Rabu, 04 Mei 2011

WUDHU BATHIN

Isam bin Yusuf adalah seorang ahli
ibadah yang terkenal wara' (hati-
hati), tawadhu' (rendah hati), taat
beribadah, dan senantiasa khusyuk
dalam shalatnya. Karena kehati-
hatiannya, ia selalu khawatir bila ibadahnya tidak diterima oleh Allah
SWT. Karenanya, Isam senantiasa
menjaga dirinya dari hal-hal yang
menyebabkan ibadahnya tertolak.
Sebab, akan sia-sialah apa yang
dikerjakannya, bila ibadahnya tidak diterima Allah SWT. Suatu hari, Isam
menghadiri
pengajian yang diajarkan sufi
ternama, Hatim al-Asham.
Kesempatan ini digunakannya untuk
menggali ilmu dari Hatim. "Wahai Abu Abdurrahman, bagaimanakah
cara Anda shalat?" Hatim menjawab,
"Apabila waktu
shalat telah tiba, maka aku
berwudhu secara lahir dan batin."
Isam bertanya lagi. "Bagaimanakah wudhu batin itu?"
"Wudhu lahir adalah membersihkan
anggota wudhu sebagaimana yang
diajarkan Alquran dan hadis Nabi
SAW." Sedangkan wudhu batin itu, kata
Hatim, membasuh anggota badan dengan tujuh cara, yakni (1)
senantiasa bertobat kepada Allah
atas segala dosa;
(2) kemudian
menyesali segala dosa-dosa yang
dikerjakan dan berjanji untuk tidak
mengulanginya lagi.
(3) Membersihkan diri dari cinta dunia
(hubbuddunya);
(4) menghindarkan
diri dari segala pujian manusia;
(5)
meninggalkan sifat bermegah-
megahan;
(6) tidak berkhianat dan
menipu;
(7) serta menjauhi perbuatan iri dengki.

"Kemudian,aku
pergi ke masjid, lalu
kuhadapkan wajahku ke arah kiblat
dan hatiku kepada Allah.
Selanjutnya, aku berdiri dengan
penuh rasa malu di hadapan Allah. Aku bayangkan bahwa Allah ada di
hadapanku dan sedang
mengawasiku. Sementara surga ada
di sebelah kananku, neraka di
sebelah kiriku, malaikat maut di
belakangku. Dan aku membayangkan pula, seolah-olah aku
berada di atas jembatan Shirat
al-Mustaqim. Dan aku anggap shalat
yang akan aku kerjakan adalah
shalat terakhir bagiku."
"Kemudian aku
bertakbir,dan setiap bacaan dalam shalat,senantiasa aku
pahami maknanya.Aku juga rukuk
dan sujud dengan menganggap
diriku sebagai makhluk yang paling
kecil dan tak punya kemampuan apa
pun di hadapan Allah. Selanjutnya aku akhiri dengan tasyahud (tahiyat)
dengan penuh penghambaan dan
pengharapan kepada Allah, lalu aku
memberi salam. Demikianlah
shalatku selama 30 tahun terakhir ini,"
ujar Hatim. Mendengar penjelasan Hatim ini,
Isam bin Yusuf pun tertunduk lesu
dan menangis. Ia membayangkan
bahwa ibadahnya selama ini masih
belum seberapa dibandingkan
dengan ibadah yang dikerjakan Hatim al-Asham. Segala sesuatunya
dilaksanakan dengan penuh
pengharapan dan ridha Allah, serta
selalu diawali dengan kesucian lahir
batin. Wudhu merupakan pintu masuk
menuju ibadah yang terbaik, yakni shalat dan berdialog dengan Allah
SWT. Sebab, wudhu merupakan
bentuk kesucian lahir. Tanpa
kesucian lahir, mustahil pula akan
tercapai kesucian batin. "Barang
siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah
ia mengerjakan amal saleh dan
janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya." (QS al-Kahfi [18]:
110).
Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar