Kedudukan sanad dalam hadits
sangat penting, karena hadits yang
diperoleh/diriwaytkan akan
mengikuti siapa yang
meriwayatkannya. Dengan sanad
suatu periwayatan hadits dapat
diketahui mana yang dapat
diterima atau ditolak dan mana
hadits yang sahih atau tidak, untuk
diamalkan. Sanad merupakan jalan
yang mulia untuk menetapkan
hukum-hukum Islam.
A. PENGERTIAN SANAD DAN MATAN
HADITS
Sanad dari segi bahasa artinya
(sandaran, tempat bersandar, yang
menjadi sandaran). Sedangkan
menurut istilah ahli hadits, sanad
yaitu:
(Jalan yang menyampaikan kepada
matan hadits). Contoh :
Artinya:
"Dikhabarkan kepada kami oleh
Malik yang menerimanya dari Nafi,
yang menerimanya dari Abdullah
ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Janganlah sebagian dari
antara kamu membeli barang yang
sedang dibeli oleh sebagian yang
lainnya. " (Al-Hadits)
Dalam hadits tersebut dinamakan
sanad adalah:
(Dikhabarkan kepada kami oleh
Malik yang menerimanya dari nafi
yang menerimanya dari Abdullah
ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW
bersabda:...)
Matan dari segi bahasa artinya
membelah, mengeluarkan,
mengikat. Sedangkan menurut
istilah ahli hadits, matan yaitu:
(perkataan yang disebut pada akhir
sanad, yakni sabda Nabi SAW yang
disebut sesudah habis disebutkan
sanadnya) .
Artinya:
" Dari Muhammad yang diterima
dari Abu Salamah yang diterimanya
dari Abu Hurairah. bahwa Rasulullah
SAW bersabda; "Seandainya tidak
memberatkan terhadap umatku,
niscaya aku suruh mereka untuk
bersiwak (menggosok gigi) setiap
akan melakukan salat. " (Al-Hadits)
Adapun yang disebut matan dalam
hadits tersebut yaitu:
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari
contoh sebelumnya maka matan
hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di
antara kalian sehingga ia mencintai
untuk saudaranya apa yang ia cintai
untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi,
maka yang perlu dicermati dalam
mamahami Al Hadits ialah :ujung
sanad sebagai sumber redaksi,
apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan
matan hadits itu sendiri dalam
hubungannya dengan hadits lain
yang lebih kuat sanadnya (apakah
ada yang melemahkan atau
menguatkan) dan selanjutnya
dengan ayat dalam Al Quran
(apakah ada yang bertolak
belakang
B. KEDUDUKAN SANAD DAN MATAN
HADITS
Para ahli hadits sangat hati-hati
dalam menerima suatu hadits
kecuali apabila mengenal dari siapa
mereka menerima setelah benar-
benar dapat dipercaya. Pada
umumnya riwayat dari golongan
sahabat tidak disyaratkan apa-apa
untuk diterima periwayatannya.
Akan tetapi mereka pun sangat
hati-hati dalam menerima hadits .
Pada masa Abu bakar r.a. dan Umar
r.a. periwayatan hadits diawasi
secara hati-hati dan tidak akan
diterima jika tidak disaksikan
kebenarannya oleh seorang lain. Ali
bin Abu Thalib tidak menerima
hadits sebelum yang
meriwayatkannya disumpah.
Meminta seorang saksi kepada
perawi, bukanlah merupakan
keharusan dan hanya merupakan
jalan untuk menguatkan hati dalam
menerima yang berisikan itu. Jika
dirasa tak perlu meminta saksi atau
sumpah para perawi, mereka pun
menerima periwayatannya.
Adapun meminta seseorang saksi
atau menyeluruh perawi untuk
bersumpah untuk membenarkan
riwayatnya, tidak dipandang
sebagai suatu undang-undang
umum diterima atau tidaknya
periwayatan hadits. Yang diperlukan
dalam menerima hadits adalah
adanya kepercayaan penuh kepada
perawi. Jika sewaktu-waktu ragu
tentang riwayatnya, maka perlu
didatangkan saksi/keterangan.
Kedudukan sanad dalam hadits
sangat penting, karena hadits yang
diperoleh/ diriwayatkan akan
mengikuti siapa yang
meriwayatkannya. Dengan sanad
suatu periwayatan hadits dapat
diketahui mana yang dapat
diterima atau ditolak dan mana
hadits yang sahih atau tidak, untuk
diamalkan. Sanad merupakan jalan
yang mulia untuk menetapkan
hukum-hukum Islam. Ada beberapa
hadits dan atsar yang menerangkan
keutamaan sanad, di antaranya
yaitu: Diriwayatkan oleh muslim
dari Ibnu Sirin, bahwa beliau
berkata:
Artinya:
"Ilmu ini (hadits ini), idlah agama,
karena itu telitilah orang-orang
yang kamu mengambil agamamu
dari mereka," Abdullah lbnu
Mubarak berkata:
Artinya:
"Menerangkan sanad hadits,
termasuk tugas agama Andaikata
tidak diperlukan sanad, tentu siapa
saja dapat mengatakan apa yang
dikehendakinya. Antara kami
dengan mereka, ialah sanad.
Perumpamaan orang yang mencari
hukum-hukum agamanya, tanpa
memerlukan sanad, adalah seperti
orang yang menaiki loteng tanpa
tangga."
Asy-Syafii berkata.
Artinya:
"Perumpamaan orang yang mencari
(menerima) hadits tanpa sanad,
sama dengan orang yang
mengumpulkan kayu api di malam
hari. "
Perhatian terhadap sanad di masa
sahabat yaitu dengan menghapal
sanad-sanad itu dan mereka
mempuyai daya ingat yang luar
biasa. Dengan adanya perhatian
mereka maka terpelihara sunnah
Rasul dari tangan-tangan ahli bid'ah
dan para pendusta. Karenanya pula
imam- imam hadits berusaha pergi
dan melawat ke berbagai kota
untuk memperoleh sanad yang
terdekat dengan Rasul yang
dilakukan sanad 'aali
Ibn Hazm mengatakan bahwa
nukilan orang kepercayaan dari
Orang yang dipercaya hingga
sampai kepada Nabi SAW. dengan
bersambung-sambung perawi-
perawinya adalah suatu
keistimewaan dari Allah khususnya
kepada orang-orang Islam.
Memperhatikan sanad riwayat
adalah suatu keistimewaan dari
ketentuan-ketentuan umat Islam.
Pengertian beberapa istilah dalam
Ulumul Hadits
Secara garis besar ilmu-ilmu hadits
dapat dibagi menjadi dua, yaitu ilmu
hadits riwayat (riwayah) dan ilmu
hadits diroyat (diroyah).
Secara garis besar ilmu-ilmu hadits
dapat dikaji menjadi dua, yaitu Ilmu
hadits riwayat (riwayah) dan ilmu
hadits diroyat (diroyah).
Ilmu hadits riwayah ialah ilmu yang
membahas perkembangan hadits
kepada Sahiburillah, Nabi
Muhammad SAW. dari segi kelakuan
para perawinya, mengenai
kekuatan hapalan dan keadilan
mereka dan dari segi keadaan
sanad.
Ilmu hadits riwayah ini berkisar
pada bagaimana cara-cara
penukilan hadits yang dilakukan
oleh para ahli hadits, bagaimana
cara menyampaikan kepada orang
lain dan membukukan hadits dalam
suatu kitab.
Sumber :
Fiqih Islam Sulaiman Rasjid cetakan
ke 38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar