Jumat, 13 Mei 2011

Belajar dari "Kebodohan" Umar bin Khatab

Kita tentu tidak asing
dengan Umar bin Khatab salah satu dari empat khalifah
ternama masa sepeninggal Rasulullah
SAW. Umar pun terkenal dengan
ketegesan dan kelembutan hatinya.
Bahkan Rasulullah SAW bersabda,
“Seandainya ada nabi sesudahku maka ia adalah Umar bin Khatab ”. (H.R Tirmidzi dan Ahmad) Dikisahkan pernah suatu ketika
Rasulullah SAW mendapati Umar bin
Khatab sedang menangis kemudian
tertawa hampir bersamaan. Ketika
ditanya apa gerangan yang
menyebabkannya demikian. Umar bin Khatab menjelaskan bahwa ia teringat
keadaan dirinya di masa jahiliyah
dulu. Kenapa ia menangis, ia teringat
ketika masa jahiliyah ia mengubur
anak perempuannya hidup-hidup. Terbayang olehnya seandainya saja
anak perempuannya masih hidup. Ia
akan bisa bersama mereka. Dan akan
mendapatkan cucu yang banyak dari
mereka. Lantas yang membuatnya tertawa
adalah ketika di masa jahiliyah ia
terbiasa membuat patung-patung
berhala. Terkadang ia membuatnya
dari gandum dan manisan. Akan tetapi ketika ia dilanda lapar
atau musim paceklik. Maka ia terpaksa
mengambil bagian-bagian patung
berhala tersebut kemudian
memakannya.Mendengar hal tersebut
Rasulullah SAW pun turut tertawa. Dari kisah ini kita bisa mengambil
pelajaran yang sangat berharga. Masa
jahiliyah dikenal juga dengan masa
kegelapan atau kebodohan. Dimana akal dan hati nurani tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Sebut saja dua hal yang mebuat Umar
bin Khatab menangis dan tertawa
ketika mengingatnya. Pada masa jahiliyah perempuan tidak
mempunyai harga sama sekali.
Bahkan memiliki anak perempuan
adalah aib yang besar. Karena
dianggap tidak berguna, tidak bisa
berperang dan tidak bisa mewariskan kejayaan serta kemuliaan. Bahkan
perempuan dianggap sesuatu yang
bisa diwariskan. Tak ubahnya seperti
barang atau benda mati belaka. Mengubur anak perempuan hidup-
hidup sangatlah tidak manusiawi. Itu
karenanya bisa disebut tipikal orang
jahiliyah adalah tidak mempunya hati
nurani. Akal sehat pun seharusnya
menolak akan hal ini. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Peristiwa kedua, dimana Umar bin
Khatab memakan tuhannya yang ia
buat sendiri. Jika akal sehat berfungsi
sebagaimana mestinya maka akal
akan menolak tuhan yang bisa dibuat
dan dimakan. Atau tuhan yang bisa dibuat dan dihancurkan. Setelah Umar bin Khatab memeluk
Islam dan menjadi sahabat Rasulullah
SAW. Ia menyadari akan kebodohan
tersebut. Ia menyesalinya ketika
dengan bodohnya ia mengubur anak
perempuannya hidup-hidup. Karena itu ia menangis tatkala mengingat
peristiwa tersebut. Dan Umar bin
Khatab menertawakan
kebodohannya. Bagaiamana bisa,
dulu ia membuat tuhan yang ia
sembah lalu memakannya. Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang
Maha Esa lagi Maha Agung. Dengan
syariat-Nya yang dibawa melalui
tangan nabi Muhammad SAW, telah
mengeluarkan umat manusia dari
kebodohan dan ke-primitif-an. Serta mengajarkan kita untuk
menggunakan hati nurani
sebagaimana mestinya. Juga
mengajarkan kita untuk menjadi
manusia yang manusiawi. Wallahu
a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar