Sabtu, 16 April 2011
Ali bin abi thalib
Ali bin Thalib, salah satu dari empat sahabat Nabi yang juga merupakan sepupu Nabi Saw. Dilahirkan 10 sebelum kenabian Nabi Saw. Ali bin Abi Thalib putra dari paman Nabi Saw Abu Thalib, yang meski hingga akhir hayatnya belum menyatakan dirinya untuk masuk ke dalam Agama Allah, tetapi Abu Thalib dikenal sebagai pelindung utama Nabi dalam proses dakwah dalam menyebarkan ajaran Islam. Semenjak kecil diusianya yang ke 6 Ali bin Thalib tinggal bersama Nabi Saw, hal ini karena pamannya Abu Thalib orang yang miskin dan mempunyai banyak anak. Karenanya Ali bin Abi Thalib adalah orang yang mendapatkan didikan langsung dari Rosulullah semenjak kecil, sehingga tidak mengherankan jika dia tumbuh sebagai sosok yang cerdas, berpengetahuan luas, alim, suci, simpatik serta peduli terhadap fakir miskin. Ali juga tumbuh sebagai pribadi yang sangat sederhana, yang mampu membiasakan dirinya dalam kondisi kesempitan, tidak mau makan- makanan yang enak, berpakaian dengan sangat sederhana. Karenanya dia juga dikenal sebagai orang yang zuhud terhadap kehidupan dunia. Hal ini juga dipraktekkannya ketika dia menjadi Khalifah sepeninggal Ustman bin Affan. Dia tetap menjadi seorang yang sederhana tanpa pengawal dan hanya mengendarai keledai kemanapun dia pergi. Ali tidak hanya menjadi saudara tetapi juga sahabat Nabi Saw yang paling banyak berhubungan dan bersentuhan dengan beliau. Dia termasuk golongan orang yang pertama-tama menyatakan keimanannya terhadap ajaran Allah setelah istri beliau Khadijah binti Khuwailid. Masuknya Ali bin Abi Thalib ke dalam ajaran Islam di mulai ketika pada suatu hari Ali masuk ke rumah Rosulullah. Ia melihat Nabi Saw sedang melaksanakan sholat bersama istrinya Khadijah. Setelah keduanya melaksanakan sholat. Ali kemudian bertanya: “apa ini?”, kemudian Nabi Saw menjawab: “ini adalah agama Allah, dengan menurunkan agama ini, Dia juga mengutus seorang rasul. Aku mengajakmu untuk memeluk agama Allah, meng-esakan dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Aku juga mengajakmu untuk beribadah kepadaNya dan meninggalkan adanya Lata dan ‘Uzza”. Kemudian Ali berkata: ”Ini adalah hal yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Aku belum bisa memutuskannya hingga aku menceritakan hal ini kepada ayahku Abu Thalib ”. Mendengar hal tersebut, Nabi Saw khawatir rahasia tersebut akan menyebar sebelum beliau mengumumkannya sendiri. Kemudia beliau berkata ”Ali, jika engkau masih tidak mau masuk ajaran Allah, sembunyikan hal ini dan jangan bercerita kepada siapapun ”. Pada malam harinya Ali berfikir tentang apa yang telah dilihatnya dan dibicarakan bersama Rosulullah. Ali tahu bagaimana sosok Rosulullah yang bijaksana, amanah serta penuh kelembutan. Kemudian tanpa ragu, keesokan harinya Ali berdiri dihadapan Rosulullah dan menyatakan keislamannya. Ali adalah orang yang pertama masuk Islam dari kalangan remaja. KeIslamannya ini disembunyikan dari sang ayah Abu Thalib. Namun tak lama kemudian, Abu Thalib mengetahui jika anaknya masuk Islam, tetapi dia tidak memarahinya dan bahkan meyuruh Ali untuk tetap berpegangteguh pada agama yang dianutnya. Dukungan yang diberikan oleh ayahnya Abu Thalib membuat hati Ali semakin kuat mengimani ajaran Allah. Hal tersebut juga dilakukan oleh Abu Thalib kepada putranya yang lain Ja’far, dimana dia menyuruh Ja’far untuk melakukan sholat di belakang Nabi Saw di saat Ja’far melihat saudanya Ali sedang melaksanakan sholat di belakang Nabi Saw. Masuknya Ali kedalam ajaran Allah, menambah barisan Islam semakin kuat. Karena Ali juga dikenal sebagai seorang yang sangat pemberani. Keberanian Ali ini dibuktikan ketika pada suatu ketika Rosulullah hendak melaksanakan perintah Allah untuk berhijrah dari Makkah menuju Madinah bersama Abu Bakar As- Shiddiq, Nabi Saw menyuruh Ali untuk menginap dan tidur di ranjang beliau. Hal itu dilakukan untuk mengecoh perhatian kaum Quraish yang akan melakukan penggrebekan dan pembunuhan di rumah Nabi Saw. Ali mengemban amanah tersebut tanpa rasa takut. Sehingga kaum Quraish terpedaya karena tidak mendapati Nabi Saw di ranjangnya, dan malah mendapati Ali bin Abi Thalib. Setelah peristiwa tersebut, Ali menyusul Nabi Saw berhijrah ke Madinah dengan banyak melakukan perjalanan pada malam hari demi keamanan dirinya. Keberanian Ali juga ditunjukkannya dalam setiap peperangan yang dialami Rosulullah, dimana dia selalu menjadi seorang pahlawan yang gagah berani dan selalu membawa panji kebesaran Islam dalam perang-perang besar yang dialami Rosulullah Saw. Ali tidak pernah melewatkan satu peperanganpun kecuali perang tabuk. Hal itu karena Nabi memintanya untuk tetap tinggal di rumah. Pada perang Badar, hampir separuh dan jumlah musuh yang mati, tewas di ujung pedang Imam Ali a.s. Pada perang Uhud, yang mana musuh Islam lagi-lagi dipimpin oleh Abu Sofyan dan keluarga Umayyah yang sangat memusuhi Nabi saw, Imam Ali a.s kembali memerankan peran yang sangat penting yaitu ketika sebagian sahabat tidak lagi mendengarkan wasiat Rasulullah agar tidak turun dari atas gunung, namun mereka tetap turun sehingga orang kafir Qurays mengambil posisi mereka, Ali bin Abi Thalib a.s. segera datang untuk menyelamatkan diri nabi dan sekaligus menghalau serangan itu. Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Imam Ali bin Abi Thalib a.s. ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Demikian pula halnya dengan perang Khaibar, di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw ber-sabda: “Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib a.s. yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya hingga terbelah menjadi dua bagian. Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Rosulullah dengan putri bungsu kesayangan beliau Fatimah az-Zahra. Sehingga hubungan Ali dengan Rosulullah tidak hanya sebagai hubungan sahabat dan saudara tetapi juga sebagai seorang menantu. Fatimah menjadi satu-satunya orang yang dicintai Rosulullah sepeninggal istrinya Khadijah. Semenjak kecil Fatimah sudah banyak merasakan kesusahan hidup di tengah penindasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraish. Berbagai peristiwa perjuangan ayahnya sangat membekas di dalam hatinya,sehingga membentuknya sebagai pribadi yang kuat. Kecintaan Rosulullah kepada Fatimah dinyatakan kepada Ali dalam pernyatannya: “Wahai Ali! Sesungguhnya Fatimah adalah bagian dari aku. Dia adalah cahaya mataku dan buah hatiku. Barang siapa menyusahkan dia ia menyusahkan aku dan siapa yg menyenangkan dia ia menyenangkan aku …” Sebelum menikahkan Fatimah dengan Ali bin Thalib, banyak sekali orang- orang datang untuk melamat putrid Rosulullah ini, tetapi Rosulullah telah memantapkan hatinya kepada Ali bin Abi Thalib yang menikahi putrinya dengan mahar 400 dirham. Dari perkawinan keduanya lahirlah dua orang putra yakni Hasan dan Husain dan dua orang putrid yakni Zainab dan Ummi Kultsum. Hasan dan Husain adalah cucu Nabi Saw yang beliau urus sendiri, sehingga keduanya mempunyai kedudukan tersendiri di hati Rosulullah. Keduanya lahir sebagai sosok yang kuat dan tegas dalam melawan kedzoliman. Bahkan Husain gugur sebagai pahlawan syahid dimana gugurnya Husain mempunyai dampak yang luar biasa bagi umat Islam hingga saat ini, sehingga namanyapun diabadikan dalam sejarah Islam. Ali adalah sosok yang mempunyai kedudukan tersendiri di hati Nabi Saw, sehingga Rosulullah pernah bersabda:”Aku adalah gudang ilmu dan Ali bin Abi Thalib adalah kuncinya, barangsiapa menginginkannya, maka hendaklah ia mendatangi pintunya” Keluasan ilmu yang dimilikinya, membuatnya selalu menjadi penasehat yang terpercaya baik pada masa pemerintah khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab maupun pada Ustman bin Affan. Ali adalah ulama besar, ahli fiqh, mujtahid, serta seorang hakim yang adil pada zamannya. Ali pulalah yang menyarankan Umar bin Khattab agar membuat kalender Hijriyah. Kemudian Umar mengumpulkan orang-orang dan berkata: ”dari hari apakah kita menulis?” dan Ali menjawab: “dari hijrahnya Rosulullah Saw, yaitu ketika beliau meninggalkan negeri orang musyrik”. Begitulah Ali bin Abi Thalib, yang selalu menjadi rujukan setelah wafatnya Rosulullah untuk memberikan pendapat dan solusi jika terjadi suatu permasalahan. Ketika Rosulullah Saw wafat, Ali jugalah yang mengurusi pemandian jasad beliau. Ali menyandarkan jasad Rosulullah ke dadanya, sedangkan di atas jasad beliau adalah pakaian Nabi yang digosokkan Ali pada tubuh beliau, sehingga ketika memandikannya Ali tidak menyentuh langsung jasad beliau dengan tangannya. Sementara Ali bin Abi Thalib sendiri wafat karena dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam. Pembunuhan inipun sudah direncanakan sebelumnya, pembunuhan itu akan dilakukan pada tanggal 17 Ramadhan. Pada hari itu, Abdurrahman yang ditemani oleh dua orang lainnya yakni Syabib bin Bajrah dan Wardan ar-Rabbani bersembunyi di depan pintu rumah Ali bin Thalib. Ketika Ali keluar untuk melaksanakan sholat Shubuh, Abdurrahman memukulkan pedangnya tepat mengenai dahi Ali bin Abi Thalib. Setelah itu ia berusaha untuk melarikan diri, tetapi para jama’ah yang cukup banyak pada saat itu berhasil menangkapnya. Sementara Ali sendiri mengalami cedera akibat peristiwa tersebut dan tiga hari kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah selama tiga hari memberikan banyak wasiat baik pada kedua putranya Hasan dan Husain maupun kepada seluruh umat muslim. Diantara yang diwasiatkan oleh Ali bin Abi Thalib diakhir hayatnya adalah 1. Bahwa dia bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada yang bisa menyekutukanNya dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. 2. Janganlah mati kecuali dalam keadaan muslim. 3. Senantiasa berpegang teguh pada tali Allah dan jangan bercerai-berai. 4. Perhatikanlah kerabat-kerabatmu, sayangi anak-anak yatim, serta tetanggamu. 5. Amalkan al-Qur ’an dan jangan sampai orang lain mendahuluimu dalam beribadah. 6. Laksanakan tysholat karena itu adalah tiang agama. 7. Jangan sampai sampai rumah Allah (masjid) menjadi sepi. 8. Berjuanglah di jalan Allah dengan segenap harta dan jiwa. 9. Laksanakan zakat. 10. Jangan berbuat Dzalim, santuni fakir miskin. 11. Laksanakan sholat. 12. Janganlah takut akan cacian orang karena Allah akan melindungi 13. Berkatalah dengan perkataan yang baik. 14. Berbuat amr ma’ruf nahi mungkar. 15. Takutlah pada siksa Allah Begitulah diantara wasiat Ali bin Abi Thalib sebelum dia mengucapkan “La ilaaha illallah” dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tempat dimakamkannya Ali bin abi Thalib masih banyak diperdebatkan, ada yang mengatakan Ali dimakamkan di ar-Rahbah di masjid jami’Kufah, ada yang mengatakan beliau dimakamkan di samping istana Negara. Ada juga yang mengatakan bahwa Hasan membawanya ke Madinah al- Munawwarah dan menguburkan di Baqi’ di sisi kuburan istrina Fatimah. Sementara para ahli sejarah mengatakan bahwa kuburan Ali ada di Najaf al-Asyraf dan tempat inilah yang banyak didatangi oleh banyak orang untuk berziarah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar