Kamis, 05 Mei 2011

Sekilas Hidup Usamah bin Ladin (4). Mendirikan Alqaida dan Pulang Sebagai Pahlawan

REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA--Usamah
bin Ladin adalah
sosok yang
kontroversial di mata dunia. Bagi sebagian ia adalah teroris
tulen yang seakan berhati dingin
dan kejam. Tapi bagi sebagian lain,
Usamah adalah simbol perlawanan
atas hegemoni Amerika Serikat dan
Eropa atas kesewenang-wenangan mereka terhadap dunia Islam. Tak lupa, Usamah juga pernah
bekerja sama dengan AS di
Afghanistan untuk mengusir Sovyet.
Kini setelah dikabarkan tewas dalam
penyergapan di Abbottabad,
Pakistan, Usamah tetap menjadi sosok yang misterius. Republika
mencoba menguliti sedikit
kehidupan pribadi Usamah bin Ladin,
keturunan konglomerat Mohammed
bin Ladin asal Arab Saudi. Bagaimana masa kecilnya. Apa yang
mempengaruhi pergerakan Usamah.
Mengambil bahan dari buku
pemenang hadiah Pullitzer 2007, The
Looming Tower karangan Lawrence
Right, berikut cuplikan episode- episode kehidupan Usamah bin
Ladin. Selamat menikmati: Afghanistan 1986. Situasi makin
memburuk. Di perbatasan
Afghanistan-Pakistan, seperti kota
Peshawar, ratusan ribu pengungsi
Afghanistan mendirikan tenda.
Menjadikan wilayah itu salah satu lokasi pengungsian terbesar di
dunia. Tahun inilah Ayman al-
Zawahiri datang ke Afghanistan.
Sebelumnya Zawahiri membuka
klinik di Jeddah. Melihat nasib
pengungsi yang terlunta-lunta, Zawahiri memboyong seluruh
keluarganya ke Peshawar. Di sinilah ketiga tokoh itu bertemu.
Usamah, Abdullah Azzam, dan
Ayman al-Zawahiri. Ketiganya punya
prioritas yang berbeda. Usamah
misalnya murni ingin terjun untuk
menegakkan Islam di negara-negara yang tertindas. Azzam sudah
menggariskan bahwa dunia Islam
butuh suatu gerakan jihad. Bila
Afghanistan sudah bisa
dimenangkan dan Sovyet hengkang,
maka negara target jihad selanjutnya adalah negara-negara selatan
Sovyet, Bosnia, Filipina, Kashmir, Asia
Tengah, Somalia, Eritrea, dan
Spanyol. Azzam sebelunya
berpengalaman mendirikan Hamas
sebagai faksi lain dari gerakan PLO Yaser Arafat. Ia mengutip pernyataan Sayyid Qutb
soal perlunya pembaruan gerakan
Islam internasional dengan dasar
('qaida') yang baru. Dari sinilah asal
muasal nama Alqida yang
membesarkan nama Usamah. Pertemuan tokoh-tokoh senior
pergerakan di Afghanistan
memutuskan bahwa dalam waktu
paling lambat enam bulan, organisasi
Alqaida harus berdiri. Anggota
pertamanya adalah 314 orang yang dilatih secara khusus dan siap
berjihad di mana pun. "Alqaida
adalah salah satu faksi organisasi
Islam. Tujuannya untuk
menegakkan kalimat Allah SWT dan
membuat agamanya berjaya," demikian rekaman pertemuan itu. Bagaimana soal pendanaan? Aliran
uang dari Arab Saudi dan Amerika
Serikat mulai seret mengalir ke
Afghanistan. Azzam dikenal dekat
dengan Badan Intelejen AS (CIA),
karena dia kerap bolak-balik Pakistan-Arab Saudi-AS untuk
mengajar dan berpidato soal jihad
melawan komunisme. Ia membuat
skenario, yang disetujui oleh
Usamah, agar Alqaidah dipimpin
Usamah. Skenario ini didukung Pemerintah Arab Saudi yang
khawatir kalau Alqaida dipimpin
oleh Azzam akan terbawa ke garis
Ikhwanul Muslimin. Sementaran itu, kesehatan Usamah
karena terlalu lama bergerilya di gua
dan padang pasir Afghanistan
memburuk. Ia kelelahan, terserang
malaria, dan darah rendah. Zawahiri
harus bolak balik Pakistan- Afghanistan untuk merawat
rekannya. Usamah meninggalkan Afghanistan
pada musim gugur 1989. Ia
meninggalkan para mujahidin dan
gerakan Alqaida yang sudah
terbentuk. Pulang kampung, ia
mendapat sambutan bak pahlawan. Ia lebih terkenal dari para pangeran
Saudi. Uangnya perlahan-lahan mulai
mengalir. Sahamnya di Saudi bin
Ladin Grup mencapai 27 juta riyal
atau tujuh juta dolar AS. Ia punya
rumah di Jeddah dan Madinah. Sementara kehidupan petinggi Arab
Saudi, di mata rakyatnya, makin
tercela. Penguasa menumpuk
kekayaan. Raja Fahd punya perahu
mewah seharga 199 juta dolar AS,
pesawat jet 747 seharga 150 juta dolar AS. Keluarga kerajaan suka
berjudi jutaan dolar AS. Punya istana
di Jenewa dan Cannes. Ini belum
mencakup aksi mesum yang kerap
dilakukan para keluarga kerajaan. Ketika harga minyak internasional
turun di pertengahan 1980-an,
perilaku foya-foya keluarga kerajaan
tak juga berubah. Mereka kehabisan
uang, tapi mereka terus meminjam
uang dari bank negara. Setiap investasi yang mau masuk ke Arab
dikorupsi lewat komisi. Dinasi Al
Saud menjadi sinonim dengan kata
korupsi, saking parahnya. Usamah mulai berkhotbah di
sejumlah masjid. Ia kembali ke
masalah Palestina. Betapa Amerika
Serikat dan sekutu zionisnya
mempermalukan Islam di Palestina.
"Mereka telah menyerang saudara- saudara kita di Palestina seperti
mereka menyerang Muslim dan Arab
di berbagai negara," kata Usamah.
"Darah umat Islam sudah tumpah.
Terlalu banyak darah tumpah! Kita
dianggap sebagai domba. Kita dipermalukan," sambung dia. Ia melanjutkan khotbahnya,
"Amerika berperang ke Vietnam.
Ribuan mil jauhnya. Membom negara
itu dari pesawat. Amerika tidak
keluar dari Vietnam sampai mereka
kalah. Lebih dari 60 ribu prajurit AS tewas. Sama juga di Palestina.
Amerika tidak akan berhenti
menyokong Yahudi sampai kita
bertindak. Mereka tidak akan
berhenti sampai kita berjihad
melawan mereka!" "Yang kita harus lakukan adalah
memboikot produk Amerika. Kita
harus menjalankan perang ekonomi
terhadap AS. Mereka mengambil
uang kita dan memberikannya ke
Yahudi untuk membunuh saudara- saudara kita di Palestina. Kita harus
menyampaikan ini pada setiap orang
AS yang kita temui di jalan." Usamah belakangan mengatakan,
kebenciannya membuncah terhadap
AS pada 1982. Ketika AS memberi
lampu hijau pada Israel untuk
menginvasi Lebanon. Namun, aksi
Usamah menghujat AS ini sebenarnya berbeda 180 derajat
saat perang Afghanistan. Ketika ia
menjadi pemimpin perang
Afghanistan, Usamah mendekati
keluarga kerajaan dan
menyampaikan terima kasih pada AS karena membantu Mujahidin. Pangeran Bandar bin Sultan, dubes
Arab Saudi di AS, mengingat Usamah
mengatakan, "Terima kasih.. terima
kasih pada Ada yang sudah
membawa AS membantu kami
mengusir kaum sekular dan atheist Sovyet," katanya. Pernyataan Usamah ini juga bertolak
belakang dengan situasi di Arab.
Karena negara itu ternyata sangat
bergantung pada AS. AS-Arab sangat
bergantung satu sama lain. AS
membangun industri minyak Arab. AS membangun infrastruktur ARab.
Trans World Airlines menjadi contoh
maskapai Saudi. Ford Foundation
memodernisasi birokrasi Arab. US
Corps of Engineers membangun
stasiun televisi Arab dan industri pertahanan. Sebaliknya, Saudi mengirim pelajar-
pelajar terpintar mereka ke
universitas AS. Lebih dari 30 ribu
pelajar Arab per tahun ke AS.
Sementara 200 ribu warga AS
bekerja di Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar