat
jelas rahasia mengapa syariat
mengistimewakan ibadah shalat dibanding seluruh ibadah lain. Selain shalat sebenarnya syariat pun
telah menggambarkan beberapa
pekerjaan yang harus sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Seperti
haji, zakat (baik zakat fitr atau zakat
mâl), puasa, berkurban, memberi nafkah, hutang, gadai, bertamu, haid,
nifas dan lain-lain. Dari sini Islam ingin
mengisyaratkan akan pentingnya
penentuan waktu dan banyaknya
kemaslahatan dan manfaat yang ada
didalamnya. Mudah-mudahan kita selalu dijadikan
orang-orang yang selalu menjaga
shalat dan menjadi hamba yang on
time. Allahu wa Rasuluhu a'lam.