Kamis, 05 Mei 2011

Mengapa Rasulullah dirindukan dandicintai?*

Rasulullah itu adalah orang yang
sangat dicintai oleh para sahabatnya,
umumnya para sahabat mencintai
Rasulullah Saw, walau ada sebagian
sahabat yang diam-diam membenci
Rasulullah. Tetapi mayoritas sahabat itu sangat mencintai Rasulullah Saw. Pernah suatu malam Rasulullah
mendengar suara beberapa orang di
luar kamarnya, Rasulullah menegur:
“Kenapa kalian berkumpul di sini ?” lalu mereka menjawab: “Ya Rasulullah, kami tidak bisa tidur khawatir ketika
kami tidur nanti, orang-orang kafir
datang dan membunuhmu.” Mereka sukarela menjadi satpam Rasulullah
Saw, datang sendiri, tidak dibayar.
Tetapi Rasulullah Saw mengatakan,
“Tidak, Allah melindungi aku, pulanglah kamu ke tempat kamu
masing-masing.” Ada seorang pedagang minyak
wangi, di Madinah. Setiap kali pergi ke
pasar, dia singgah dulu ke rumah
Rasulullah Saw, dia tunggu sampai
Rasulullah keluar. Setelah Rasulullah
keluar, dia hanya mengucapkan salam lalu memandang Rasulullah saja,
setelah puas dia pergi. Suatu saat
setelah dia ketemu Rasululllah dia
pergi, lalu tak lama kemudian balik
lagi dari pasar dan dia datang kepada
Rasulullah Saw dan meminta izin, “Saya ingin melihat engkau ya Rasulullah, karena saya takut tidak
bisa melihat engkau setelah ini. ” Dan Rasulullah mengizinkannya. Kemudian, setelah kejadian itu
Rasulullah tidak pernah melihat lagi
tukang minyak wangi itu. Disuruhnya
sahabatnya pergi melihat, ternyata ia
sudah meninggal dunia tidak lama
setelah dia pergi dari pasan dan memandang wajah Rasulullah Saw itu.
Lalu kata Rasulullah Saw:
“Kecintaannya kepadaku akan menyelamatkan dia di hari akhirat. ” Ada lagi seorang sahabat Rasulullah
bernama Abu Ayyub Al-Anshari.
Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah,
beliau beristirahat dahulu di pinggiran
kota menginap di rumah Abu Ayyub
Al-Anshari. Rumahnya itu dua tingkat, Abu Ayyub dan istrinya di tingkat atas
dan Rasulullah Saw di bawah. Pada
malam hari Abu Ayub dan istrinya
tidak bisa tidur karena mereka takut
menggerakkan tubuhnya, semua
terbujur seperti sebongkah kayu menahan dirinya untuk tidak
bergerak. Mereka takut kalau
bergerak, nanti debu-debu dari atas
itu berjatuhan kepada Rasulullah.
Setelah Rasulullah mengetahui hal itu,
beliau sangat terharu lalu kepada Abu Ayub diajarkan sebuah doa sebagai
penghargaan beliau atas cinta yang
tulus dari Abu Ayub. Dalam perang Uhud, ketika kaki
Rasulullah terluka, ada seorang
sahabat melihatnya lalu mengejar
Rasulullah. Dia pegang kaki itu lalu dia
bersihkan luka itu dengan jilatannya.
Rasulullah kaget lalu berkata, “Lepaskan! Lepaskan !” Sahabat itu berkata: “Tidak Ya Rasulullah, aku tidak akan melepaskannya sampai
luka ini kering !” Ada lagi seorang sahabat, yang
setelah Rasulullah meninggal dunia,
membanggakan mulutnya yang tidak
ada gigi lagi. Saat perang Uhud itu
juga, Rasulullah cedera karena rantai
pelindung kepalanya menusuk pipinya. Lalu seorang sahabat menarik
rantai itu dengan giginya, tapi
sebelum rantai itu keluar, seluruh
giginya rontok. Dia bangga bahwa
giginya itu berjatuhan karena
membela Rasulullah yang dicintainya. Sehingga menjadi satu kebahagiaan
tersendiri. Ini, sekali lagi masalah cinta,
dan cinta itu selalu tidak wajar. Ada satu contoh lagi kecintaan orang
kepada Rasulullah Saw. Menjelang
suatu peperangan, Rasulullah sedang
membariskan pasukannya karena
Rasulullah selalu merapikan barisan
pasukannya. Ternyata ada seorang sahabat, mungkin karena perutnya
terlalu besar, selalu perutnya itu
berada di luar barisan. Kemudian
Rasulullah lewat dan memukul
perutnya itu agar dirapikan dengan
barisan. Lalu sahabat itu memandang Rasulullah dan berkata: “Engkau diutus untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam, kenapa kau sakiti
perutku ?” Lalu Rasulullah turun dari kudanya, dan menyerahkan alat
pemukul itu, lalu berseru: “Pukullah aku! Sebagai qishas atas
kesalahanku. ” Kemudian orang itu berkata: “Tapi engkau pukul langsung kepada kulit perutku. ” Lalu Rasulullah segera membuka
pakaiannya, tiba-tiba sahabat itu
memeluk Rasulullah dan mencium
perutnya. Rasulullah kaget dan
berkata: “Ada apa denganmu ?” Sahabat itu menjawab: “Ya Rasulullah, genderang perang sudah ditabuh,
mungkin ini adalah saat terakhir
perjumpaanku denganmu. Saya ingin
sebelum meninggal dunia, sempat
mencium perutmu yang mulia.” Dan sahabat itu kemudian gugur di
medan perang setelah mencium perut
Rasulullah Saw. Rupanya ini hanya
strategi dia agar bisa mencium perut
Rasulullah Saw. Kelak, setelah Rasulullah meninggal
dunia, kecintaan para sahabat itu
diungkapkan dengan kerinduan yang
luar biasa kepada Rasulullah Saw. Bilal yang selalu adzan semasa hidup
Rasulullah tidak mau beradzan lagi
setelah wafat Rasulullah karena Bilal
tidak sanggup mengucapkan
“Asyhadu anna Muhammad Rasululah” karena ada kata-kata Muhammad di situ. Tapi karena
desakan Sayyidah Fatimah yang saat
itu rindu mendengar suara adzan Bilal,
dan mengingatkan beliau akan
ayahnya. Bilal akhirnya dengan berat
hati mau beradzan. Saat itu waktu Subuh, dan ketika Bilal sampai pada
kalimat Asyhadu anna Muhammad
Rasulullah, Bilal tidak sanggup
meneruskannya, dia berhenti dan
menangis terisak-isak. Dia turun dari
mimbar dan minta izin pada Sayyidah Fatimah untuk tidak lagi membaca
adzan karena tidak sanggup
menyelesaikannya hingga akhir.
Ketika Bilal berhenti saat adzan itu,
seluruh Madinah berguncang karena
tangisan kerinduan akan Rasulullah Saw. Mengapa Rasulullah dirindukan atau
dicintai? Itu bukan hanya karena Allah
SWT membuka hati mereka untuk
rindu, tetapi karena akhlak Rasulullah
yang menarik kecintaan mereka. Dan
akhlak itu adalah Sunnah. Sekiranya kita mencontoh akhlak beliau ini, pasti
kitapun akan dicintai oleh banyak
manusia. Tentu tidak oleh semua
manusia, karena Rasulullah juga tidak
dicintai oleh sem ua manusia, tidak
dicintai oleh semua sahabat dan tidak dicintai oleh semua makhluk. Tapi
sekiranya kita mempraktekkan
akhlak Rasulullah itu dalam
pergaulannya dengan orang banyak,
pasti kitapun akan menjadi manusia,
yang dicintai oleh kebanyakan umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar