Minggu, 26 Juni 2011

DEBU

Debu ialah
nama umum untuk sejumlah
partikel padat kecil dengan
diameter kurang dari 500
mikrometer (lihat juga pasir atau
granulat). Di atmosfer bumi, debu
berasal dari sejumlah sumber:
loess yang disebarkan melalui
angin, letusan gunung berapi,
pencemaran, dll.
Wikipedia meneruskan, debu
udara dianggap aerosol dan bisa
memiliki tenaga radiasi lokal
yang kuat di atmosfer dan
berpengaruh pada iklim. Di
samping itu, jika sejumlah
partikel kecil disebarkan ke
udara di daerah tertentu, seperti
tepung terigu, dalam keadaan
tertentu ini bisa menimbulkan
bahaya ledakan.
Firman Allah SWT, “Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan
seberat zarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar zarrah pun,
niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula.” (QS al-
Zalzalah [99] : 7-8)
Debu hanyalah sebuah titik.
Apakah pentingnya sebuah titik?
Angka tanpa titik maka akan
kehilangan jumlah. Kalimat tanpa
titik akan kehilangan makna.
Betapa banyak iklan pemutih
wajah untuk menghilangkan titik
hitam. Debu yang menempel itu
merusak paras. Menjadikan kaca
kehilangan cahaya pantulannya.
Menyebabkan lampu buram.
"Jika seorang hamba berbuat
dosa, maka dalam hatinya ada
satu titik yang berwarna hitam.
Apabila ia bertaubat, mencabut
dosanya dan mohon ampunan
kepada Allah SWT, maka hatinya
kembali bersih berkilau. Namun
apabila dosanya bertambah,
maka bertambah hitam pula
hatinya sehingga seluruh hatinya
menjadi kelam. ” (HR Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah)
Debu hampir tak ada artinya. Dia
berpindah dari satu tempat ke
tempat lain mengikuti angin
bertiup. Setiap dia singgah, entah
di peralatan, di wajah atau di
makanan, manusia pun
menepisnya.
Namun di akhirat nanti, manusia-
manusia berdebu baru
menyadari bahwa sebuah debu
lebih beruntung darinya. Mereka
yang merasa besar takabur dan
sombong akan dihinakan seperti
mereka menepis debu di
hidangan mereka.
Betapa di mahkamah Illahi
manusia menangis dan berkata,”
Ya laitanii kuntu turaaba…”
”Sesungguhnya Kami telah
memperingatkan kepadamu (hai
orang kafir) siksa yang dekat,
pada hari manusia melihat apa
yang telah diperbuat oleh kedua
tangannya; dan orang kafir
berkata: "Alangkah baiknya
sekiranya aku dahulu adalah
tanah." (QS an-Nabaa: 40)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar