Jumat, 13 Mei 2011

Hidup Bertetangga Ala Rasulullah

Tetangga adalah
sosok yang akrab
dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tak jarang, tetangga kita lebih tahu
keadaan kita ketimbang kerabat kita
yang tinggal berjauhan. Saat kita
sakit dan ditimpa musibah,
tetanggalah yang pertama
membantu kita. Tak heran, jika Islam begitu menekankan kepada kita
untuk berbuat baik kepada
terangga, karena dampak hubungan
yang harmonis antar tetangga
mendatangkan maslahat yang
begitu besar. Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir hendaklah ia
berbuat baik kepada
terangganya." (HR Bukhari-Muslim). "Dan berbuat baiklah kepada
tetanggamu, niscaya engkau
menjadi seorang Muslim." (HR Ibnu
Majah). Semakin tinggi keimanan seseorang,
maka semakin mulia pula akhlaknya
kepada siapa pun, termasuk kepada
para tetangganya. Keluhuran akhlak
seseorang bukti kesempurnaan
imannya. Dalam hadits yang lain, Rasulullah
menggambarkan arti pentingnya
kedudukan tetangga dengan
berpesan. "Jibril terus-menerus
berwasiat kepadaku (untuk berbuat
baik) terhadap tentangga, hingga aku yakin ia (seorang tetangga)
akan mewariskan harta kepadanya
(tetangganya)." (HR Bukhari-
Muslim). Adab Bertetangga yang Sehat Menurut Syekh Muhammad bin Jamil,
ada beberapa etika dan adab
pergaulan dengan tetangga yang
selayaknya kita perhatikan
diantaranya; mencintai kebaikan
untuk tetangga kita sebagaimana kita menyukai kebaikan itu untuk
diri sendiri. Bergembira jika tetangga
kita mendapat kebaikan dan
kebahagiaan, serta menjauhi sikap
dengki. Rasulullah SAW mengajarkan dalam
haditsnya, "Dan demi Dzat yang
jiwaku berada dalam genggaman-
Nya, tidaklah seseorang beriman
hingga ia mencintai untuk
tetangganya, atau beliau berkata, untuk sudaranya apa yang ia cintai
untuk dirinya sendiri." (HR Muslim). Saat musibah melanda tetangga
sebisa mungkin kita membantunya,
baik bantuan materi ataupun
dukungan moril. Menghibur dan
meringankan beban penderitaannya
dengan nasihat, tidak menampakan wajah gembira tatkala dia dirundung
duka. Menjenguknya ketika sakit
dan mendoakan kesembuhan
untuknya serta membantu
pengobatannya bila memang dia
membutuhkannya. Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah
seorang Mukmin, orang yang
kenyang sementara tetangganya
kelaparan di sampingnya." (HR
Bukhari). Menghindari sikap yang dapat
menyebabkan tetangga kita merasa
tersakiti, baik berupa perbuatan
ataupun perkataan. Contohnya,
mencela, membeberkan aibnya di
muka umum, memusuhinya, atau melemparkan sampah di muka
rumahnya sehingga menyebabkan
ia terpeleset ketika melewatinya, dan
jenis gangguan lainnya. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari
Akhir, maka janganlah ia menyakiti
tetangganya." (HR Bukhari). Kunjungilah tetangga pada hari raya
dan sambutlah undangannya jika dia
mengundang kita. Pesan Rasulullah,
"Hak Muslim atas Muslim yang lain
ada lima; menjawab ucapan salam,
menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan dan
mendoakan orang yang bersin." (HR
Bukhari). Bersikap toleran kepada tetangga
selama bukan dalam perkara
maksiat. Mendidik keluarga kita
untuk tidak berkata-kata keras atau
berteriak-teriak sehingga
mengganggu tetangga. Tidak mengeraskan suara radio atau
televisi hingga mengusik
ketentraman tetangga, terutama
pada malam hari. Sebab, mungkin
diantara mereka ada yang sedang
sakit, lelah, tidur atau mungkin ada anak sekolah yang sedang belajar. Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik
sahabat adalah yang paling baik
terhadap sahabatnya, dan sebaik-
baik tetangga adalah yang paling
baik terhadap tetangganya." (HR
Tirmidzi). Dan hendaklah kita tidak bersikap
kikir terhadap tetangga yang
membutuhkan bantuan, selama kita
bisa membantunya. Rasulullah
berpesan, "Janganlah seorang
diantara kalian melarang tetangganya untuk meletakkan kayu
di tembok rumahnya." (HR Bukhari). Memberikan hadiah kepada
tetangga, walau dengan sesuatu
yang mungkin kita anggap remeh.
Karena saling memberi hadiah akan
menumbuhkan rasa cinta dan
ukhuwah yang lebih dalam. Dengarlah nasihat Rasulullah, "Jika
suatu kali engkau memasak sayur,
maka perbanyaklah kuahnya,
kemudian perhatikanlah
tetanggamu, dan berikanlah mereka
sebagiannya dengan cara yang pantas." (HR Muslim). Menundukkan pandangan terhadap
aurat tetangga, dan tidak pula
menguping pembicaraan mereka.
Apalagi sampai mengintip ke dalam
rumahnya tanpa seizinnya untuk
mengetahui aib mereka. Allah SWT berfirman: "Dan katakanlah kepada
laki-laki beriman: 'Hendaklah mereka
menahan pandangan mereka." (QS
An-Nur: 30). Bersabar dalam menghadapi
gangguan tetangga, atau memilih
pindah rumah jika memang hal itu
memungkinkan. Allah berfirman:
"Dan tidaklah sama kebaikan
dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang
yang antara kamu dan dia ada
permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat
setia." (QS Fushshilat: 34). Membalas kejahatan tetangga
dengan perbuatan baik merupakan
salah satu etika bertetangga yang
diajarkan Islam. Nabi SAW bersabda,
"Tiga golongan yang dicintai Allah … dan laki-laki yang memiliki tetangga
yang menyakitinya, kemudian ia
bersabar menghadapi gangguannya
hingga ajal memisahkan
mereka." (HR Imam Ahmad). Jika tidak mampu bersabar
menghadapi gangguan tetangga,
sementara kita tidak mungkin
pindah rumah, maka coba kita
terapkan nasihat Rasulullah berikut
ini: "Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi mengeluhkan
tetangganya. Maka Rasulullah
menasehatinya,"Pulanglah dan
bersabarlah!" Lelaki itu kemudian
mendatangi Nabi lagi sampai dua
atau tiga kali, maka Beliau bersabda padanya,"Pulanglah dan
lemparkanlah barang-barangmu ke
jalan!" Maka lelaki itu pun
melemparkan barang-barangnya ke
jalan, sehingga orang-orang
bertanya kepadanya, ia pun menceritakan keadaannya kepada
mereka. Maka orang-orang pun
melaknat tetangganya itu. Hingga
tetangganya itu mendatanginya dan
berkata,"Kembalikanlah barang-
barangmu, engkau tidak akan melihat lagi sesuatu yang tidak
engkau sukai dariku." (HR Bukhari) Memang tiada gading yang tak retak.
Tidak ada manusia yang sempurna.
Ada saja kekurangan yang melekat
pada setiap diri kita. Latar belakang
yang berbeda menciptakan pribadi
yang berbeda. Wacana yang perlu kita
kembangkan adalah bagaimana kita
dapat meredam perbedaan yang
ada, selama tidak melanggar rambu
syariat. Menjalin komunikasi positif
dengan menjunjung tinggi akhlak pergaulan. Selamat menuai pahala
dari tetangga Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar