Sabtu, 29 Januari 2011

SENYUM DAN SALAM RASULULLAH SAW

oleh : Muh.yasin fiisabilillah

Pagi itu Rasulullah
menyambutnya dgn sebuah
kerutan di dahi. Baju satu-
satunya yg ia punyai sudah
sangat usang-jika tidak mau
dikatakan tidak layak pakai. Pakaian yang selama ini setia
setiap hari menemani dan
menutupi auratnya memang
perlu segera istirahat. Segera
perlu diganti. Yg jadi
persoalan, hari itu Rasul hanya mempunyai uang sebanyak
delapan dirham saja. Kalau
hanya untuk sekedar dibelikan
sebuah kain penutup badan,
uang sejumlah itu mungkin
cukup. Tapi masalahnya, bagaimana nanti dgn
kebutuhan makan minum
keluarganya hari itu ?
Akhirnya dengan masih
pelbagai pikiran mengendap di
kepalanya, pergilah beliau ke pasar. Selalu seperti biasanya,
Rasul masih tetap menyebar
senyumterhadap semua orang
yg dijumpainya. Sebuah
senyum itu cukup memupus
kekhawatiran orang, bahwa Rasul pagi itu tidak
mempunyai masalah yg
berarti. Belum sampai ke pasar,
langkah Rasulullah terhenti
ketikadisebuah sudut, ia
menemukan seseorg
perempuan dgn isak tangis
lirihnya. Bergegas ia menghampirinya, "Ada apa?" Perempuan itu menghentikan
tangisnyasejenak. Ia
mendongak, dan alangkah
cukup leganya ia, ketika
didapatinya adalah wajah
Rasulullah. "Saya kehilangan uang, ya Rasulullah..." "Berapa?" Perempuan itu menyebut
sejumlah angka. Tanpa pikir
panjang, Rasulullah segera
memberikan dua-dari delapan-
dirham yg dimilikinya. Setelah
itu, ia meninggalkan perempuan yg keadaanya jauh
lebih baik sebelum ditegurnya
tadi. Dalam pikiran Rasulullah
masih berputar dgn jumlah
uangnya yg makin berkurang.
Tapi sekali-kali pengurangan itu sama sekali tidak
memberatkan hatinya. Org2 yg
menegur beliau dg sebuah
salam masih ia jawab dg
mesra dan penuh cinta. Sampai di pasar, Rasulullah
bergegas mencari kios2 yg
menjual apa yg sangat
dibutuhkannya. Akhirnya ia
menepi pd sebuah toko baju yg
dihargai satu pasangnya empat dirham. Tidak bagus
memang. Cuma jauh lebih
layak dg yg dipakainya saat
itu. Setelah tawar-menawar,
akhirnya jadilah Rasulullah
membungkus baju itu. Di perjalanan pulang,
Rasulullah mendapati seorang
tua yg nyaris telanjang. Ia
tertegun, "Kenapa kamu?" "Aku tidak mempunyai baju
utk kupakai, bahkan yg sdh
usang sekalipun.Sudilah
engkau membantuku.... Rasulullah termenung lagi.
Bergantian ia menatap baju yg
baru dibelinya dg org tua
dihadapannya. Keadaan org
tua itu memang pantas
dikasihani. Shg Rasulullah berkata, "Ini, baru saja aku
beli. Pakailah" "Ini untukku ya Rasulullah?" Rasul mengangguk. Satu
senyumnya menghias
wajahnya. Tak terkira betapa
gembiranya org itu. Ia
berterimakasih. Rasul sendiri
bergegas ke pasar kembali. Dgn dua dirham sisanya ia beli
baju.Tentu saja pakaian ini
lebih kasar dan jelek
kualitasnya.
Namun dg gembira, beliau
pulang membawa baju barunya. Disudut dimana ia
tadi berjumpa dg perempuan
yg diberinya 2 dirham,
langkahnya kembali terhenti.
Wanita itu masih disana.
Wajahnya melukiskan resah. Sengatan matahari makin
menambahkan kebingungan
yg telah dirasanya. Wanita itu berujar,"Saya takut
pulang, Rasulullah, dan saya
khawatir majikan saya akan
memarahi saya." "Kalau begitu aku antar:.
"Rasulullah menyatakan
kesediaannya. Padahal hari
akan segera beranjak malam.
Dan, jika begitu kemungkinan
besar ia akan terjebak gelap di perjalanan pulang nanti.
Sebaliknya wanita itu sangat
senang dan lega. Dia yakin
majikannya akan memaafkan,
karena kepulangannya
diantarkan oleh manusia paling mulia. Bahkan
kemudian ia akan dianugerahi
terimakasih karena pulang-
walau telat-dg kedatangan
nabi dan rasul mereka. Sampai di perkampungan
Anshar, mereka berhenti.
Sekelompok ibu2 memandang
mereka dg tatapan yg sulit
diartikan. "Assalamu'alaikum
warahmatullah," Rasulullah menyapa keras. Tak ada jawaban. Tatapan
para ibu itu makin keras.
Sebaliknya, wanita di
belakang Rasulullah masih
khawatir. Ia berpikir bahwa
usahanya membawa Rasulullah tidak begitu manjur. Rasulullah memberi salam lagi.
Masih tak ada jawaban. Muka2
itu cukup tajam memandangi
Rasulullah. Utk ketiga kalinya
beliau mengucapkan salam,
Assalamu'alaikum warahmatullah..." Barulah kali
ini ibu2 itu menjawab
serempak, dg keras dan
lantang. Rasulullah
mengernyitkan dahi, "Apa yg
menyebabkan kedua salam pertamaku tdk kalian jawab?" Mereka mengatakan, "Kami
sebenarnya sdh mendengarnya
ya, Rasul. Kami sengaja, kami
ingin mendptkan salam lebih
banyak. Jika kami
menjawabnya sejak awal, tentulah kami tdk mendptkan
yg kedua dan ketiga." "Ini," Rasulullah berkata
sambil menunjuk wanita yg
diantarnya, " Pembantu kalian
ini tdk berani pulang sendirian.
Sekiranya dia harus menerima
hukuman, akulah yg akan menerimanya..." Ucapan ini sangat
mengejutkan mereka. Kasih
sayang Rasul begitu murni.
beliau menempuh perjalanan
begitu panjang dan jauh hanya
utk mengantarkan seorang budak yg takut dimarahi
majikannya. Lagipula hanya
krn terlambat pulang. Dgn rasa
haru mereka berkata, " Kami
memaafkannya, ya Rasulullah.
Kami dg ini pula membebaskannya" Wanita yg diantar Rasulullah
tak terhingga gembiranya. Ia
bersyukur atas karunia yg
telah diberikan Allah. Dalam perjalanan pulang
Rasulullah bergumam pelan,
"Belum pernah kutemui berkah
angka delapan spt hari ini.
Delapan dirham yg mampu
mengamankan seseorg dari ketakutan, dua org yg
membutuhkan, serta
memerdekan seorg budak." Sementara, debu dan angin
menyentuh lembut tubuhnya.
Angin berhembus dingin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar